MHMC34

25.2K 1.5K 81
                                    

Akhirnya up🌻

Maafin kalau part kali ini kurang ngena~

Ku soalnya kadang suka lupa alur, btw🥲

***

Happy Reading! 💚

****

"Leon, tunggu!" Nasha terus berteriak sembari berlari kecil mengejar Leon yang terus saja berjalan dengan cepat tanpa mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu.

"Leon, astaga! Dengerin penjelasan gue dulu!" teriak Nasha yang sama sekali tidak di gubris oleh Leon.

Leon— pria itu tadi melihatnya tengah bersama Bara di cafe. Padahal, Nasha dan Bara tidak melakukan hal aneh. Mereka bertemu karena ada hal penting yang harus di bicarakan. Sialnya, Leon juga datang ke cafe itu. Dan, sepertinya pria itu salah paham.

"Shit!" Nasha mengumpat saat Leon semakin menjauh. Wanita itu sedikit kesulitan untuk mengejar Leon karena perutnya yang semakin besar.

Sedangkan di belakangnya, Bara juga tengah mengejarnya. Nasha melengos pasrah ketika melihat Leon yang sudah masuk ke dalam mobilnya. Tapi, tunggu! Apa Nasha tidak salah lihat? Di dalam sana, seperti ada seorang wanita— itu Salma?

Wtf?! Nasha mengumpat untuk kesekian kalinya hari ini. Itu beneran Salma! Nasha yakin, pasti perempuan satu itu yang sudah membawa Leon ke cafe ini. Benar-benar perempuan licik.

"Nas?" Mendengar panggilan itu, Nasha kemudian berbalik dan menemukan Bara yang tengah menatapnya dengan rasa bersalah.

"Ada Salma di mobil Leon." Nasha berujar sambil menatap Bara dengan penuh arti.

Bara terdiam, cowok itu membalas tatapan Nasha dengan tatapan penuh arti, juga. " Sialan,"desisnya dengan pelan.

****

Wanita itu memasuki rumah besar itu dengan langkah pelan. Rumah ini benar-benar sepi. Entah kemana para penghuninya. Menghela napas, ia kemudian memilih melangkahkan kakinya menuju lantai atas—tempat dimana kamarnya berada.

Sampai di depan pintu kamar, ia terdiam. Menarik napas dalam-dalam dan meyakinkan dirinya sendiri untuk menjelaskan apa yang tadi terjadi.

Saat pertama kali masuk, hal yang di lihatnya adalah Leon yang tengah membaca bukunya di meja belajar. Nasha hanya diam memperhatikan pria itu yang terlihat tampan dengan kacamata baca-nya.

Nasha yakin Leon sudah menyadari kehadirannya. Namun, pria itu benar-benar hanya diam tanpa menyambutnya seperti kebiasaannya selama ini. Sialan, Leon sepertinya sudah terkena racun dari Salma.

Memberanikan diri untuk mendekat, Nasha lalu menghampiri Leon. Tangannya terulur untuk menyentuh pundak Leon. Namun, Leon terlebih dahulu bersuara yang membuatnya urung.

"Jangan ganggu gue." Leon berucap dengan dingin.

"Leon, kita perlu bicara." Nasha berucap dengan tegas yang terdengar seolah memaksa oleh Leon. Padahal, nyatanya tidak sama sekali.

"Gue lagi gak bisa di ganggu, Nasha." Lagi dan lagi, Leon berucap dengan nada dingin pada Nasha.

Hahh... Nasha rasanya sangat membenci suara dengan nada dingin itu. Sepertinya, sifat dingin cowok itu sudah kembali seperti semula. Kenapa sih Leon harus salah paham? Kan, Nasha jadi repot sendiri buat jelasinnya. Mana Leon nya gak mau ngedengerin lagi, tambah rumit aja nih cerita.

"Gue mau jelasin yang tadi, Le. Please, dengerin gue dulu!"seru Nasha dengan nada sedikit meninggi karena kehabisan kesabaran.

Leon memejamkan matanya, tangannya terkepal dengan kuat. Berdiri dari duduknya dengan kasar, Leon kemudian menghadap Nasha. Tubuh pria itu menjulang tinggi di hadapan Nasha yang notabene nya emang pendek.

" Lo mau jelasin apa lagi sih? Bukannya semuanya udah jelas, hah?"ucap Leon dengan suara naik dua oktaf lebih tinggi—seperti membentak.

Nasha yang memang sedang sensitif sekali jika di bentak langsung terpancing emosi. "Lo tuh salah paham, Leon! Dengerin penjelasan gue dulu makanya!"

"Gak ada yang perlu di jelasin! Semuanya udah jelas, Nasha! Lo deket sama Bara, bahkan sampai ketemuan hanya berdua tanpa izin sama gue. Apa itu kurang jelas?!"

"Kita cuman ketemuan, Leon! Gak sampai selingkuh, lagian gue juga ada something yang ingin dibicarakan, Le. Lo paham gak sih?" Nasha menatap Leon dengan frustasi. Nasha frustasi harus gimana lagi jelasinnya sama Leon. Mau di jelasin, Leon nya malah emosi duluan, jadinya kan Nasha juga ngikut emosi.

"Iya, something lo sama Bara tuh tentang perasaan Bara sama lo, kan? Gue tadi juga udah lihat dengan mata gue sendiri, Bara perhatian banget sama lo!"

"ENGGAK GITU KONSEPNYA, BANGSA*T! LO TUH KENAPA JADI MUTER-MUTER GITU SIH NGOMONGNYA?! " Nasha dengan refleks berteriak, lalu terdiam saat hal yang diluar dugaannya terjadi.

Plak!

Leon menamparnya. Pria itu terlihat gemetar, bahkan wajahnya benar-benar memerah karena amarah. Tatapan dingin dan tajamnya ia hujamkan pada Nasha yang terdiam di tempatnya sembari memegang pipinya yang baru saja di tampar oleh Leon.

"Gue suami lo, Nasha. Beraninya lo ngomong gitu ke gue? Nyari mati?" desis Leon.

Merasa tak terima, Nasha kemudian balik menatap Leon. "Lo yang nyari mati, sialan. Beraninya lo nampar gue gitu aja!"

Baru saja Leon akan membalas perkataan Nasha, suara seseorang menyela. "Ada apa ini?"

Nasha beralih menatap ke arah pintu, terlihat disana ada Bunda Mischa yang berdiri di ambang pintu sembari menatap Leon dan Nasha secara bergantian.

"Bunda—" Ucapan Leon terhenti saat Nasha berjalan ke arah Bunda Mischa, lalu mencium punggung tangan wanita itu.

"Bunda, Nasha izin pamit ke rumah Mami." Nasha kemudian berlalu begitu saja tanpa menoleh kearah Leon.

Sepeninggalan Nasha, terjadi keheningan beberapa saat sebelum Bunda Mischa melemparkan pertanyaan pada Leon.

"Kamu apakan Nasha, Leon?" tanya Bunda Mischa.

"Leon gak sengaja tampar Nasha, Bunda." Leon menunduk, tak berani menatap Bunda-nya.

"Astaga, Leon! Kamu main tangan sama istrimu? Sejak kapan kamu jadi kasar sama perempuan, nak? Bunda gak pernah ngajarin kamu buat kayak gitu." Bunda Mischa terlihat kecewa. Beliau menggelengkan kepalanya pelan. "Bukankah Bunda sudah bilang sama kamu sebelum kamu menikah dengan Nasha? Jangan pernah main kekerasan sama perempuan, Leon."

"Maaf, Bunda." Leon melirih dengan pelan. "Leon benar-benar minta maaf, Leon emang salah."

"Bunda kecewa sama kamu, Leon." Bunda berbalik, berniat pergi dari ruangan itu. "Jangan temui Bunda sebelum masalah kamu sama Nasha selesai."

***

Laki-laki itu tersenyum miring saat mendengar perempuan di hadapannya bercerita. Ia kemudian menghisap rokok yang ada di tangannya.

"So? Mereka berantem?" Laki-laki itu bertanya kepada sang perempuan.

Kemudian, sang perempuan tertawa remeh. "Of course. Drama yang menyenangkan, bukan?"

"Well, let's see who wins." Laki-laki itu tersenyum sarkas.

"Of course I won." Sang perempuan menimpali dengan nada sarkas.

Laki-laki itu tertawa remeh, lalu membuang rokoknya yang masih tersisa ke lantai. "In your dream," ucapnya membuat sang perempuan memutar bola matanya malas.

****

See you~

My Husband My Crush [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang