MHMC38

30.9K 1.5K 44
                                    

Akhirnya aku bisa up juga setelah berperang dengan rasa malas😌

Maaf juga kalau di part kali ini banyak typo soalnya gak aku revisi lagi:)

Please buat kalian yang suka jadi pembaca gelap, muncul yaaa. Gapapa gak komen, asal vote aja. Vote itu gratis kok gak bayar.

Aku cuman pengen kalian ngehargain kerja keras aku buat lawan rasa malas:)

So, Happy reading 🌻

***

Di kediaman Nasha kala itu keadaan terasa tegang. Nasha yang tengah berdiri di hadapan Ayahnya menatap pria paruh baya itu dengan marah.

"Maksud Papi apa? Kenapa aku harus nikah sama kak Aska?" Emosi Nasha menggebu kala mendengar perkataan Ayahnya yang mengatakan bahwa ia harus menikah dengan Askara—ah, tidak. Lebih tepatnya Askara ingin menikahinya.

"Nasha, dengarkan Papi!" Pria paruh baya itu sedikit membentak, membuat Nasha tersentak. Mati-matian wanita itu menahan air matanya yang sebentar lagi pasti akan tumpah.

"Papi lakuin ini semua demi kamu, demi anak kamu! Apa kamu gak kasihan sama anak kamu kalau dia gak punya seorang Ayah?" sambungnya.

"Lenasha punya Ayah! dia masih punya Ayah, Pih!" Nasha menekankan.

"Papi gak mau anakmu ketemu sama Ayahnya yang bajingan itu, Nasha!" Suara sang Ayah menggelegar hingga memenuhi seisi ruangan. Mia—maminya Nasha dan Radit—kakaknya sampai tersentak saking kagetnya. Mereka berdua ingin melerai, tapi sudah di peringati oleh Ayahnya kalau mereka jangan ikut campur.

"Papi!" Nasha balik membentak, pita suaranya seakan ingin putus saat berteriak selantang itu.

Semua langsung terdiam, Nasha kemudian menunduk. "Maaf..." lirihnya pelan, merasa sangat bersalah karena sudah membentak Ayahnya.

"Nasha pengin hidup sesuai keinginan aku sendiri, pih. Nasha sudah bukan anak kecil lagi, aku berhak nentuin pilihan sendiri." Suara Nasha melirih disertai dengan air matanya yang mengalir begitu saja. "Tolong... Kali ini aja papi dengerin kemauan aku, aku capek terus ngelakuin hal yang enggak aku sukai."

Hening. Semua bungkam, tak ada yang buka suara. Ayahnya Nasha pun tidak mengeluarkan sepatah katapun.

Nasha menarik napasnya dengan susah payah, lalu menatap Ayahnya yang terdiam menatapnya dengan tatapan sulit ditebak. "Jadi, tolong... Papi izinin aku hidup sesuai keinginan aku sendiri."

Kemudian Nasha berbalik, meninggalkan kedua orangtua dan kakaknya yang terdiam seribu bahasa.

Mia—maminya Nasha mendekat kearah suaminya itu. Beliau langsung memeluk pria yang selama ini tidak pernah meninggalkannya itu. Sedangkan Radit— kakak laki-laki Nasha itu langsung mengejar adiknya yang pergi begitu saja keluar dari rumah.

Di lain tempat, Leon tengah uring-uringan sendiri. Pria itu berkali-kali membenturkan kepalanya ke dinding—berharap mendapatkan ide untuk menghentikan rencana Askara yang ingin menikahi istrinya—em, maksudnya mantan istrinya.

Ricko yang sedari tadi memperhatikan Leon terlihat jengah. Tangannya lalu terangkat untuk memukul temannya itu. "Berhenti bersikap kayak orang stres deh lo!" kesalnya.

"Dia emang lagi stres." El yang ikut memperhatikan langsung menyahut, membuat Ricko tertawa.

"Ya bener sih, gak salah." Ricko tertawa keras, sampai akhirnya Leon melempar mukanya dengan bantal sofa.

Cowok yang akhir-akhir ini selera humornya receh itu langsung meringis, tangannya terangkat untuk mengelus keningnya yang menjadi korban lemparan Leon. "Bangsa*at lu, sakit ogeb!"

My Husband My Crush [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang