STATUS | 36

75 24 3
                                    

Kehangatan tuturmu adalah hal baru dari dinginnya hidupnya.

~ T A V I ~

Hari yang cerah menyingsing beriringan dengan sinar terang mentari dan beberapa kicauan burung yang berlalu lalang di lingkungan kompleks

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari yang cerah menyingsing beriringan dengan sinar terang mentari dan beberapa kicauan burung yang berlalu lalang di lingkungan kompleks. Sudah hampir satu tahun Anta memboyong semua barang-barangnya ke rumah istri kecilnya.

Rumah gadis itu tidak sebesar mansionnya, namun layak dalam kategori nyaman dan idealis dalam penataan properti dan suasana lingkungan yang nyaman.

Laki-laki itu berniat memperluas bagasi karena dia ingin membawa mobil kesayangannya yang lain.

" Tavi sudah pagi, bangun. " Laki-laki itu sedikit menepuk bahu istrinya yang tertutup bad cover tebal. Tidak ada respon.

Kembali menepuk. Sesaat tubuh gadis itu sedikit bergerak.

" Kenapa?"

" Pagi. " Masih saja dingin dan irit berbicara meskipun sudah berumah tangga hampir satu tahun, Anta masih saja ragu menjadi lain selain dirinya.

" Iya, tapi aku libur. " Ucap Tavi yang mengucek matanya.

" Siapa yang mau memasak?." Anta lapar. Tapi kenapa dia sangat malu untuk berbicara hal itu pada Tavi.

Gadis itu mendudukkan tubuhnya. Mencari celah sinar dari matanya, beradaptasi dari alam bawah sadar.

" Ayok. Mau dibuatin apa?" Ia beranjak, membalikkan kembali tubuhnya menghadap Anta yang masih duduk. " Mas. "

Laki-laki itu menatapnya. Wajah lesu bangun tidur masih melekat di wajah kecil istrinya.

" Cuci muka dulu. "

" Ya iyalah. Kan aku cuma nanya mau di masakin apa? Hehe. " Tavi terkekeh karena respon suaminya yang sedikit percaya diri.

Anta mendengus, kemudian pergi melewati Tavi. Yang disusul gadis itu yang masuk ke dalam kamar mandi, masih cekikikan karena mendapati respon kesal bercampur malu suaminya.

Setelah mencuci muka dan menggosok gigi, Tavi segera keluar. Mencari jejak suaminya yang dia kira berada di meja makan ternyata berada di ruang tamu.

" Mas. Mau makan apa?!"  Gadis itu bertanya sembari berjalan mendekat.

Anta menoleh. " Terserah. " Dia juga hanya makan apa yang istrinya itu masak.

" Emm,, apa ya,, " Tavi berjalan menuju kulkas. Mendapati beberapa bahan telah habis. Wajahnya lesu, ini hari libur dan dia harus belanja?. Kembali menutup kulkas, berbalik dan kembali berjalan mendekati Anta.

" Mas, bahan masakan udah pada habis. Aku mau belanja dulu ya?" Meminta ijin suaminya.

Anta menoleh, menatap gadis itu. Tidak mengucapkan apapun termasuk pergerakan apapun. " Aku temenin. " Ucapnya.

" Boleh. Tapi ke pasar, bukan ke supermarket. Mau?"

" Iya. "

" Oke. "

Mereka segera bersiap, gadis itu sedikit ragu mengajak suaminya. Karena laki-laki itu sudah terbiasa bergelimang kemewahan, takutnya tidak terbiasa dengan tempat seperti pasar tradisional.



***


" Masih banyak??" Ucap laki-laki itu dengan tatapan menyerah.

Tavi tersenyum, terkekeh rendah sembari mengangguk.

" Makanya jangan ikut." Inilah yang dia takutkan sedari tadi.

Hanya dengusan yang ia terima dari Anta. Kembali menyusuri kios para pedagang sayur. Tiba-tiba seseorang menyenggol gadis itu sampai pada titik seseorang merangkul pinggang Tavi erat.

Matanya menatap wajah tegas itu. Dia bukan orang lain, dia suaminya. Status itu sudah melekat di hidup mereka selama satu tahun ini. Berbagai masalah mungkin hadir, namun Anta selalu meyakinkan dirinya untuk selalu menjalani hubungan ini dengan nyaman dan tenang. Dia yang selalu membuat Tavi merasa aman. Dia yang sekarang mengedarkan pandangannya tajam karena merasa kesal dengan orang yang hampir membuatnya jatuh. Kini pandangan itu turun. Menatapnya lurus.

" Ada yang sakit?".

" Enggak mas. "

" Emang gitu nak. Di peluk aja istrinya, emang rame, jadi pada dusel-duselan!!" Seorang wanita paruhbaya yang menjaga kios sayur melihat para pembeli berdesakan dan hampir membuat gadis yang mau membeli di kiosnya terjatuh ikut kesal.

Anta dan Tavi menatapnya, tersenyum lalu kembali gadis itu fokus mau membeli sayuran yang dia butuhkan. Masih dengan tangan kekar Anta yang setia melingkar di pinggangnya.

Setelah hampir dua jam, mereka bergelut di pasar tradisional. Kini gadis itu berhasil keluar menyeret Anta yang sudah berwajah tidak karuan.




****
Heyyoooooo!!!
Aku menyapa lagi.
Kita bertemu lagi.
Apa kabar semuanya?!!!! Baik!! Aammiinn.....

Mari dan terima kasih karena masih setia dengan dua insan favorit aku termasuk yaitu Tavi dan Anta. Siapa yang stay, dan siapa yang baru join silahkan berikan komen terbaik dan jangan lupa klik bintang pojok bawah kiri. Agar aku lebih semangat menulis.

Ibu negara Hastanta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ibu negara Hastanta. Siap merobohkan dinding es Bapak negara.

Bapak negara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bapak negara. Tampannya milik rakyat tapi hatinya hanya milik Ibu Negara sahaja.

Little Wife | 1 | End to chap 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang