Hati yang baik tak memilih bibir untuk membuktikan.
~ Tavisha . R ~
Happy reading <3
" Hai semua. Banyak yang nungguin cerita ini ya. Yuk baca dan simak bareng aku. Ya. Aku Tavi. Kita udah kenalan di awal kan. " Tavisha Ratnaduhita.
Gadis cantik dengan wajah asia itu kini sedang mengerjakan tugas yang diberikan oleh pak Anto tadi siang di sekolah.
Tavi adalah gadis yatim piatu, dia tidak punya saudara dan keluarga yang ingin mengurusnya sejak kepergian ayah dan ibunya.
Dia hidup sendiri di rumah wasiat ayahnya. Rumah ini tidak terlalu besar dan tidak pula kecil. Sangat sederhana. Dan hanya Tavi yang tinggal di sini. Tidak ada siapa-siapa.
Tavi adalah gadis muda dengan banyak ketakutan saat tinggal sendiri. Tentu saja dia sedih dengan kepergian orangtuanya. Dia hancur. Saat itu usianya baru menginjak lima belas tahun.
Saudaranya enggan untuk meminta Tavi tinggal bersama mereka. Tavi masih memiliki beberapa wasiat dari ayah dan ibu. Dulu kedua orangtuanya mempunyai kecukupan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Tapi takdir berkehendak lain. Tuhan ingin Tavi bisa berdiri sendiri dan lebih memilih orangtuanya untuk lebih dulu pergi ke surga.
Tavi anak yang ramah di lingkungan tetangganya. Semuanya memberi kasih sayang pada Tavi. Khususnya Bu Rini dan keluarganya. Mereka tetangga depan Tavi. Bu Rini selalu mengunjungi Tavi dan membawa makanan dari rumahnya. Kadang Tavi berfikir, hidupnya memang hancur, tapi itu bukan alasan dia tidak mau menerima dunia luar kan.
Bu Rini mempunyai seorang anak laki-laki yang sudah Tavi anggap kakak laki-lakinya sendiri. Dia tidak tahu bahwa anak Bu Rini sudah jatuh hati padanya sejak Tavi masuk SMA.
Wahh. Tavi nggak peka ya. Haha.
Sore ini Tavi mau pergi ke toko buku di salah satu mall. Dengan mengendarai motor scoopy kesayangannya dan satu-satunya kendaraan yang dia bisa.
" Nak Tavi !! " Panggil seseorang dari seberang rumahnya. Itu Bu Rini.
Tavi menghampiri Bu Rini. Memarkir motortnya di depan gerbang rumahnya.
Bu Rini tersenyum saat Tavi menghampiri dirinya.
" Kamu mau kemana?, ditemenin sama Kenan mau?. " Tanya Bu Rini seusai Tavi tiba di depannya.
Tavi nyengir.
" Enggak dulu bu. Tavi mau pergi sendiri aja. Kapan-kapan Tavi minta anterin Kak Kenan " tolak Tavi sopan.
Bu Rini tidak bisa memaksa. Dia khawatir dengan gadis kecil tetangganya itu. Dia hidup sebatang kara, terus berusaha tegar meskipun banyak yang harus dia urus sendirian dalam hidupnya.
" Yaudah. Hati-hati ya, nanti kalo ada papa, kamu telpon nomor Ibu atau Kenan. " Ucap wanita paruhbaya itu.
Tavi mengangguk, menyalami tangan wanita itu dan segera beranjak pergi karena hari semakin sore.
**
Tavi menikmati perjalanan sore ini. Hatinya tenang dan damai. Semua pekerjaan rumah dan sekolah sudah dia selesaikan dengan baik.
Hidup Tavi sangat terbantu dengan beasiswa yang ia pertahankan sejak SMP. Itu membuatnya masih bisa sekolah sampai sekarang, jika tidak. Dia tidak akan mampu memenuhi semuanya sendirian.
Sesampainya di depan mall. Tavi segera mencari tempat parkir di dekat pintu utama masuk agar nanti dia tidak akan memutar ke parkiran belakang gedung.
Gadis cantik itu menaiki eskalator ke lantai dua untuk sampai di toko buku yang ia tuju. Duitnya memang tidak banyak, tapi Tavi selalu menyukupkan semuanya dengan baik. Mengatur agar tidak ada kekurangan sama sekali. Walaupun kadang memang dia bisa kehabisan uang sampai habis, mungkin tersisa sangat sedikit.Tavi berjalan menyusuri mall besar yang membentang di sekelilingnya. Dia berjalan lurus ke arah sebuah toko buku.
" Wah,, bukunya bagus semua. Tapi duitku pas buat buku itu. " Tavi menatap dompetnya. Selembaran uang yang tidak begitu banyak itu menggoda untuk dihabiskan.
" Mau makan apa aku kalo buat beli buku doang. " Ucapnya. Senyuman kecil terukir di wajahnya.
Ia membayangkan bagaimana dia bisa menghabiskan semua uang itu hanya untuk beberapa buku. Mau makan buku apa?. Hal itu sangat lucu menurutnya.
Gadis itu memilih satu buku yang menurutnya menarik dan memang cukup pas dengan uangnya.
Setelah menghabiskan satu jam di toko buku. Tavi keluar dari mall. Membayar biaya parkir dan segera mengendarai motornya pulang dengan hati-hati.
Dia lapar. Melihat banyak kedai yang berjejer di sepanjang jalan membuat perutnya semakin merontah.
" Makan apa ya?. Soto betawi, bosen. Emm,, beli sate aja deh. " Ucap gadis itu sambil mengendarai motor.
Tavi mampir di sebuah warung makan yang menjual sate daging. Dari daging ayam sampai sapi. Tentu seorang Tavi adalah seorang gadis hemat. Dia memilih sate ayam karna harganya lebih murah.
Gadis cantik itu segera pulang saat sudah dirasa selesai dengan dunia luarnya. Menyalakan motor dan pulang ke rumah membawa sebungkus nasi hangat dan sate yang barusan di pesannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Wife | 1 | End to chap 2
Teen FictionI𝚗𝚒 𝚋𝚞𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚙𝚎𝚗𝚞𝚑𝚗𝚢𝚊 𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝚛𝚘𝚖𝚊𝚗𝚝𝚒𝚜. 𝙿𝚎𝚛𝚊𝚜𝚊𝚊𝚗𝚖𝚞 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚍𝚒𝚋𝚊𝚗𝚝𝚒𝚗𝚐 𝚘𝚕𝚎𝚑 𝚜𝚎𝚜𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐. 𝙼𝚎𝚗𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚌𝚊𝚗𝚝𝚒𝚔 𝚋𝚞𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚙𝚎𝚗𝚞𝚑𝚗𝚢𝚊 𝚓𝚊𝚖𝚒𝚗𝚊𝚗 𝚋𝚊𝚑𝚊𝚐𝚒𝚊. . " 𝙹𝚒𝚔...