SECTION 27. IT'S MY FIRST LOVE

17 9 0
                                    

Narendra mengenali satu bentuk tubuh semampai yang berdiri membelakanginya. Outfit yang ia kenakan tampak membekas dalam benak Narendra dan rambut tergerai itu adalah salah satu mahkota terindah yang hanya Narendra bisa menikmatinya.

"Ariska?" sapa Narendra dengan bunyi nafas yang tersengal-sengal. Remaja berpakaian seadanya itu hanya bisa menyapa tanpa mendekat. Kerumuman pengunjung lain berlalu lalang begitu saja tanpa menghiraukan apa yang sedang terjadi dengan Narendra.

Posisi wanita itu kini berubah. Gaya berdirinya mirip model-model papan atas yang sedang bergaya di depan kamera. Kedua tangannya melipat tepat di depan perutnya. Sekejap, wanita itu mengibaskan rambutnya dan berbalik arah.

"Kamu ngapain aja, sih?" tanya wanita itu; Ariska mendekat ke arah Narendra. Setibanya Ariska, ia langsung memukul pelan dada Narendra. "Kamu itu ngapain aja, ha?"

"Aku tadi -"

"Aku tadi apa? Kamu udah buat malam ini jadi berantakan tau gak?"

"Kamu kemana tadi lari gitu aja tanpa kasih tau aku, ha? Kamu itu ngapain?" tanya Ariska kuat. "Kamu bukannya udah janji buat malam ini jadi malam spesial. Kamu udah ngerusak semuanya. Sekarang kamu lihat! Lampu sorot udah dihidupkan."

"Iya. Aku maaf." tukas Narendra memohon.

"Kamu seharusnya bilang dulu dong mau kemana? Mau ke toilet, kah atau mau beli sesuatu, kah atau apalah. Intinya ya bilang dan jangan ngilang gitu aja kayak setan."

"Kamu seharusnya bisa menjaga perasaan aku, dong. Kamu ini maunya apa sih, Narendra?"

"Kamu mau minta putus?" tanya Ariska sudah tak terbendung lagi kemarahannya. Pengunjung lain tampak tak menghiraukan. Membiarkan sebuah drama mengalir begitu saja.

"Kamu maunya apa, Narendra?"

"Aku cuma mau kamu maafin aku, Sayang. Itu aja." jawab Narendra memohon.

"Kamu laki bukan, sih? Gak bisa mempertanggungjawabkan hal yang udah kamu lakuin!"

"Atau jangan-jangan selama ini aku pacaran sama perempuan. Ih, najis banget. Aku masih normal."

"Jangan lebay gitu," ujar Narendra memohon. Narendra sejenak berpikir melang-lang. Dirinya kini tengah memohon-mohon. Suatu tindakan yang sangat bertolak belakang dengan prinsipnya. Tetapi, semuanya seakan sirna; Narendra hanya ingin satu hal; kata 'maaf' dari bibir Ariska.

"Kamu ini gimana, sih! Udah salah terus bilangin aku lebay. Kamu sebenarnya sayang gak, sih, sama aku, ha? Mana bukti cinta kamu? Kamu tadi malah lari gak jelas gitu. Kamu ini kenapa--" belum sempat Ariska menyelesaikan omelannya, Narendra membawa seluruh tubuhnya mendekat ke arah Ariska dan pelukan erat dilayangkan remaja itu kepada Ariska. Pelukan mereka begitu hangat dan sendu. Seluruh hasrat, jiwa membara, gairah, dan keinginan seakan menjadi satu padu. Ariska tak melanjutkan omelannya dan kini seakan ia menikmati tanpa alasan yang berarti. Kepala Narendra jatuh di pundak Ariska. Bibir Narendra mengecup perlahan dan Ariska bisa merasakan kenikmatan itu.

Semua mata pengunjung tak pelak tak beralih dari tingkah laku yang dilakukan oleh Narendra. Tetapi, mereka juga harus menyadari bahwa memang begitulah tingkah laku remaja; lebih-lebih usia SMA macam Narendra.

"Aku mohon," Narendra memelas, "kamu jangan terlalu posesif kayak gitu. Kamu dengerin dulu penjelasan aku."

Ariska terdiam dan memejamkan mata. Tangannya memeluk erat tubuh Narendra. Tubuh mereka saling berimpit dan satu kesempatan mereka saling beradu kekuatan tentang siapa pelukan yang paling kuat sekaligus nikmat penuh nafsu. Pikiran Narendra melayang hingga ke ujung sana. Tubuhnya seakan menggigil mengingat kejadian-kejadian lampau yang sangat ia benci. Ariska membara menelisik ke alam nan jauh di sana. Mereka saling beradu emosi dan pada satu titik mereka berjumpa melalui sentuhan mesra yang hanya mereka bisa merasakan kenikmatannya; kenikmatan nafsu dan gairah.

SECTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang