SECTION 57. HOW DARE YOU!

7 5 0
                                    

Arman sedang menyiram air ke mobilnya membersihkan sisa busa yang menempel ketika Caca akhirnya memberitahu Marina melalui telepon.

"Pah," teriak Marina dengan ekspresi ketakutan. "Sylvella lagi di rumah sakit." lanjut Marina dengan gaya bicara bernada khawatir. Tanpa jawaban apapun, Arman dan Marina langsung menaiki mobil melaju ke arah gedung rumah sakit sesuai arahan dari Caca.

Sepanjang perjalanan, Arman hanya ketar-ketir memikirkan putri sulungnya itu. Matanya terus menelisik ke segala penjuru arah dan bibir bawahnya terus ia gigit dengan sengaja. Marina tetap konsisten terhadap ekspresinya yang terus-terusan khawatir. "Pelan-pelan aja, Pah."

"Sylvia kemana ini! Dari semalem belum juga pulang!" gerutu Arman memukul setir mobil cukup kuat. "Dasar anak tidak tahu diri!"

"Mungkin dia sedang ada kegiatan tambahan di sekolah, Pah. Tadi malem dia juga bawa seragam sekolah mau nginep di rumah kawannya." Marina mencoba menenangkan keluh daripada suaminya.

"Kenapa harus kamu manjain? Anak kalau udah dimanja ya gitu! Berbuat semaunya. Ini kakaknya lagi masuk rumah sakit!" Arman agak berteriak. Marina hanya diam tak membalas ocehan dari suaminya itu. Marina mencoba menelpon Sylvia untuk memberitahu perihal apa yang sedang terjadi.

***

Siska yang sedang melanjutkan acara 'pergosipan' tampak terganggu dengan suara deringan dari salah satu gadget milik teman sekelasnya.

"Woy... coba matiin dulu itu suaranya. Ganggu aja acara kita ini!" teriak Siska cukup kencang. Bayu dan teman laki-laki lainnya malah asyik 'mabar' di depan kelas. Teman perempuan yang lainnya juga tidak merasa gadgetnya berdering.

"Woyy," teriak Siska kepada anak laki-laki yang berada di depan kelas. "HP lo orang berdering, tuh! Coba lo angkat dulu!"

Sejenak setelah mendengar celotehan dari Siska, semua anak laki-laki kompak menunjukkan layar gadget masing-masing dan terpampang kumpulan layar gadget dengan latar permainan 'Clash Royale'.

Siska agak tersipu malu. Gadis itu lalu mencoba mencari dimana titik letak HP yang sedang berdering itu dan pada akhirnya ia berhasil menemukan.

"Ternyata HP-nya Sylvia," ujar Siska yang langsung membuka tas milik Sylvia mengambil gadget Sylvia. Siska bisa melihat di layar bahwa ada panggilan masuk dari kontak yang bernama 'Mother'. Tanpa memperdulikan siapa yang sedang menelpon, Sylvia langsung mematikan daya gadget milik Sylvia dan kembali menuju lingkaran 'pergosipan' di belakang kelas.

Sementara di kantin sekolah; Sylvia sedang asyik menyuap sesendok bakso kesukaannya. Bakso dengan baluran sambal cabe setan. Rajeng dan Hanin tampak ngilu dengan apa yang sedang dimakan oleh Sylvia. Karmila mengelus rambut Sylvia seraya senang.

"Gak sia-sia tadi malam gue ajarin lo untuk berani makan pedes, Sylv."

"Jadi, Lo tadi malam ngajarin dia makan pedes, Kar?" Rajeng terkejut bukan main. Hanin langsung lemes lalu terbaring di kursi duduknya. Karmila mengangguk seakan tidak berdosa.

"Perut lo ntar sakit, Sylv!" Rajeng mencoba memperingatkan Sylvia agar tidak terlalu banyak menambahkan sambal ke dalam kuah bakso. Sylvia tak menggubris peringatan Rajeng dan justru ia makin jadi. Rajeng dan Hanin yang sudah terbangun tampak agak mual saat melihat Sylvia begitu lahap melahap sambal cabe setan.

"Woy," teriak seorang wanita paruh baya di ujung sana, "Sylvia! Lo jangan banyak-banyak makan sambelnya! Lo gak tahu apa? Kalau cabe sekarang udah mahal-mahal. Emang dasar lo!" sambung wanita itu sembari melangkah mendekat lalu mengambil wadah yang berisi sambal cabe setan.

"Tiga menit lagi kita masuk kelas, Sylv."

Sylvia hanya mengangguk sedangkan Karmila hanya terbahak-bahak sejak tadi. Sontak saja tawa Karmila yang cukup keras langsung mengundang perhatian dari siswa-siswi lain.

SECTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang