PILIHAN | 47

137 10 9
                                    

Tavi menoleh, begitupun Anta. Tavi yang gugup, sedangkan Anta penasaran.

Pria itu berjalan ke arah pintu. Sesekali mencuri pandang ke belakang, ke Tavi, namun gadis itu selalu mengalihkan pandangan.

Anta membuka pintu. Terkejut, mendapati seseorang yang membuatnya kesal berdiri di depan kamar hotel yang ditempati istrinya.

" Ngapain kamu kesini? " mengamati Reno.

Tavi muncul di belakang Anta. Dia tahu karena ekspresi Reno berubah saat melihat ke sisi sampingnya.

" Aku yang nyuruh dia kesini " melewati tubuh Anta, lalu menarik Reno masuk. Tidak menghiraukan tatapan tajam yang dilayangkan suaminya.

Tavi menyuruh Reno duduk. Gadis itu memeriksa isi paper bag yang dibawah Reno untuknya.

Sedangkan Anta mengambil posisi duduk di samping Tavi. Tavi tidak menghindar, dia sibuk melihat barang-barangnya.

" Makasih Ren. Mau makan dulu nggak? "

Reno menatap Anta yang masih melayangkan raut tidak suka. Cowok itu menggeleng, segera berpamitan karena suasananya saat ini tidak baik-baik saja untuk Tavi.

Tavi tidak menoleh sedikitpun ke arah Anta. Melirik saja tidak, dia membalikkan tubuhnya membelakangi Anta, kemudian berdiri ke tempat tidur.

" Vi " panggil Anta sekali lagi. Dia merasa sakit diacuhkan seperti ini.

Pria itu menghampiri istrinya. Mencoba mengambil genggaman di tangan istrinya, dan kembali ditapis oleh Tavi.

" Kamu ngapain kesini? " ucap Tavi akhirnya.

Anta tersenyum sekilas, " aku mau minta maaf. Aku salah besar Vi, kamu tahu aku cuma cinta sama kamu ".

Tavi diam. Rasa sakit yang dia tanggung selama satu minggu lebih tidak mudah dilupakan begitu saja.

" Aku Mau Kamu Maafin Aku " Anta berlutut, lagi.

Kini Tavi membalikkan tubuhnya, Anta mendongak, senyumnya bersinar saat Tavi menatapnya setelah daritadi mengacuhkannya.

" Bangun. Kamu nggak usah kayak gitu "

Anta tidak mau bangun sampai Tavi menyentuhnya, sampai istri kecilnya itu membantunya.

" Bangun mas "

" Nggak mau "

Tavi kesal, gadis itu menggigit bibir bawahnya menahan emosi.

" Aku mau kamu pergi "

Anta menunduk dalam. Rasanya semakin sakit saat Tavi berbicara seperti itu. Seolah ketegasan dan kekuatan Anta menguap entah kemana.

Tavi menyerah. Emosinya tidak boleh terlalu tinggi demi anaknya, dia memejamkan matanya beberapa detik, kemudian membantu Anta dengan memegang lengan pria itu.

" Bangun. Kamu bukan anak kecil "

" Anak kecil ini butuh kamu Vi " Anta menatap lekat, matanya sendu.

Berbeda dari kemarin. Yang Tavi lihat saat ini adalah ketulusan disana.

Tavi tiba-tiba pingsan. Anta terkejut bukan main, dia langsung memeluk tubuh istrinya, mengangkatnya ke tempat tidur dan segera menghubungi dokter.

" Vi. Bangun " menepuk pipi istrinya berkali-kali.

Dua puluh menit kemudian seseorang datang, dokter yang Anta hubungi. Perempuan dengan jas putih itu segera memeriksa keadaan Tavi.

Menuntun Anta sedikit menjauhi tempat tidur, untuk menyampaikan sesuatu.

" Bapak tahu istri bapak hamil? "

Anta menatap sebentar ke istrinya dan kembali menatap dokter di depannya seraya mengangguk.

" Istri bapak sangat lelah. Tolong jangan bebani dia dengan banyak pikiran. Saya akan memantau kembali perkembangan ibu Tavi. Dia pasien saya pak, dan bapak Anta adalah atasan saya. "

Anta menatap Dokter itu, memahami perkataannya. Memang dia yang menyebabkan Tavi seperti ini, dia pantas disalahkan.

" Saya pamit ".

Anta mengantarkan. Kemudian kembali menghampiri Tavi di tempat tidur. Mengambil tempat duduk di samping istrinya, tangannya mencoba meraih genggaman disana.

" Maafin aku "

" Maafin aku "



***


Tavi sadar. Dia mencoba menggerakkan jarinya, namun merasakan sesuatu menggenggamnya sangat erat. Matanya terbuka dan pemandangan yang ia lihat berbeda dari sebelumnya.

Biasanya dia terbangun dari pingsan tanpa siapapun. Tapi sekarang, ada seseorang yang tertidur hanya untuk menunggunya bangun.

" Mas " Tavi menepuk tangan Anta.

Pria itu tersadar. Antusias dengan kesadaran istrinya.

" Tavi. Ada yang sakit? Sakit dimananya sayang? "

Tavi menggeleng, raut wajahnya masih datar. Dan mencoba melepaskan genggaman tangannya dari Anta.

" Jangan dilepasin ya? Biar gini aja sebentar " Anta sedih, Tavi masih marah padanya.

" Aku mau ke toilet "

" Aku tuntun ya? Boleh? "

Tavi mengangguk, itu membuat Anta tersenyum bahagia. Meski marah, Tavi masih sangat membutuhkan pertolongan.

Menunggu beberapa menit, Tavi keluar. Sedikit huyung karena tenaganya sangat sedikit.

" Aku tahu kamu hamil Vi " ucap Anta sambil menuntun Tavi.

Tavi hanya diam. Dia memang bisa menyembunyikannya, tapi Anta akan tahu dengan sendirinya.

" Kenapa disembunyiin? "

Tavi mengambil selimut untuk menutupi tubuhnya, tidak menghiraukan Anta sama sekali.

" Vi. Ngomong dong sama aku. Aku sakit dicuekin terus "

" Rasain ".

Anta menatap istrinya. Mengerjap seperti anak kecil yang meminta sesuatu.

" Boleh peluk? "

Dengan posisi keduanya yang berhadapan, Tavi merentangkan tangannya lemas. Pergerakan itu membuat Anta tersenyum sangat lebar.

Anta memeluk istrinya. Sangat erat, dia rindu rasa ini. Dan hanya Tavi yang bisa memberikannya. Dia tidak ingin kehilangan istri kecilnya lagi, sungguh, kali ini dia berjanji pada dirinya sendiri. Meski sempat diingkari, tapi kali ini dia bersungguh-sungguh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 24, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Little Wife | 1 | End to chap 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang