BURHAN | 43

60 18 8
                                    

Bukan tanpa sebab sebuah cinta tumbuh dalam hati.

~ Adelard . H ~

Mendengar kemarin bahwa mertuanya ingin membantunya untuk berbicara pada Anta, hati Tavi seketika tenang dan menunggu kepulangan sang suami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mendengar kemarin bahwa mertuanya ingin membantunya untuk berbicara pada Anta, hati Tavi seketika tenang dan menunggu kepulangan sang suami.

" Kok lama banget ya. " Menilik jam tangan di pergelangannya. " Biasanya nggak pernah telat ".

Beberapa menit setelahnya, masih hampa harapan gadis itu. Sekian kali menghembuskan napas berat karena menunggu suaminya.

" Kayaknya aku harus nyusul ke kantornya deh. "

Tavi berjalan ke kamarnya, mengambil tas selempang cantiknya dan menyambar kunci mobil diatas nakas.

Anta pernah mengajari Tavi menggunakan mobil-mobilnya, namun hanya saja gadis itu belum pernah membutukannya sendiri. Dia masih bisa mengandalkan Anta untuk mengantarnya.

Tavi berjalan menuju parkiran rumahnya, segera gadis itu menyalakan mesin dan segera melajukan mobilnya menuju kantor Anta.

Setelah beberapa menit mengendarai mobil, Tavi akhirnya tiba di depan gedung yang menjulang tinggi dengan logo nama besar Hastanta Corp.

Langkahnya pelan namun pasti berjalan menyusuri lobi sampai semua mata orang-orang disana fokus kepadanya.

Beberapa karyawan wanita berbisik dan berhasil masuk ke telinga Tavi, namun sekali lagi tidak dihiraukan oleh gadis itu.

Seseorang melihat Tavi dari arah lain. Menghampiri gadis itu.

" Bu. " Panggilnya pada Tavi, itu Shea, asisten pribadi sekaligus bodyguard Anta.

" Shea. Ruangan Anta dimana ya ?" Mengingat bahwa ini adalah gedung baru suaminya yang beberapa minggu lalu laki-laki itu menyampaikan padanya.

Shea mengangguk " mari ikut saya bu. " Perempuan itu mendahului Tavi untuk menuntun ke ruangan Anta.

***

Matanya terpelonjak kaget saat mendapati tubuh Anta terkulai lemas dengan tangan menjuntai kebawah.

Tavi berlari ke arah suaminya, begitupun Shea yang terkejut dengan apa yang terjadi.

" Shea. Apa yang terjadi disini ?" Tavi panik.

Shea menatap lemah istri tuannya itu lalu bergerak membantu Tavi mengangkat tubuh Anta, menyejajarkan tubuh laki-laki itu sepenuhnya di sofa.

" Panggil dokter Shea. " Ucap Tavi sembari mengusap kening suaminya.

Shea memenuhi perintah Tavi, memanggil seorang teman Anta yang sudah menjadi dokter kepercayaan laki-laki itu.

" Iya. Sekarang ". Tutup Shea.

Mereka berdua saling menatap Anta cemas sampai pada seseorang masuk.

Vano. Adik sekaligus seorang dokter, yang menjadi kepercayaan Anta dalam segala hal.

" Vano. Tolong. " Tavi menatap adik iparnya lemah.

Vano berjalan, menundukkan badannya lalu segera memeriksa Anta yang masih belum sadarkan diri.

" Tenang kakak ipar. Sepertinya kakak hanya salah mencerna makanan saja. "

" Maksud kamu apa Van ?"

Begitupun Shea yang menatap tidak percaya ke arah Vano.

" Kemungkinan kak Anta keracunan Kak. " Jelas Vano.

Tavi membekap mulutnya tidak percaya.

" Saya sudah menjaga makanan tuan sebaik mungkin. Jika ini terjadi, berarti musuh tuan sudah semakin liar. " Jelas Shea yang membuat Tavi lemas.

Gadis itu tidak bisa menahan rasa ini sedari tadi. Tubuhnya goyah, dan langsung kedua orang kepercayaan Anta membantu memapahnya untuk duduk di sofa di samping tempat Anta berbaring.

" Bu, kenapa ?"

Tavi lemas, menatap suaminya penuh kekhawatiran, " Aku hamil Shea. " Semua mata membulat sempurna ke arah Tavi. Terkejut sekaligus bahagia karena seorang Anta junior ada didalam perut gadis itu.

" Van. Tolong lo periksa data-data makanan dan orang-orang yang masuk kesini tadi. "

Vano mengangguk dan melangkah pergi meninggalkan ruangan Anta.

" Bu. Saya mau mengurus masalah ini. Boleh saya pergi ?" Shea meminta ijin pada Tavi, berpikir karena mungkin gadis itu masih membutuhkannya.

" Iya. " Jawab Tavi lemas. Matanya masih fokus ke arah Anta.

" Jika ibu membutuhkan sesuatu. Silahkan hubungi saya. " Ucap Shea kemudian melangkah keluar untuk membantu pekerjaan Vano.

Beberapa saat setelah kepergian dua orang itu, Anta bergerak. Bagian tangannya mencoba menggenggam. Tavi yang fokus sedaritadi langsung beranjak mendekat ke suaminya.

" Mas. "

Anta membuka matanya, pusing di kepalanya tidak dapat dia hindari saat sinar matahari menyoroti dari jendela kaca di ruangannya.

Suasana pertama yang dia dapati adalah hening. Dengan seseorang sudah berada tepat di sampingnya.

" Kamu kenapa disini Vi ?" Ucap Anta. Dia tidak ingat kejadian terakhir yang membuatnya seperti ini.

" Aku. Lagi isi bensin mas. "

" Kok disini ?"

" iiiihh !! Aku tuh kesini karna kamu mas " Kesal Tavi. Rasa sakit dan mual di perutnya masih saja terasa sampai sekarang. " Hupp " Tangannya berusaha menutup mulut.

" Kamu kenapa ?" Anta beranjak bangun. Mendapati sesuatu terjadi pada istrinya.

Tavi menggeleng, rasa itu hilang, mungkin hanya beberapa jam kedepan lalu datang lagi. Biasalah, siklus ibu hamil.

" Nggak papa. Kamu tadi makan apa mas ?"

" Aku ? Makan bubur seafood dari anak-anak. "

" Anak-anak siapa ?"

" Tadi Burhan yang nganterin ke ruanganku. "

Tavi menautkan alis tidak percaya. Suaminya ini kenapa berubah seratus delapan puluh derajat. Sebelumnya dia tidak pernah akrab dengan karyawannya manapun.

" Habis ?" Tanya Tavi.

Anta menjentikkan telunjuknya " bentar, tadi aku buang di----" Langkahnya menuju kotak sampah membuat matanya membulat sempurna. "---kok nggak ada".

" Kenapa ?" Tanya Tavi dari belakangnya.

Anta menoleh, mencoba mengingat sesuatu. Apa yang terjadi sebelumnya.

" Kotak makannya nggak ada sayang. " Anta berjalan ke arah Tavi. Tatapannya kosong.

" Kamu tau nggak ?" Tavi memegang tangan suaminya " kalo kamu keracunan. " Tatapan tajam kemudian menjurus ke arah Anta.

Anta menatap teduh istrinya, " kok bisa ?"

" Ya nggak tau kamu. Semua dimakan, katanya cuma masakan aku doang. "

Tavi tidak mau membuat suasana menjadi tegang disini. Dia tidak ingin memberatkan pikirannya dan Anta.

" Enggak, itu tadi Burhan---" Sebuah kejadian melesat di pikiran Anta. " Fuck !".

" Kenapa ?"

" Aku lupa, kalo Burhan bukan karyawanku lagi. "

Tavi menatap Anta tidak percaya. " Gilak ya. Terus sekarang kamu nggak papa kan Mas ?".

" Nggak papa sayang ".

Anta memeluk istrinya, dan dibalas dekap oleh Tavi. Kejadian ini harus membuat Anta lebih berhati-hati. Pikirannya kalut saat memikirkan siapa yang berada di balik Burhan. Mantan karyawannya itu.

Little Wife | 1 | End to chap 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang