Kesempurnaan itu pada hati yang tulus.
~ Adelard . H ~
HAPPY READING <3
Tidak pernah disangka. Tidak pernah sedikitpun terbesit dalam hidupnya bahwa hal ini akan menghampiri takdirnya.
______
Bersiaplah. Jam tujuh malam aku akan menjemputmu.
18.45______
Pesan itu membuatnya merinding. Ini jam enam malam dan satu jam seseorang menyuruhnya bersiap. Untuk apa?.
Tavi baru saja pulang bekerja satu jam yang lalu. Dan sekarang dia mendapat pesan dari Anta, yang menyuruhnya untuk bersiap.
Tingggg tinggg !!! Bel rumahnya pun ikut berbunyi dibalik kesal pikirannya sekarang.
" Sekarang apa lagi?! " Geramnya.
Gadis itu berjalan keluar dan mendapati seorang kurir dengan kotak di tangannya.
" Siapa ya?. " Tanya gadis itu, berpikir kurir di depannya ini salah rumah.
" Dengan ibu Tavisha Ratnaduhita? "
" Iya. Saya sendiri pak. "
" Ini kiriman dari Ibu Merina. Bisa tolong tanda tangan disini. " Kurir itu mengarahkan Tavi.
Kaku sambil memegang kotak yang berhasil dia terima tanpa sebab. Membuat Tavi semakin kebingungan.
Akhir-akhir ini hidupnya terasa tidak tenang sejak berada di dekat Anta.
Tepat jam tujuh malam. Anta memarkiran mobilnya tepat di halaman rumah Tavi.
Tok! Tok! Pria itu mengetuk beberapa kali pintu jati bercat putih di depannya.
Seorang gadis dengan anggun mengenakan gaun mewah membuka pintu. Tavi. Gadis itu mendapat chat dari Bunda Anta sebelum akhirnya memutuskan untuk memakai gaun indah dengan pasti.
Anta terpesona. Menatap gadis di depannya tanpa henti yang membuat Tavi menunduk malu karena jantungnya berdebar dengan kencang mendapati bahwa Anta juga tampil menawan dengan jas formal yang dipadu tuksedo hitam.
" Siap? " Laki-laki itu mengulurkan tangannya.
Tavi menatap kebingungan. Namun tetap mengulurkan tangannya membalas Anta.
***
Anta membawa gadis itu ke sebuah mansion mewah. Di dalamnya sudah ada beberapa orang yang berpakaian formal.
" Om Anta. " Panggil gadis itu berbisik sambil menarik ujung jas Anta.
" Kenapa? " Sahut Anta.
" Kita ngapain sih disini?. "
" Ikuti saja aku. "
Anta menuntun gadis itu sampai ke sebuah kursi. Dua kursi lebih tepatnya dengan mejah menengahi dengan beberapa kursi lainnya.
Tavi dan Anta duduk berdampingan. Seseorang menyusul mereka. Seorang pria paruhbaya dengan badan sedikit gembul mengenakan jas dan peci.
Seseorang lagi menyelimuti kepala Tavi dengan sebuah kain putih. Membuat gadis itu mendongak dan kembali menunduk karena arahan wanita paruhbaya itu, Bunda Anta.
" Siap semua?. "
Semua orang mengangguk, mengiyakan ucapan penghulu.
Anta menjabat tangan penghulu di depannya." Saya nikahkan kamu, Adelard Hastanta dengan Tavisha Ratnaduhita dengan seperangkat alat shalat dan harta limapuluh juta dibayar tunai. "
Anta mengulangi ucapan penghulu dengan satu tarikan nafas.
" Sah?! "
" Sah. "
" Sah. "
Semua orang menyahuti sang penghulu dan dilanjut berdoa untuk mengakhiri akad nikah. Gadis itu terkejut.
Ada bahagia dan sangat tidak menyangka bahwa dia sudah menikah?.
Ayah. Bunda. Batin Tavi. Matanya menatap orang-orang di sekitarnya kebingungan. Namun tangan kekar seseorang tiba-tiba menggenggamnya erat. Anta.
Laki-laki itu menatap dalam mata istrinya. Dia tahu bahwa dia salah karena tidak memberitahu gadis itu tentang ini.
" Tolong. Pahami ini untukku. " Ucap Anta.
Tavi menatap ketulusan di mata laki-laki itu. Kemudian mengangguk dan mencoba mengikuti ucapan Anta untuk memahami semua ini.
Setelah acara khidmat dan sakral, kini Anta dan Tapi disuguhkan dengan pesta yang meriah di mansion mewah ayahnya.
Merina mendorong suaminya yang duduk di kursi roda ke arah Anta dan Tavi.
Gadis itu sontak menunduk sopan. Lalu kembali mendongak karena Anta menyuruhnya.
" Hallo nak Tavi. Maafkan saya. " Ucap Rey (papa Anta) di hadapan Tavi.
Gadis itu menggeleng. Laki-laki tua itu tidak pernah bersalah padanya, tapi kenapa mengatakan maaf di hadapannya.
" Maaf karena saya memaksa kamu menikahi putra saya. " Sambung Rey, menarik tangan Tavi ke genggamannya.
Gadis itu mengangguk seraya tersenyum.
" Iya Om. Tapi, om nggak salah kok. Tavi nggak pernah marah sama om ini. Tapi sama om yang ini. " Tavi melirik Anta.
Membuat Merina dan Rey terkekeh karena tingkah gadis itu. Mereka merasa tenang karena gadis yang sekarang menjadi menantunya ini tidak merasa terintimidasi dan terpaksa menikahi putranya.
Anta melotot ke arah Tavi. Namun malah mengundang gelak tawa kecil gadis itu dan semakin membuat hatinya nyaman.
" Nak. Kamu panggil Anta pakek 'mas' ya. Kan dia suami kamu, bukan paman kamu. " Merina terkekeh kecil saat menuturkan itu pada menantunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Wife | 1 | End to chap 2
Teen FictionI𝚗𝚒 𝚋𝚞𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚙𝚎𝚗𝚞𝚑𝚗𝚢𝚊 𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝚛𝚘𝚖𝚊𝚗𝚝𝚒𝚜. 𝙿𝚎𝚛𝚊𝚜𝚊𝚊𝚗𝚖𝚞 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚍𝚒𝚋𝚊𝚗𝚝𝚒𝚗𝚐 𝚘𝚕𝚎𝚑 𝚜𝚎𝚜𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐. 𝙼𝚎𝚗𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚌𝚊𝚗𝚝𝚒𝚔 𝚋𝚞𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚙𝚎𝚗𝚞𝚑𝚗𝚢𝚊 𝚓𝚊𝚖𝚒𝚗𝚊𝚗 𝚋𝚊𝚑𝚊𝚐𝚒𝚊. . " 𝙹𝚒𝚔...