Jika memang hidupku terlukis indah, maka untuk apa mengkhawatirkannya.
~ Tavisha . R ~
Kesederhanaan dan kebaikan seorang Tavisha selalu membius Anta dalam setiap waktu.Kecantikan wajahnya, dan ketulusan gadis itu selalu berhasil membuat dirinya jatuh ke dalam perasaan yang entah sudah berapa lama dia abaikan. Apakah memang benar dia mencintainya?. Atau hanya karena rasa nyaman yang tercipta karena mereka hidup bersama.
Kehidupan ini juga sangat membuat perubahan drastis pada diri gadis itu.
Tanpa sedikitpun dia memikirkan hal lain kecuali menjadikan dirinya istri yang baik untuk Anta.
" Tavi. Aku udah ngurus tiket ke Surabaya. Kamu nggak mau ikut?." Tanya laki-laki itu menatap punggung istrinya.
" Enggak, aku kan kuliah. "
Mereka masih dalam suasana dingin karena kejadian minggu kemarin. Namun jika bukan karena gadis itu yang membuka obrolan. Maka sampai saat ini tidak ada yang akan berkata sekalipun.
" Oke. " Anta menyerah. Dia sudah tidak bisa setegas dulu pada gadis itu. Sama saja karena Tavi selalu melanggarnya tanpa dosa.
***
Satu minggu sudah, gadis itu menatap lurus pada arah taman di depan rumahnya yang dibuat khusus oleh Anta.
Anta suka sesuatu yang menyegarkan mata. Baik dalam material atau lingkungan seperti ini. Sudah seminggu Anta pergi ke Surabaya, sesekali menelepon Tavi untuk bertanya kabar dan mengobrol hal-hal yang diluar kepala Tavi. Laki-laki itu bercerita panjang lebar tentang pekerjaannya sampai gadis itu terlelap tanpa mematikan ponsel.
Mengehela napas kasar. Gadis itu beranjak dari posisinya duduk. Melangkah ke arah dapur namun suara derak pintu utama sangat mengejutkannya.
" Hallo. Assalamualaikum. " Seorang wanita paruhbaya melongokkan kepalanya. Bu Rini.
" Aaaa !!! " Tavi terkejut, begitupun Bu Rini karena teriakan gadis itu. " Ibu ngagetin aja. Ada apa bu?"
" Hehe. Ibu liat pintunya kebuka dikit. Suami kamu mana nak" Bu rini masuk perlahan.
" Pergi keluar kota Bu. "
" Oalah. Ini ibu bawa soto betawi dari Kenan. "
Tavi masih menyukai hal yang berkaitan dengan laki-laki idamannya itu. Hal yang masih membuat hati dan matanya berbinar setiap mendengar sesuatu tentangnya. Tangannya teulur menerima sodoran kantong plastik putih yang diberikan Bu Rini.
Tavi mengajak wanita itu duduk di ruang tamu. Mereka mengobrol beberapa hal. Sampai pada suara ketokan pintu yang mengalihkan pandangan mereka.
" Siapa nak?."
" Nggak tau bu. Bentar ya Tavi buka dulu. "
Langkah Tavi menuju pintu diselimuti dengan rasa penasaran sampai matanya melihat seseorang yang dia tunggu itu menatapnya lagi.
" Assalamualaikum. " Anta.
" Waalaikumsalam. " Ucap Tavi menyalimi tangan suaminya. Ujung matanya mendapati seseorang juga datang bersama Anta. Seorang perempuan cantik dengan tubuh yang begitu indah.
" Ss,, siapa mas?" Ucap Tavi ragu.
" Ini Rania. Dia anak om Deren, temen bisnisku. Dia mau nginep disini selama seminggu sebelum balik ke Jerman. " Terang Anta.
Hati Tavi teriris, namun apalah dayanya menentang ucapan suaminya juga tidak baik. Tavi mempersilahkan kedua orang itu masuk. Mereka menyalimi Bu Rini di ruang tamu.
Wanita paruhbaya itu kebingungan. Sesekali dia melirik gadis yang menunduk di belakang Anta dan Rania. Mencoba meminta penjelasan.
Bu Rini ingin bertanya, namun sepertinya ini bukan waktunya. Gadis kesayangannya itu terlihat sama terkejutnya seperti dirinya.
Anta masih tidak berbicara apapun tentang Rania pada Tavi. Menawari gadis itu tidur di kamar orangtua Tavi.
Tavi mencoba acuh dan ber-positif thinking tentang hal ini. Dia masih punya tugasnya sendiri sebagai mahasiswa. Dia tidak ingin memperdulikan Anta. Toh mereka menikah karena orangtua, bukan karena saling cinta.
Tavi bukan siapa-siapa disini. Mungkin suaminya suka pada perempuan itu. Cantik dan seksi, jauh dari dirinya. Matanya menunduk mengamati dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Wife | 1 | End to chap 2
Teen FictionI𝚗𝚒 𝚋𝚞𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚙𝚎𝚗𝚞𝚑𝚗𝚢𝚊 𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝚛𝚘𝚖𝚊𝚗𝚝𝚒𝚜. 𝙿𝚎𝚛𝚊𝚜𝚊𝚊𝚗𝚖𝚞 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚍𝚒𝚋𝚊𝚗𝚝𝚒𝚗𝚐 𝚘𝚕𝚎𝚑 𝚜𝚎𝚜𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐. 𝙼𝚎𝚗𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚌𝚊𝚗𝚝𝚒𝚔 𝚋𝚞𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚙𝚎𝚗𝚞𝚑𝚗𝚢𝚊 𝚓𝚊𝚖𝚒𝚗𝚊𝚗 𝚋𝚊𝚑𝚊𝚐𝚒𝚊. . " 𝙹𝚒𝚔...