"Bi, ini ikannya di apain?!" teriak Adara dari arah dapur
Bi Surti segera berlari menuju keruangan tersebut, sebelum awalnya ia berada di pelataran rumah dan menyapu disana
"Ya ampun non, biar saya aja yang kerjain. Non Dara liat tv aja ya" Bi Surti terkejut ketika mendapati Adara yang sudah berdiri di depan kompor memegang spatula dan sepiring ikan yang belum dibumbui
Bumil itu menggeleng kuat, "nggak papa bi, sekali - kali saya bantuin bibi kan nggak papa sih" ujarnya mengeyel
Bi Surti menggigit bibirnya sedikit, memang terkadang majikan mudanya ini sering mengeyel ketika ia mengingatkan
"Tapi itu belum di bumbui non, nanti jadinya nggak enak," ucap Bi Surti, berharap agar Dara mau meletakkan sepiring ikan itu
Adara menggeleng kuat, "Ya udah kalo gitu kasih tau aja resepnya apa bi," kelahnya tak mau menurut
Bi Surti menepuk jidatnya, "Astaga non, biar saya saja ya. Non Dara kalo mau bantu bibi, bantuin ngerapiin kamar non Dara aja ya" bujuk nya sekali lagi
Adara menoleh, kemudian menunjukkan bibir cemberutnya. "Iya deh bi, Dara rapiin kamar ya bi" ujarnya menyerah, yang di balas dengan anggukan antusias dari Bi Surti
"Nah gitu dong, non Dara tata aja ya bantal nya. Sisa nya biar bibi yang urus nanti, setelah itu non Dara istirahat" ujar Bi Surti lembut
Adara mengangguk, kemudian segera meletakkan sepiring ikan tersebut ke atas sebuah meja dapur. "Dara ke kamar ya bi, rapiin bantal" pamitnya
"Iya non, kalo butuh apa - apa panggil bibi aja" sahut Bi Surti
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _
Perlahan namun pasti, bumil itu mulai menata bantal yang ada di ranjang satu persatu, disusul dengan guling dan selimut. Setelah menyelesaikan semuanya, Adara berkacak pinggang sembari menghela nafas, begini saja baginya sudah sangat melelahkan, apalagi Bi Surti yang setiap hari harus mengurus kebutuhan di rumahnya dulu.
Adara merebahkan dirinya di ranjang, meskipun ranjang ini jauh di banding ranjang miliknya dirumah namun Adara tetap merasa nyaman. Rumah Bi Surti sederhana, namun menurutnya asri, sejuk, memberikan kenyamanan sendiri bagi dirinya.
Tanggan nya ia letakkan di atas jidat, kemudian memejamkan mata nya sejenak. Entah mengapa hari ini yang sering ia lihat adalah bayang - bayang Arga. Apakah mungkin janinnya menjadi sebab ia sangat memikirkan cowok itu? namun jika diingat - ingat, Arga juga tak memiliki hubungan apapun dengan calon bayi ini
Tangannya beralih ke perut, mengelusnya dengan lembut. "Sabar ya nak, jangan nakal." gumam nya lirih
Ceklek!
Suara seseorang yang membuka pintu menginterupsi perhatiannya. Ia mengalihkan pandangannya ke arah pintu kamar, mendapati Bi Surti yang datang membawakannya sepiring sarapan pagi lengkap dengan segelas susu di tangan kiri nya
"Sarapan dulu non," sapa Bi Surti, membuat Adara mengubah posisi tubuhnya menjadi duduk di pinggiran ranjang sekarang
"Makasih ya bi" ucap Adara, ketika Bi Surti menyodorkan sepiring nasi lengkap dengan ikan goreng kepada nya
"Iya non, sama - sama" jawab Bi Surti, "Nanti susu nya di minum ya non, di habisin biar jabang bayinya sehat" sambungnya
Adara mengangguk kemudian tersenyum, Bi Surti kemudian segera melenggang keluar dari kamar tersebut. Katanya ada pekerjaan yang belum selesai di dapur. Perlahan bumil itu mulai menyantap hidangan sarapan nya. "Hmmm lumayan," ujar Adara kemudian kembali melanjutkan makannya
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGA : THE SAVAGE BOY {END}
Fiksi Remaja📌SEQUEL OF MARRIED A BAD BOY📌 ⚔️CAKRAWALA GENERASI KE-2⚔️ {Yang belum baca langsung cek profil author} ARGA! Jika ayahnya adalah seorang bajingan, maka Arga lebih dari kata itu! Jika ayahnya dikenal sebagai laki - laki brengsek, maka Arga lebih da...