SECTION 30. ARE YOU READY?

22 10 0
                                    

"Beragam kisah unik, menyedihkan, menyenangkan sepertinya berkumpul menjadi satu di tahun 2015. Tahun yang disebut-sebut sebagai tahun Kambing. Kita akan mengulik sedikit tentang peristiwa-peristiwa besar yang terjadi di tahun 2015. Tentunya kisah ini terjadi di Indonesia, ya." ujar pembawa acara sebuah berita di televisi. Arman dan Marina duduk bersama di depan televisi bersama Sylvella.

"Cantik sekali kamu malam ini, Sylv." Arman memuji kecantikan putri sulungnya. Hal itu juga langsung disetujui oleh Marina. Bahkan wanita itu merasa iri dengan putrinya sendiri.

"Sylvia sudah pergi, Pah?" tanya Sylvella dengan matanya yang terus mencari-cari keliling ruangan. Arman tak menjawab. Masih tersingkap di wajahnya ada sebuah hasrat yang tak bisa ia tuangkan ke kedua anaknya. Hasrat itu hanya untuk putri sulungnya saja; kasih sayang. Arman menyadari bahwa semuanya telah berjalan sebagaimana mestinya.

"Dia sudah pergi, Sylv." jawab Marina sembari mengambil satu keping biskuit yang terletak di atas piring bersandingan dengan vas bunga tepat di tengah-tengah meja kaca ruangan.

"Kisah pertama ialah kisah paling mengharukan tentang seorang bocah perempuan yang harus meregang nyawa secara tragis; Angeline. Malaikat kecil tak bersayap itu dibunuh dengan keji dan dikubur di taman belakang rumah. Semoga kau tenang di sisi-Nya dan mendapatkan tempat terbaik di surga."

"Aku paling gak bisa ngebayangin pembunuhan Angeline. Kok bisa tega banget gitu ya ngebunuh bocah manis seperti Angeline?" Sylvella menggerutu dan kemudian sepenggal kalimat kutukan menyertakan untuk menghujam pelaku pembunuhan.

Beragam kisah yang terjadi di tahun 2015 secara gamblang diceritakan oleh pembawa acara TV itu. Semua kisah diceritakan dengan sangat runut dan detail tanpa terkecuali. Kisah yang paling mengesankan adalah seputar pelaksanaan pilkada serentak pertama di Indonesia.

Tiba-tiba suara deringan Gadget milik Sylvella bergetar hebat. Pada deringan ketiga; Sylvella menjawab panggilan itu.

"Kamu udah sampai di depan rumah?" tanya Sylvella.

"Udah. Kamu buruan keluar." jawab Alex dari ujung sana melalui sambungan suara telepon.

"Pah, Mah. Alex di depan rumah. Aku berangkat dulu, ya." pamit Syvella kepada kedua orang tuanya. Langkah Sylvella terhenti dengan mendadak saat Arman menarik lengan Sylvella. Gadis itu menampakkan ekspresi penuh tanda tanya yang berlebihan. Marina menghela nafas. Ia memberikan satu kode isyarat tangan agar Sylvella duduk di dekatnya. Sylvella menuruti.

"Alex jangan dimarahin, Pah." pinta Sylvella kepada Arman yang berjalan gagah menuju keluar rumah. Kaos berkerah yang Arman kenakan nampak langsung dirapihkan. Cara berjalannya seperti langkah tentara. Semua itu agar memberikan kesan sangar, bringas, dan kejam dalam dirinya.

"Om," sapa Alex dengan nada santun. Ia buru-buru turun dari motornya saat menyadari bahwa calon mertuanya yang keluar rumah menyambut dirinya. Gayanya seakan berubah total seratus delapan puluh derajat. Ia merunduk seolah siap menerima wejangan dari Arman.

"Kamu takut, Lex?"

"Enggak, Om." jawab Alex pelan. Ia langsung menyadari kesalahan jawaban yang ia katakan.

"Kamu gak takut sama saya?"

"Enggak, Om. Maksudnya iya takut, Om." jawab Alex terbata-bata. Baru kali ini rasanya Alex merasakan ketakutan yang luar biasa meskipun ia sudah hampir tiga kali bertemu calon mertuanya. Pertama kali bertemu memang sangat mengesankan karena bertemu di kampus. Rasa-rasanya jantung Alex hampir copot saat pertama kali bertemu dengan Arman.

"Kalian mau kemana?"

"Kami mau ke festival kembang api, Om."

"Yaudah. Saya percaya sama kamu. Jagain Sylvella." ujar Arman agak santai. Sylvella dan Marina keluar dari pintu dengan ekspresi bahagia. Sylvella tersenyum simpul ke arah Alex. Gadis itu langsung menyalami kedua orang tuanya dan menuju ke Alex.

"Pakai helm dulu, ya!" ujar Alex memakaikan helm ke kepala Sylvella. Hal itu membuat Arman dan Marina menjadi mengingat masa lalu saat mereka berpacaran.

"Hati-hati, Sylv." ujar Arman yang menyaksikan Sylvella menaiki motor. Alex langsung menghidupan mesin motor dan seketika mereka pergi dan menghilang dari pandangan mata.

"Sylvella persis banget kayak kamu dulu." ujar Arman mengingat masa muda dahulu.

"Kamu juga sama kayak Alex. Tapi, kamu dulu cemen. Masa ketemu calon mertua malah bilangnya sakit. Padahal siangnya kita abis jalan."

"Iya. Emang aku sakit."

"Rumah ini berasa panti jompo kalau gak ada Sylvella dan Sylvia."

"Mah," panggil Arman dengan nada menggoda, "Kamu inget gak waktu kita pernah janji sebelum menikah."

"Janji kita, kan, banyak." jawab Marina mendengus.

"Kamu pernah meminta kalau kita setelah menikah harus dan cukup punya tiga anak saja."

"Aku capek banget," keluh Marina yang menyadari maksud dari ujaran suaminya itu. Arman tersenyum dan sesegera mungkin ia langsung menarik tangan Marina lalu masuk ke dalam. Arman langsung mengunci pintu rumah dan mematikan lampu ruangan tamu dan semua ruangan kecuali satu lampu dibiarkan tetap menyala. Semoga malam ini menjadi malam terindah bagi Arman dan Marina; malam tahun baru sekaligus malam penuh pesona dan hasrat yang seakan membakar semua ego dan asa. Harapan tentang suatu kenikmatan surgawi dunia. Kenikmatan yang hanya bisa dirasakan oleh dua insan berbeda melalui satu nafsu; cinta. Arman menghela nafas panjang dan malam itu memang menjadi malamnya yang penuh gairah.

***

Narendra sudah berusaha keras untuk menghubungi Ariska melalui panggilan telepon. Tetapi, sudah hampir empat kali Ariska tidak menjawab panggilan tersebut. Narendra menyerah dan membiarkan terlebih dahulu Ariska untuk beberapa waktu. Pastilah Ariska sedang mengambek yang luar biasa. Narendra langsung mengirimkan pesan singkat ke Ariska;

Kamu beneran gak mau pergi ke festival kembang api? Ini malam tahun baru, loh. Kamu beneran marah sama aku?

Narendra menghela nafas panjang dan membiarkan malam ini berlalu begitu saja; sebelumnya Tommy dan Bagus sudah menghubungi Narendra dan mereka akan bertemu di satu tempat yang telah dijanjikan. Narendra menghidupkan mesin motornya dan menyusuri jalanan komplek sesegera mungkin. Cuaca malam ini tampak begitu sendu dan tenang. Malam yang tenang dan tampaknya sangat mendukung festival kembang api malam ini.

Beberapa suara ledakan dari mercon menggema di mana-mana meskipun jam belum menunjukkan pukul 00.00. Seingat Narendra saat berangkat bahwa jam masih menunjukkan pukul 20.00. Mercon yang dibunyikan di awal itu tampaknya sebagai ledakan pembuka sebelum ledakan-ledakan besar yang lain menghujam langit-langit malam ini.

Kerlap-kerlip lampu menyala-nyala di sepanjang jalan. Barisan motor yang bersiap-siap menuju festival kembang api tengah berlalu lalang di sepanjang jalan. Puluhan kedai kembang api menjamur di sepanjang pinggir jalan. Balon-balon bercahaya menjadi satu pemandangan unik di ujung sana; tentang malam ini; malam tahun baru.

"Semua akan kembali seperti sedia kala." ujar Narendra membatin saat sedang mengendarai motor.

***

                                                                  Tuan yang sedang jatuh cinta!

                                                                                       -Prayoga R-

SECTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang