🔥Keputusan🔥

1.8K 193 67
                                    

"Dasar anak sialan!" umpat pria itu lirih penuh penekanan
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _

Sudah 2 hari sejak malam dimana Arga marah padanya Adara memilih untuk sama sekali tak menghubungi cowok itu. Dan ya, nampaknya Arga juga tak ada niatan untuk menemuinya sekarang. Kabar tentang hubungan Arga dengan kedua orang tuanya yang merenggang membuat Adara sendiri merasa bersalah.

Di samping itu, hari ini dirinya berencana akan pergi ke sebuah taman dekat rumahnya, bukan tanpa alasan. Ia sangat menginginkan es campur hari ini. Entah mengapa, mungkin karena janin yang dikandungnya.

Awalnya memang ia ingin memberi tahu Arga, jika dirinya ngidam es campur. Namun, ia memikirkan lagi akan bagaimana jadinya jika ia masih terus menghubungi Arga. Pastilah kedua orang tua cowok itu akan mengira bahwa dirinya lah yang memaksa Arga untuk terus bersamanya

Setelah pamit kepada Bi Surti selaku pembantu dirumahnya. Adara memutuskan untuk berangkat seorang diri ke taman yang menjadi tujuannya. Biarlah sudah meskipun dirinya harus mengendarai motor ke taman itu, setidaknya kali ini ia tak ditemani siapapun.

"Bang, es campur satu ya" ujarnya, kepada seorang laki - laki berumur sekitar 45 tahun itu

"Baik neng, tunggu sebentar ya" sahut bapak - bapak itu ramah

Adara menunggu pesanannya dengan duduk di sebuah bangku taman yang memang ada disana, tentunya juga tak jauh dari abang - abang penjual es campur itu

"Silahkan neng" ucap abang itu, sambil menyerahkan semangkuk es campur kepada Adara

Dara mengangguk kemudian tersenyum, wanita itu menerima semangkuk es campur itu dengan senyum yang ramah. Melihatnya saja sudah ingin segera untuk melahapnya.

Sedikit demi sedikit wanita itu mulai menyantap es campur yang ada di tangannya dengan sangat menikmatinya. Sebelum kemudian kehadiran seseorang di sampingnya mampu mengalihkan perhatiannya

"Lagi seger minum es campur?" ujar orang itu, dari suaranya saja sudah dapat ia kenali dengan pasti

Adara menoleh kemudian tersenyum seolah menyapa ramah, "eh mama... iya mah. Mama mau?" tawarnya

Givella, perempuan itu tanpa basa - basi duduk disebelah wanita yang sedang hamil muda itu. Entah lah apa tujuannya datang kesana, Adara pun masih belum paham.

Perempuan itu tersenyum miring, "nggak usah makasih" tolaknya

Luntur senyum Adara sekarang, ada apa lagi ini? untuk menghabiskan semangkuk es campur saja dirinya tak tenang.

"Tumben, nggak hubungin anak saya" sambungnya

Adara berusaha untuk tak menunjukkan reaksi berlebihan. Menahan segala apa yang sebenarnya ingin ia katakan, ia faham mungkin Givella berkata demikian karena ia masih jengkel karena Raga masuk rumah sakit karena mendengar kabar bahwa Arga akan menikahinya

"Ekhem, iya mah lagi pengen pergi sendiri" jawab Adara diselingi tawa kecilnya

Givella manggut - manggut tanda mengerti. Sedangkan Adara sekarang menjadi canggung, wanita yang duduk disebelahnya menjadi sangat sensitif belakangan ini, tak seperti dulu lagi

"Raga gimana mah? udah baikan?" tanya Adara berbasa - basi

Givella terdiam tak langsung menjawab. Membuat Adara melanjutkan menikmati es campurnya sambil menunggu respond dari Givella

"Baik, kalau kamu nggak jadi nikah sama Arga dia baik - baik aja" jawabnya

Bagaimana? Apa Adara tak salah dengar kali ini? Mengapa ibu dari anak kembar itu begitu berbeda sekarang. Jika dulu ketika pertama kali bertemu wanita itu terlihat sangat menunjukkan perhatiannya, namun sekarang???

ARGA : THE SAVAGE BOY {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang