Seseorang mengenal dirinya setelah terbiasa sendiri.
~ Tavisha . R ~
Happy reading <3
Hari senin. Lagi. Rasanya Tavi ingin sesekali menjadi murid nakal yang izin tidak masuk sekolah meskipun dirinya tidak sakit.
Dia ingin. Tapi sakit ataupun tidak dia harus berusaha menjadi murid yang baik di sekolahnya. Dia diberi tanggung jawab sebagai seorang murid teladan dengan beasiswa yang tidak bisa dicabut kecuali bila Tavi melanggar peraturan sekolah dengan sengaja.
Tavi bersiap. Memakai seragam sekolahnya dengan rapi seperti biasa.
Setelah bersiap dan merapikan semua perelengkapan sekolahnya. Gadis itu memanaskan motor kesayangannya sambil menyantap sandwich yang ia buat sebelum matahari mulai memunculkan penampakannya, lebih tepatnya setelah shalat subuh.
Tavi berangkat dengan ketenangan jalanan pagi yang sejuk. Rambut panjangnya tergerai indah mengikuti hembusan angin. Helm bogo hitam melekat di kepalanya. Untuk menjaga keselamatan pengendara tentunya.
Setelah satu jam. Akhirnya Tavi sampai juga di sekolahnya. SMA Gentara.
Tavi berjalan menyusuri kooridor setelah berhasil memarkirkan motornya.
Tavi berjalan santai memandang lurus tanpa kata, sesekali menunduk. Melihat langkah kakinya yang kecil.
Ditengah perjalanan tenangnya di koridor, matanya mendapati salah satu gurunya sedang berjalan cepat menuju salah satu ruangan.
Pak Anto memasuki ruangan kelas IPS 3. Kelas di samping perpustakaan. Disana ada keramaian yang mengusik warga sekolah dan membuat kepala sekolah sampai ikut turun tangan.
Tavi berlari kecil. Dia ingin melihat apa yang terjadi, siswa-siswi rela berdesakan dan mengintip apa yang terjadi di dalam kelas itu.
Badan mungilnya berusaha menggapai dan ingin melihat, namun anak-anak lain mendesak dan menggeser tubuhnya sedikit kencang hanya demi sebuah pertengkaran.
Ya. Ada pertengkaran siswa kelas IPS 3 yang menyebabkan keramaian di sekolahnya pagi ini.
" Haldis. " Ucap gadis itu. Haldis Fazaira. Sahabat sekaligus adik dari tetangganya yaitu Kak Kenan.
Gadis itu terkejut saat tubuh kecilnya berhasil menggapai celah di jendela dan mendapati bahwa penyebab keramaian ini adalah sahabatnya yang sedang bertengkar dengan salah satu siswa kelas IPS 3 juga.
Kriinggg kringg!!!!
Bel pelajaran dimulai sudah terdengar di penjuru bangunan SMA Gentara. Tavi segera berlari menuju kelasnya agar tidak disangka terlambat oleh gurunya.
Nafas gadis itu terengah-engah akibat berlari dari lantai satu sampai lantai tiga tempat kelasnya berada. IPS 1.
Tavi menempati bangku kedua dari sebelah kiri tepat di samping tembok berjarak dua barisan dari pintu kelas.
Bu Tami memasuki kelas dengan membawa perlengkapan seorang guru seperti biasa. Buku paket dan spidol hitam menjadi atribut khas dari guru Bahasa Indonesia itu.
***
Hari ini semua pelajaran dimulai dan selesai dengan lancar dan tentram. Setelah keramaian tadi sekarang murid-murid tidak akan membahas hal lain kecuali siswa-siswa tukang rumpi dan anak-anak hits di sekolah ini.
Khususnya Haldis dan teman-temannya sendiri. Haldis adalah seperempat anak nakal di sekolah ini. Beberapa anak kecuali dia bahkan sangat nakal dan membuat masalah yang lebih besar.
Pertengkaran Haldis tadi pagi sudah di anggap wajar di SMA Gentara.
Tavi memesan gado-gado hangat di kantin. Gadis itu memilih bangku paling pojok dan menyeruput minuman didepannya.
" Tavi !! " Panggil seseorang. Haldis.
Gadis itu menatap cowok yang sedang berjalan mendekatinya itu. Perlahan dan pasti, Haldis mengambil bangku di hadapan Tavi yang memang kosong.
" Vi ", panggil cowok itu lagi.
Tavi berdehem. Menatap ponselnya tanpa menghiraukan cowok di depannya sama sekali.
" Vi. Dih, gue panggilin nggak noleh. Nanti pala lu nggak bisa ndongak, mampus lu. " Ucap cowok itu sembarangan.
" Apaan sih Dis. Ngapa??, " Tavi mendongak. Menatap mata cowok itu sekilas.
" Jangan bilang Mama ya. Pliss. " Haldis mengerutkan bibirnya, berusaha memohon agar gadis itu tidak mengadukannya pada Ibunya, yaitu Bu Rini.
Tavi menggeleng. Cowok itu melihat pergerakan sekilas gadis di depannya. Beranjak memeluk gadis itu di depan banyak orang.
" Makasih sayangku. Baik banget deh kamu tuh!! " Celetuk Haldis sambil memeluk erat gadis itu.
Semua mata tertuju pada mereka berdua yang sedang asik dengan dunianya berdua.
Seolah-olah tak ada yang melihat.
" Dih. Jijik gue Dis. Pergi lo !!" Seru Tavi karna dia sangat malu dengan pergerakan tiba-tiba Haldis padanya.
Cowok itu menguraikan pelukan dan segera beranjak meninggalkan kantin. Tavi malu. Sangat malu, semua orang menatapnya. Gadis itu menatap semua orang dengan menampilkan rentetan gigi putihnya.
Merasa sangat malu. Iyalah, dipeluk sama cowok hits seperempat di sekolahnya.
Apalagi tatapan gadis-gadis yang menyukai Haldis di sekolah ini.
Tavi selalu menjadi sasaran empuk mereka untuk merumpi tentang cowok itu. Dia adalah sahabat Tavi sejak kecil. Sebelum orangtuanya meninggal, mereka sudah bermain bersama.
Bu Rini selalu memberikan kasih sayang seorang ibu pada Tavi sejak dulu.
Haldis dan Tavi selalu dipaksa kemana-mana barengan. Yaa,, karena mereka satu arah tujuan dan seangkatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Wife | 1 | End to chap 2
Teen FictionI𝚗𝚒 𝚋𝚞𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚙𝚎𝚗𝚞𝚑𝚗𝚢𝚊 𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝚛𝚘𝚖𝚊𝚗𝚝𝚒𝚜. 𝙿𝚎𝚛𝚊𝚜𝚊𝚊𝚗𝚖𝚞 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚍𝚒𝚋𝚊𝚗𝚝𝚒𝚗𝚐 𝚘𝚕𝚎𝚑 𝚜𝚎𝚜𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐. 𝙼𝚎𝚗𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚌𝚊𝚗𝚝𝚒𝚔 𝚋𝚞𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚙𝚎𝚗𝚞𝚑𝚗𝚢𝚊 𝚓𝚊𝚖𝚒𝚗𝚊𝚗 𝚋𝚊𝚑𝚊𝚐𝚒𝚊. . " 𝙹𝚒𝚔...