SECTION 54. GO FOR A WALK

6 5 0
                                    

Sylvia menyusuri ruang-ruang imajinasinya dengan cukup cekatan. Ia merasakan getaran hebat tatkala Narendra dengan mesranya menggenggam erat tangan Sylvia. Tergambar jelas di wajah Narendra bahwa ada suatu rasa kekhawatiran. Sepanjang perjalanan keluar dari bioskop tampaknya gadis itu hanya senyum meringis tak karuan. Beberapa pasang mata penonton bioskop lain tampaknya tertuju kepada dua remaja yang sedang berpegangan tangan.

"Sekarang," ujar Narendra menggiring Sylvia untuk bersandar di dinding lorong, "Hmm.. kamu laper nggak?" tanya Narendra lagi. Sylvia hanya tersenyum seolah tidak bisa lagi mengekspresikan bahagianya.

"Ngangguk aja?" tanya Narendra seketika saat melihat gadis itu mengangguk bahagia. "Kamu mau ke rumah aku?"

Ekspresi Sylvia yang seketika berubah nyatanya mampu ditangkap maksud dan makna oleh Narendra, "Semua hasil gambar karya aku," jelas Narendra, "Udah aku simpen. Biar kamu gak bisa lihat lagi!"

"Kamu gak usah khawatir. Aku udah maafin kamu, Sylv."

Narendra dengan cepat menggenggam tangan Sylvia kembali untuk menuju tempat parkir lalu melaju ke arah rumah Narendra.

***

Senandung lagu milik band terkenal tampak menggema di penjuru ruangan yang menjadi tempat sebuah restoran. Sylvella baru saja membayar makanan miliknya dan dua orang sahabatnya.

"Yuk, cabut!" ujar Sylvella mengajak kedua sahabatnya sembari membereskan tas yang ia bawa. Kedua sahabatnya langsung menyetujui perintah dari Sylvella. Tak beberapa lama kemudian, mereka akhirnya pergi menuju parkiran.

"Lo yang nyetir, ya, Ak!" titah Caca sembari membersihkan daging di sela-sela giginya. Aksana langsung mengambil alih untuk menyetir mobil yang notabene nya milik Caca. Sylvella duduk di depan di samping Aksana sedangkan Caca lebih memilih duduk di belakang untuk mengambil posisi tempat nyaman untuk berbaring.

"Kita keliling-keliling aja dulu." titah Caca, "Kalian ada tempat yang enak buat dikunjungi, nggak?"

"Ada, sih."

"Dimana, Sylv?"

"Tempatnya lumayan baru," jelas Sylvella mengingat kembali tempat baru tersebut, "semacam bukit-bukit gitu. Pemandangannya asyik, kok."

"Yaudah kita ke sana aja, ya!" ujar Aksana langsung tanpa berpikir panjang lagi. Ia langsung melaju dengan kecepatan sedang.

"Berangkat!" teriak Caca bahagia.

Sepanjang perjalanan di kota; Sylvella dan Aksana dengan senang hati melihat berbagai lampu jalanan yang sangat terang. Tampak berbagai mobil melaju beriringan dengan sangat hati-hati. Pekerja malam tampak antusias menjemput rezekinya. Malam ini terasa berbeda sebab semuanya tampak berjalan normal tanpa ada halangan sedikitpun.

"Rasa-rasanya pengen gue borong semua dagangan di sana itu!" ujar Aksana semangat. Matanya tak bisa lepas dari para pedagang di ujung sana. Berbagai makanan dan minuman dijual dengan sangat bebas. Ramai pengunjung malam mencicipi makanan malam.

"Gak usah, Ak! Lo ntar jadi gendut gimana?"

"Urusan gendut mah nanti." jawab Aksana enteng. "Sekarang itu yang dipikirin adalah gimana caranya nikmatin hidup, Sylv."

"Lagian lo juga kenapa, sih, Ak. Tadi kan lo di restoran itu udah abis tiga piring." sambung Caca dengan posisi berbaring serta melihat layar gadget-nya.

"Enak aja lo tiga piring!"

"Belok kanan, Ak!" Sylvella menunjukkan arah jalanan.

"Ntar susah dapet cowok mampus lo, Ak." jelas Caca. "Ya gak, Sylv?" Caca mencolek Sylvella.

SECTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang