Kebersamaan bukan penentu kesetiaan.
~ T A V I ~
Kebahagiaan menyelimuti Anta setelah hidup bersama Tavi. Keduanya memang belum saling mengungkapkan perasaan mereka, namun tidak dipungkiri keduanya semakin menikmati kebersamaan mereka.
" Vi. Cepetan !" Seru Anta dari luar kamar mandi. Sudah setengah jam istrinya belum keluar.
Bunyi pintu dibuka menandakan seseorang yang dia panggil mendengar pasti.
" Kamu lama banget. Kenapa?" Raut wajah laki-laki itu bingung.
Tavi menggeleng, namun pandangannya lesu. Gadis itu melewati Anta berjalan menuju tempat ganti di kamarnya.
Anta kemudian segera masuk ke kamar mandi. Mereka harus segera bersiap untuk pergi menghadiri pesta yang diadakan Bunda Anta.
Setelah keduanya benar-benar siap. Anta masih kebingungan dengan raut lesu istrinya.
" Kamu kenapa sayang?" Sontak membuat mata Tavi membulat.
Senyuman sempat hadir disana lalu kembali dengan raut lesu, " nggak papa mas. Agak nggak enak badan aja."
" Nggak usah pergi aja kalo gitu. " Anta khawatir.
" Tapi nanti nggak enak sama Bunda. Nggak papa, nanti sekalian ke rumah sakit ya?" Tawar istrinya.
Raut cemas hadir di wajah Anta. Namun dia lemah jika ditatap oleh istrinya seperti anak kecil meminta mainan.
" Yaudah. Ke rumah sakit aja dulu. "
Tavi memeluk suaminya dibalas juga oleh laki-laki itu. Kini keduanya berjalan ke arah mobil, dan Anta segera melaju ke rumah sakit sebelum ke rumahnya.
***
Sesampainya di depan bangunan dengan nama RS. SINGARAJA, keduanya turun. Menyusuri lorong lurus sampai pada ruang tunggu. Anta berjalan ke arah resepsionis. Laki-laki itu menyuruh istrinya duduk diam menunggu.
Sekembalinya ke arah Tavi " Habis ini kamu. " Menyodorkan nomor antrian.
Benar saja belum menunggu lama, nama Tavi sudah menggema di ruangan itu. Gadis itu berjalan ke arah ruangan dokter.
Seorang wanita cantik dengan jas putihnya menyambut ramah Tavi. Senyumnya mampu membuat pasien lupa dengan keluhannya. Lebay.
" Nona Tavisha?" Ucap dokter itu.
" Iya dok. "
" Silahkan berbaring ya. "
Diikuti oleh gadis itu mengikuti arahan dokter.
Kegiatan memeriksa keadaan berlangsung.
" Bu Tavisha. Selamat ya. "
Gadis itu kebingungan. Menatap lurus dokter di depannya. " Kenapa dok?"
" Ibu sedang hamil."
Berita itu sontak membuat mata Tavi membulat sempurna. " Saya hamil?"
Dokter itu mengangguk sambil menampilkan senyuman cerah di wajahnya.
Setelah berbincang beberapa hal di dalam ruangan, akhirnya giliran Tavi sudah selesai. Gadis itu berjalan keluar, mendapati seseorang duduk menunggunya di depan ruangan. Membuat hatinya gugup.
" Gimana?" Anta beranjak mendekati istrinya.
" Emmm,,, "
" Kenapa? "
" Nggak papa. Ayok pergi, nanti Bunda nungguin kita. " Tavi belum siap memberitahu suaminya. Dia ingin mencari waktu yang tepat.
Anta mengikuti gadis itu berjalan keluar. Raut lesu memang sudah hilang dari wajah istrinya, dan sekarang berganti gadis itu seperti menyembunyikan sesuatu darinya.
***
" Menantukuuuu !!!" Wanita itu berhambur memeluk menantunya yaitu Tavi.
" Kok lama. Kalian kemana aja?"
Tavi tersenyum " Dari rumah sakit Bunda. "
" Lho, siapa yang sakit?"
" Tavi Bun. " Sahut Anta.
Anta mendapati papanya sedang berbincang dengan beberapa saudaranya. Laki-laki itu ikut bergabung dengan mereka.
Sedangkan Tavi sudah ditarik oleh Bundanya dengan beberapa saudaranya yang lain.
" Kamu kenapa nak?" Tanya Bunda.
" Bunda. Tavi takut. "
Wanita itu menautkan alis. " Kenapa nak? Cerita ke Bunda. "
" Aku hamil. "
Sontak wanita paruhbaya itu terkejut. Matanya bersinar sembari kedua tangannya menangkup menutupi mulutnya.
" Kamu udah bilang suamimu? "
Tavi menggeleng. Membuat Bunda Anta menepuk bahunya pelan. " Nggak papa nanti Bunda bantuin. " Wanita itu memeluk senang menantunya. Dia bahagia akhirnya bisa menimang cucu pertamanya dari Anta dan menantu pilihannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Wife | 1 | End to chap 2
Teen FictionI𝚗𝚒 𝚋𝚞𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚙𝚎𝚗𝚞𝚑𝚗𝚢𝚊 𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝚛𝚘𝚖𝚊𝚗𝚝𝚒𝚜. 𝙿𝚎𝚛𝚊𝚜𝚊𝚊𝚗𝚖𝚞 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚍𝚒𝚋𝚊𝚗𝚝𝚒𝚗𝚐 𝚘𝚕𝚎𝚑 𝚜𝚎𝚜𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐. 𝙼𝚎𝚗𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚌𝚊𝚗𝚝𝚒𝚔 𝚋𝚞𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚙𝚎𝚗𝚞𝚑𝚗𝚢𝚊 𝚓𝚊𝚖𝚒𝚗𝚊𝚗 𝚋𝚊𝚑𝚊𝚐𝚒𝚊. . " 𝙹𝚒𝚔...