Lihatlah dirimu sudah sempurna. Tak perlu kau pandang orang lain untuk berdiri. Berdirilah di atas kakimu sendiri.
~ Tavisha . R ~
Happy Reading <3
Hari ini sangat indah. Sangat bahagia. Akhirnya Tavi memiliki waktu luang untuk dirinya sendiri. Tanpa memikirkan kerja dan sekolah. Ada tugas di kedua pekerjannya itu.
Tapi, hanya hari ini saja. Dia ingin pergi keluar untuk menenangkan jiwa dan pikirannya.
" Vi !! " Panggil seseorang dari seberang rumahnya. Seseorang yang melihat bahwa Tavi mau pergi ke suatu tempat.
" Gue ikut dong !! "
Gadis itu mengernyit. Seruan orang itu sedikit jauh hingga terdengar samar.
Haldis. Cowok itu berjalan menyeberang jalan ke arah rumah Tavi. Menampilkan senyuman lebar ke arah gadis itu.
" Kenapa Dis?. " Tanya Tavi lembut. Sambil mengeluarkan sepeda motornya keluar.
" Mau ikuttt. " Jawab cowok itu sambil memanyunkan bibirnya.
" Ih. Haldis, ngapain sih kayak gitu. Kalo mau ikut, aku naik motor aku. " Mata Tavi memberi tunjuk ke arah motornya.
" Gue bonceng deh, plus gue beliin bensin. " Haldis berusaha menggoda Tavi. Sebenarnya dia hanya ingin bersama gadis itu. Hanya mengeluarkan beberapa uang saja. Pikirnya.
Hari ini Haldis memiliki banyak tugas dari guru. Tapi saat melirik ke depan rumahnya. Melihat seorang gadis perlahan membuka gerbang rumahnya, berniat pergi ke suatu tempat.
Haldis tahu, setiap hari libur. Tavi selalu menyempatkan waktu untuk keluar sekedar melepas penat.
Haldis selalu menyempatkan waktu untuk bisa bersama dengan Tavi. Memberikan tumpangan adalah salah satu senjatanya untuk bersama Tavi.
Sepertinya author belum munculin karakter si kakak Haldis ya. Nungguin yaaa,, oke kita kembali ke cerita.
Haldis berlari kecil ke arah rumahnya. Setelah berhasil mendapat persetujuan Tavi untuk ikut pergi gadis itu. Tavi menunggu Haldis beberapa menit, sebelum akhirnya laki-laki itu keluar dengan pakaian simple dengan tambahan jaket denim membuat aura Haldis seperti anak gaul.
Tidak seperti dirinya, Tavi. Yang hanya mengenakan celana jeans dan kaos polos berwarna peach, sambil membawa tas selempang kecil yang melingkar di bahunya.
Haldis beranjak, memakaikan helm pada Tavi dan segera membonceng gadis itu ke tempat tujuan mereka.
***
Sebuah Taman yang luas terpampang di hadapan mereka berdua. Cowok itu memarkir sepeda milik Tavi di tempat khusus parkir Taman.
Tavi turun duluan dan berjalan menyusuri taman. Aroma tanaman dan udara sejuk membuat tubuh gadis itu menjadi rileks dan tenang.
Segala bentuk pikiran dan penat seakan menguap dengan udara.
Haldis segera menyusul gadis itu, berjalan menyejajari Tavi dan akhirnya berjalan beriringan seperti orang yang sedang berpacaran di Taman.
Haldis membuka topik pembicaraan dengan gadis itu agar dirinya tidak merasa begitu canggung.
Memberikan beberapa obrolan seputar kelasnya dan kegiatan bimbel yang dilakukan di sekolah untuk para siswa-siswa yang membayar biaya sedikit mahal.
Seketika Tavi berhenti, matanya menatap satu titik. Mengalihkan pandangan Haldis untuk ikut fokus pada titik itu juga.
Sebuah kedai ice cream menarik mata Tavi. Ini kesempatan Haldis.
" Mau?. Gue beliin deh. " ucap cowok itu.
Tavi menoleh, lalu segera menggeleng untuk menolak tawaran cowok itu. Tavi masih punya beberapa uang untuk membeli makanan hari ini. Dia tidak ingin menyusahkan orang lain.
" Enggak Dis. Gue masih punya uang kok. " Jawab Tavi. Mencoba menolak dengan pelan.
" Yaudah. Gue beli dua aja. Nanti satu buat lu. "
" Ya, sama aja dong Dis. "
" Hehe. "
" Kita beli masing-masing aja. Kamu beli rasa yang aku mau. Aku beli rasa yang kamu mau. "
" Oke deh. "
Mereka berjalan ke arah kedai ice cream yang menggoda itu. Memesan dua rasa berbeda. Menunggu tiga menit, Haldis menukar ice cream miliknya dengan ice cream yang Tavi pesan. Sepakat dan sedikit tawa hadir pada wajah gadis itu.
Membuat hati Haldis seakan melayang hanya dengan melihat wajah bahagia gadis itu.
Mereka mengambil tempat duduk di dekat kedai ice cream tadi.
Menikmati udara sejuk Taman, dan melihat beberapa pasangan dan orang-orang yang berlalu lalang di sekitar mereka.
Haldis terus menatap Tavi. Mengamati wajah cantik gadis itu seakan ingin melahapnya. Dia terpesona. Sekali lagi hatinya ingin memberitahu, dia jatuh cinta pada Tavi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Wife | 1 | End to chap 2
Teen FictionI𝚗𝚒 𝚋𝚞𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚙𝚎𝚗𝚞𝚑𝚗𝚢𝚊 𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝚛𝚘𝚖𝚊𝚗𝚝𝚒𝚜. 𝙿𝚎𝚛𝚊𝚜𝚊𝚊𝚗𝚖𝚞 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚍𝚒𝚋𝚊𝚗𝚝𝚒𝚗𝚐 𝚘𝚕𝚎𝚑 𝚜𝚎𝚜𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐. 𝙼𝚎𝚗𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚌𝚊𝚗𝚝𝚒𝚔 𝚋𝚞𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚙𝚎𝚗𝚞𝚑𝚗𝚢𝚊 𝚓𝚊𝚖𝚒𝚗𝚊𝚗 𝚋𝚊𝚑𝚊𝚐𝚒𝚊. . " 𝙹𝚒𝚔...