MEET | 6

239 125 33
                                    

Semua hal tak bisa kau gapai sendiri. Ada orang lain yang harus bermain membantu.

~ Tavisha . R ~

Happy Reading <3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happy Reading <3

Gadis dengan tubuh mungil itu mendongak. Memastikan sesuatu.

" Om. " Ucapnya saat menatap mata teduh laki-laki yang memeluk pinggangnya itu.

Anta menurunkan pandangannya. Gadis itu masih memanggilnya dengan sebutan ' Om '!!.

Kedua orang yang tadi menabrak Tavi beranjak pergi setelah bertukar nomor telepon dengan Tavi untuk membayar biaya tanggung jawab mereka.

Anta menatap mata gadis itu intens. Tangannya masih setia memeluk pinggang gadis kecil itu.

" Jangan panggil aku om. Gadis kecil, kau adalah teman sekolah adikku kan?. " Tanya Anta menyurutkan pandangan Tavi padanya.

" Aaaaaa,, om yang waktu itu ngehalangin jalanku kan?. Makasih ya om. " Gadis itu menunduk sambil mengucapkan beberapa kata.

Anta tersenyum mendapati reaksi malu-malu gadis kecil itu. Wajah tampannya menampilkan sebuah  senyuman.

" Mau tetap kupeluk gadis kecil?. " Ucap Anta menggoda.

Tavi masih belum menyadari bahwa tangan Anta masih melekat di pinggangnya.

Gadis kecil itu melihat tangan yang melingkar kokoh di pinggangnya. Tidak dipungkiri. Kenapa dia nyaman. Apa?!.

Buru-buru Tavi mendorong tubuh Anta sedikit menjauh. Dia malu. Sangat malu.

Wajahnya merona. Berusaha menyembunyikan wajahnya yang sudah memerah seperti tomat busuk. Tavi berusaha mengangkat motornya sendiri, sesekali meringis.

Tidak berhasil sama sekali. Usaha gadis itu membuat Anta tertawa kecil.

" Ada apa gadis kecil?. Berat?. " Ucap Anta, pria itu berjalan menghampiri Tavi dan motornya. Membantu mengangkat motor gadis itu yang sudah terbaring di samping trotoar.

Enteng pak. Gilak kali dari tadi kalo enteng udah selsai ini ngangkat!. Gerutu Tavi di dalam hati. Yang benar saja pertanyaan laki-laki yang sedang bersamanya ini.

Anta menarik tangan Tavi. Mata Tavi seketika melebar dengan perlakuan Anta.

" Aw!! " Seru gadis itu. Yang benar saja. Kakinya masih sangat sakit. Dia khawatir tulangnya patah. Lebay pikirnya.

Anta menoleh. Belum seperempat jalan, gadis itu sudah meringis kesakitan.

Dengan cepat dan mengejutkan author juga.

Anta mengambil inisiatif, menggendong gadis itu. Membawanya ke arah mobilnya terparkir tidak jauh.

Tavi melebarkan matanya, kedua tangan gadis itu menangkup rapat, berusaha menutupi wajahnya yang sangat malu karena tiba-tiba di gendong oleh Anta.

Setelah sampai, Anta mendudukkan Tavi di samping kursi kemudi. Laki-laki itu menyusul masuk, mencari kotak pertolongan pertama yang tersedia di samping setir mobil.

Mengobati luka gadis itu dengan lembut. Membuat Tavi seketika terkesiap.

Tavi tidak pernah merasa nyaman dengan seseorang, seperti ini. Tapi dia adalah gadis kecil yang tidak akan bermimpi terlalu jauh.

" Sudah. " Ucap Anta.

Tavi membuka tangkupan tangannya. Mengintip sebuah plaster yang sudah melekat menutupi luka di lututnya.

Gadis itu menghembuskan napas dalam. Sedikit saja pertolongan pertama membuat lukanya tidak terlalu sakit karena hembusan angin dan debu.

"Makasih om,,,, " ucap Tavi ragu-ragu.

Anta menatap tajam gadis itu. Masih saja dia memanggil dirinya dengan sebutan 'om'. Anta hanya bisa mengembuskan napas.

Berusaha membuang kekesalannya yang percuma. Gadis itu adalah gadis yang ditemuinya di sekolah Gilang kemarin. Yang membuatnya kesal dengan embel-embel 'om' dan masih berlanjut untuk pertemuan kedua kali mereka.

" Anta " ucap pria itu membereskan peralatan obatnya.

Tavi mengangguk. Gadis itu menatap Anta ragu-ragu.

Anta yang merasa di tatap membalas gadis itu dengan tatapan teduh. Baru kali ini seorang Adelard Hastanta mengubah raut wajah dinginnya di depan seorang gadis kecil, seperti Tavi

" ada apa gadis kecil?. " Tanya Anta.

" Saya Tavi om. Makasih banyak ya om, udah bantuin Tavi. Oh iya, Tavi boleh minta tolong nggak om?, " ucap gadis itu ragu-ragu.

" Apa?. " Anta mengalihkan pandangannya ke depan. Berusaha menghindari tatapan gadis kecil yang sudah membuatnya lupa dengan jati dirinya.

" Bisa anterin Tavi ke kafe Permata nggak?. Nanti Tavi ganti kok. " Ucap gadis itu. Mata indahnya menatap Anta, menunggu jawaban pria di depannya.

" Iya " itulah jawaban Anta.

Anta menyalakan mesin mobilnya. Sedangkan gadis di sampingnya tersenyum lebar hanya dengan jawabannya tadi.

Benar saja senang, karena pekerjaan ini adalah hidup dan mati Tavi.


***
Cut.

Salam hangat dariku semua.
Tulus membaca dan perhatikan perubahan pada hatimu. Hehe.🤭

Si cantik yang selalu tegar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Si cantik yang selalu tegar.

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA SEJAUH INI. SEMOGA KALIAN SELALU MENIKMATI KARYA KAMI.😊

Little Wife | 1 | End to chap 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang