DAY | 5

256 128 32
                                    

You can't complain about everything in the crowd.

~ T A V I~

Happy Reading <3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading <3

Sekolah dan bekerja. Tugas seorang Tavisha Ratnaduhita, menjadi siswa Sekolah Menengah Atas adalah tanggung jawab dan pekerjaannya sekarang.

Pekerjaan paruh waktu dan sekolah adalah pekerjaannya.

Semua siswa mungkin hanya memikirkan tentang bagaimana mereka akan berangkat sekolah, bermain ke mana, dan membeli apa besok.

Tidak dengan gadis cantik yang kini sedang mencuci motor kesayangannya di depan rumah.

Hari ini sekolah sudah selesai. Jam sebelas siang. Setelah ini Tavisha harus segera berangkat bekerja di salah satu cafe di Jakarta Selatan.

Semua berjalan teratur, Tavisha memiliki waktu untuk belajar dan tidak mengganggu pekerjaannya.

" Aahhh,, Bunda. Tavi lelah, " Ucap gadis itu sambil menyiram sepeda motornya.

Dia lelah mengemban semua tanggung jawab ini sendiri.

Pulang sekolah harus langsung mandi dan berangkat bekerja. Mengerjakan PR, membersihkan rumah. Belum lagi tanggungan rumah yang bisa saja menumpuk.

Ingin rasanya mengeluh, tapi tidak ada satupun yang mau mendengarkan ceritanya. Dia ingin berkeluh kesah dan memeluk seseorang seperti kedua orangtuanya.

Semesta selalu punya rahasia dibalik ujian yang diberikan tuhan pada manusia.

Tavisha yakin Ayah dan Bundanya akan selalu bersamanya walaupun mereka sudah ada diatas sana. Dia selalu merindukan kedua orangtuanya itu.

Setiap kali merasa lelah dan hampir putus asa, gadis itu selalu bangkit dan akan berusaha membuat kedua orangtuanya bangga.

" Ayah. Bunda. Tavi janji bakal jadi anak yang baik disini. " Gadis itu menangis. Rasa lelah dan sakitnya seakan mengalir mengikuti air mata yang turun dari matanya.

Menatap langit cerah yang membentang di atasnya. Mengusap air matanya dan kemudian beranjak masuk.

Dia harus bersiap-siap untuk pergi kerja. Menatap jam tangan yang melingkar cantik di pergelangan tangan kirinya.

" Sudah mau jam satu. Dia tidak boleh telat. " Ucapnya. Memilih baju dan segera berdandan untuk pergi bekerja.

Hari ini dia tidak bisa terlalu santai. Karena kehidupannya bergantung pada pekerjaannya itu.

***

Tavi bersepeda dengan tenang. Sesekali berhenti di lampu merah sambil memakan snack yang dia bawah dari rumah.

Lampu merah ketiga ini menunjukkan angka mundur dari sembilan. Sebentar lagi Tavi akan sampai di tempat kerjanya sesuai jadwal.

Setelah angka menunjukkan nol dan lampu hijau mulai terlihat. Tavi menyetater motornya.

Belum sempat gadis itu mengendarai motornya, sebuah mobil fortuner putih menabrak dari sisi sampingnya.

Breeerrrrr!!!. Suara motor Tavi yang berhasil jatuh.

Gadis itu meringis. Menyadari darah yang keluar dari lutut dan telapak tangannya. Matanya berkaca karna sakit yang dia rasakan pada telapak tangan dan lututnya.

" Sakit,, " gumam gadis itu masih tersungkur.

Seseorang keluar dari pintu pengemudi. Seorang pria mengenakan jas berwarna biru gelap itu menghampiri Tavi dan segera membantu gadis itu berdiri.

Seorang perempuan kemudian keluar dari pintu penumpang dan ikut membantu meminggirkan motor milik Tavi.

" Kamu tidak papa gadis kecil?. " Tanya wanita itu.

Tavi mendongak. Menatap dua orang yang membantu dan juga pelaku yang menabraknya itu.

Dia ingin marah, tapi dia pasti akan dimaki jika meminta tanggung jawab orang kaya seperti mereka.

Gadis itu memendam rasa marah dan sakitnya. Bibir cantiknya menakup rapat. Menahan sakit yang dia terima akibat tabrakan itu.

Triingg triinggg!!! Ponsel Tapi berdering. Menampilkan nama bos tempat dia bekerja.

Seketika gadis itu melihat jam tangannya, matanya melebar dan benar saja, dia terlambat satu jam karna kejadian barusan.

Dua orang yang membantunya pun masih berdiri di depannya. Wanita itu sibuk menelepon entah dengan siapa.

Tavi berusaha berdiri. Dia meringis kesakitan, menahan luka yang dia alami akibat kejadian tadi. Dia tidak bisa terlambat. Pekerjaan itu satu-satunya harapan gadis itu.

Tavi masih berusaha berdiri, meringis. Dan benar saja, tubuhnya goyah. Dia tidak kuat. Sakit.

" Aw! " Seru gadis itu.

Pria yang menabraknya tadi berniat membantu gadis itu, namun ditolak mentah-mentah.

Tavi tidak suka seseorang membantu dengan memeluknya seperti barusan.

Tadi dia hanya memegang tanganku. Tapi kenapa barusan memegang pinggangku, kurang ajar. Batin gadis itu menatap tajam laki-laki yang membantunya.

Seseorang yang sudah lama menyaksikan semuanya dari jauh mendatangi Tavi.

Anta. Pria itu menatap kejadian itu dari satu jam yang lalu. Mobilnya terparkir di pinggir jalan, karena dirinya yang sedang menerima telepon saat di jalan.

Laki-laki itu menghampiri ketiga orang yang sibuk dengan kegiatan minta maaf dan gadis kecil yang berusaha kuat dengan lukanya.

" Sayang. Kenapa ini?, " Ucap Anta.

Tavi melebarkan matanya. Menatap pria itu kebingungan.

Apa. Sayang?. Siapa?. Aku?. Batin gadis itu. Dia menatap Anta yang semakin mendekat dan berhasil memeluk pinggangnya.

Tavi terkejut. Barusan dia menolak pria tadi, tapi sekarang?. Laki-laki di depannya ini tenang sekali memeluknya.

Gadis itu berusaha melepaskan pelukan Anta, tapi laki-laki itu masih erat memeluk pinggangnya.

" Selesaikan ini di jalur hukum. Kau tau gadis ini sudah mematuhi lalu lintas, tapi lihat dirimu dan pasangan mu yang tidak tahu malu melanggarnya. Berikan dia tanggung jawab yang sepadan. " Ucap Anta lugas pada kedua orang itu.

Seketika mereka berdua menunduk dan meminta maaf. Merasa malu dan bersalah.

" Kami minta maaf gadis kecil. Biarkan kami memberi tanggung jawab untuk lukamu. " Ucap laki-laki yang menabrak Tavi.

Tavi mendongak, menatap Anta. Memastikan sesuatu.........





**
Cut.

Wah,, gimana ya kelanjutannya. Pantau terus ya. ❗❗❗

Little Wife | 1 | End to chap 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang