SECTION 45. SCIENCE COMPETITION

9 7 0
                                    

Di suatu pagi yang cerah; Narendra tampak menjahili perempuan-perempuan di kelasnya dengan melemparkan bulatan kertas kecil-kecil yang ia buat sendiri bersama Tommy. Suasana kelas tampak riuh karena guru mata pelajaran pagi ini belum juga hadir. Tetapi, itu bukan suatu masalah berarti sebab tak ada pelajaran maka ribut adalah jalan satu-satunya.

"Yap!" teriak Narendra saat bulatan kertasnya mengenai dengan tepat kepala salah seorang perempuan yang duduk di pojokan. Narendra dan Tommy berusaha menyembunyikan semuanya. Mereka tidak dapat menahan tawa. Beberapa anak laki-laki tengah bermain sepak bola di dalam kelas. Beberapa anak perempuan di belakang kelas tampak membahas drama korea.

Tommy berdeham sebentar membersihkan sisa makanan di mulutnya lalu menyambar sebuah kertas HVS putih dengan sebuah bolpoin milik Narendra. Ia menuliskan sesuatu di atas kertas itu.

Jangan dekati saya! Saya orang gila.

"Gila! Parah lu, Tom." ujar Narendra tidak menyangka kenakalan Tommy yang begitu kolot. Narendra tersenyum lebar lalu mengambil sebuah lem dari dalam tasnya.

"Pakein ini biar kuat, Tom." Narendra menempelkan lem di kertas itu. Tommy celingak-celinguk membidik siapa manusia yang akan menjadi target kenakalannya. Matanya tertuju kepada seorang temannya; Aldo.

Dari belakang Aldo; Tommy menepuk punggung Aldo dengan maksud tertentu, "Aldo, gue yang tendang boleh gak?"

Aldo mengiyakan tanpa merasakan sesuatu yang aneh. Tommy senang karena misinya berhasil dan dengan sigap ia langsung menendang bola kecil itu ke arah gawang kecil. Narendra tergelak tawa tak menentu. Setelah selesai melakukan misinya, Tommy kembali ke tempat duduk menyaksikan Aldo yang seperti orang bodoh karena ditertawakan oleh teman-teman yang lainnya. Beberapa anak perempuan meneriakinya dengan sebutan 'orang gila'. Suasana kelas seakan pecah dan tanpa ada keheningan. Di kelas memang sepi kalau tidak ada anak nakal. Kelas kalau isinya cuma anak yang hobi baca buku maka kelas itu termasuk kelas yang menyebalkan. Kelas itu harus asik dan satu ribut ya ribut semua serta satu kena hukum maka kena hukum semua!

Aldo bersiap menendang bola yang sekarang ini adalah gilirannya. Aldo menatap tajam ke arah kiper dan bersiap melakukan tendangan mematikan. Semuanya berteriak meneriakkan nama Aldo dan disaat bersamaan seorang guru tambun membuka pintu. Semua siswa di kelas langsung terkejut bersiap mengambil tempat duduk masing-masing. Tatapan dan ekspresi guru tambun itu seakan-akan perang dunia ketiga akan segera dimulai. Tommy dan Narendra tidak bisa menahan tawa betapa lucunya ekspresi kawan-kawan lain yang ketakutan.

"Itu yang dipojok sana," ujar guru itu melirik tajam. "Kenapa ketawa? Ada yang lucu, ya?" Tommy dan Narendra langsung membisu dan tubuhnya mematung. Giliran kawan-kawan lainnya tertawa melihat Narendra dan Tommy dihantam tatapan paling kejam.

Guru tambun itu berjalan ke arah mejanya dengan langkah paling mengerikan. Setiap derap langkahnya menimbulkan kesan angker dan misterius. Kesan mistis kemudian memenuhi seluruh ruangan. Lampu yang terang di atas sana nyatanya tidak mampu menerangi betapa gelapnya aura guru tambun itu.

Bug!

Guru tambun itu menjatuhkan bukunya di atas meja cukup keras dan dengan tatapan paling kejam, "Siapa yang paling pintar di kelas ini?"

Mampus gue!

"Adrian, Bu. Dia rangking satu semester kemarin." jawab Aldo dengan semangat.

"Adrian? Yang mana anaknya?" tanya guru tambun itu dengan tatapan kejam. Adrian mengacungkan tangan. Guru tambun itu mengangguk lalu meminta Adrian untuk menurunkan kembali tangannya. Adrian tersenyum lebar dengan ekspresi tinggi hati.

"Siapa yang paling bodoh di kelas ini?" tanya guru tambun itu. Pertanyaan itu lantas langsung dijawab dengan acungan tangan oleh semua murid di kelas kecuali Adrian.

SECTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang