Happy Reading guys...
Jangan lupa vote nya biar enggak kelupaan:)Kehilangan sesuatu yang berharga seperti sebuah hukuman, karena kesalahan-kesalahan yang pernah kita perbuat.
_________________________________________________________Duduk di kursi dingin dalam sebuah lorong dengan perasaan penuh khawatir. Kini Tamara benar-benar merasa takut, ia takut kali ini akan kehilangan orang yang ia sayangi.
Cklek.
Pintu ruangan di depan Tamara terbuka, pria berkacamata dengan jas putih baru saja keluar.
"Dok, bagaimana keadaannya?" Kini Rio yang dari tadi bersandar di dekat pintu ruangan sudah berada di depan dokter.
"Pasien baru saja melakukan pencucian darah, keadaannya masih kritis. Dan belum sadarkan diri."
"Lalu sekarang bagaimana dok?"
"Pasien mengalami penyakit leukimia yang sudah parah, bahkan untuk kemoterapi ataupun obat-obatan hanya 10% bisa sembuh. Tapi untuk saat ini kita harus menunggu sampai keadaan pasien stabil. Kemungkinan buruk bisa saja terjadi, sekarang hanya menunggu pasien sadar jika akan melakukan kemoterapi."
"Lalu apakah boleh kami menjenguk untuk masuk?"
"Untuk dua orang diperbolehkan."
Penjelasan Dokter sangat jelas terdengar. Rio menggangguk pelan.
"Baik, terimakasih dok.""Kalau gitu saya tinggal."
Dokter berjalan menjauh. Tamara berjalan masuk, juga Fanesa. Melihat Laura terbaring lemah membuat, juga karena beberapa kejadian di hidupnya membuat Tamara tidak bisa berhenti menangis.
"Mama... Mama harus kuat, mama harus sehat, mama cepat sadar ya.. mama harus temenin Tamara, mama sayangkan sama Tamara?"
Tamara mengelus kepala Laura dengan lembut. Wajah Laura sangat pucat, hal itu membuat Tamara semakin sedih.
Fanesa yang berdiri di samping Tamara mengelus punggung gadis itu dari belakang. Tamara tidak bisa berhenti menangis, kini bahkan matanya memerah dan kantung matanya pun terlihat jelas.
"Kamu yang sabar ya sayang," ucap Fanesa.
Tangan Laura bergerak, Tamara sedikit terkejut.
"Mama," Panggilnya.Perlahan Laura membuka matanya. Ia melihat Tamara dan Fanesa yang menatapnya dengan penuh kekhawatiran.
"Biar mama panggil dokter," ucap Fanesa yang ingin beranjak pergi.
"Nes.." panggil Laura dengan suara pelan.
Fanesa yang tadinya ingin pergi kini berbalik, lalu ia mendekati Laura.
"Iya Ra?"
Laura meraih tangan Fanesa, ia mengusap tangan Fanesa pelan.
"Aku mau minta sesuatu sama kamu."
"Apa itu?"
Tamara yang berada di sana hanya menatap kedua wanita di depannya.
"Tolong jaga Tamara, aku pikir aku udah nggak bisa."
Deg.
Bola mata Tamara membulat.
"Mah, jangan ngomong seperti itu.""Laura, kamu pasti bisa sembuh. Kamu harus yakin itu."
Laura menggelengkan kepalanya pelan. Lalu Laura beralih menatap Tamara, ia tersenyum tipis menatap gadis cantik di sampingnya.
"Mama sayang sama kamu," ucap Laura dengan suara pelan.
![](https://img.wattpad.com/cover/190386049-288-k257685.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONE 2 [COMPLETED]
Teen Fiction#16 in Mawar dari 1,06 ribu cerita (30-07-21) "Aku tidak bahagia ketika menyadari aku hanya sendiri tanpa dirimu." Ketika diriku sendiri tidak tahu bagaimana aku menyadari akan suatu hal tentang diri sendiri yang begitu menyedihkan, dan ketika aku h...