MHMC40

35K 1.5K 44
                                    

Satu chapter menuju ending~

Ya Allah, maafin up nya malam banget ㅠㅠ

Happy Reading!

***

Pria itu berdiri di depan pintu ruangan yang di dalamnya terdapat seseorang yang seluruh tubuhnya di pasang alat-alat yang pria itu sendiri tidak tahu namanya apa. Saat ini, hidup wanita itu bergantung pada alat-alat itu.

Dengan wajah kacau dan tatapannya sendunya, Leon berucap. "Nasha... Maaf. Maaf gue terlambat nyelamatin lo, gue harap lo cepat sadar. Lenasha butuh lo, Nas."

Lalu, tiba-tiba saja bahunya ditepuk oleh seseorang membuat Leon sedikit tersentak. Membalikkan tubuhnya, Leon menatap Bara dan Salma dengan tatapan bertanya.

Seolah mengerti dengan arti dari tatapan Leon, Salma kemudian menoleh pada Bara dan dibalas anggukan oleh laki-laki itu. Menghembuskan napasnya dengan perlahan, Salma kemudian melirik sekilas ke arah ruangan Nasha-menatap wanita yang tengah terbaring itu dengan tatapan sedih.

"Sebelumnya sorry gue harus bilang ini di waktu yang kurang tepat." Salma berucap sembari menatap Leon yang juga tengah menatapnya. "Arion. Dia sudah sadar, dan kemarin sore dia mencoba kabur dari rumah sakit. Tapi akhirnya digagalkan oleh El dan Ricko."

Mendengar nama Arion disebut, Leon kemudian menegakkan tubuhnya. Pria itu menatap Salma, seolah meminta penjelasan lebih dari itu.

"Tadi siang, dia juga mencoba kabur lagi. Tapi, akhirnya gagal lagi." Salma melanjutkan.

"Dia ngapain nyoba kabur?" tanya Leon dengan bingung.

"Gue gak tau pasti. Kalau lo mau tahu, coba tanyain ke orangnya langsung."

"Antarkan gue ke ruangan Arion," ujar Leon dengan serius.

Salma menoleh sebentar kearah Bara, dan sekali lagi laki-laki itu mengangguk. Lalu tatapan Salma beralih pada Leon." Okay, lo ikutin gue sama Bara."

Leon hanya mengangguk, lalu mengikuti langkah Salma dan Bara yang akan mengantarkannya ke ruangan Arion.

'Tunggu sebentar, ya, Nasha.' batin Leon sebelum benar-benar beranjak dari sana.

***

Leon menatap cowok yang tengah berbaring dengan tubuh penuh luka itu dengan tatapan tajam. Pria itu baru saja memasuki ruangan Arion, dan menemukan cowok itu tengah berbaring dengan lemah di brankar.

Mencoba mengatur emosinya agar tidak meledak, Leon menarik napasnya dengan perlahan. Berjalan mendekat, pria itu kemudian berhenti tepat di samping Arion yang kini telah menatapnya dengan tatapan benci.

"N-ngapain lo, sialan?" Arion bertanya dengan suara lirih, nyaris tidak terdengar.

Leon sedikit menarik sudut bibirnya, pria itu membalas tatapan Arion dengan tajam. "Dalam keadaan lemah pun, lo masih bisa ngatain gue."

"Tutup mulu lo, anjing!" umpat Arion.

"Lo yang tutup mulut, Arion. Lo tuh sekarang lemah, gak ada apa-apa nya dibanding gue." Leon berucap. "Ah, iya. Gue kesini bukan buat debat apalagi jengukin manusia bajingan kayak lo. Tapi, gue cuman mau bilang. Lo udah kayak gini, ngapain mau coba-coba kabur, hah? Mau minta tolong sama anggota geng lo? Atau mau minta tolong sama orangtua lo? Kalaupun iya, percuma. Lo tetap akan jadi tersangka atas kasus penculikan terhadap Nasha."

Mendengar perkataan panjang lebar Leon, Arion langsung tersulut emosi. Harga dirinya seakan diinjak-injak oleh Leon. Dengan tangan terkepal dan mata memerah, Arion berucap. "Gue gak se-pengecut itu, anjing." geramnya.

Kemudian, Leon tertawa sinis. "Padahal gue gak nuduh lo pengecut loh. Lo sendiri yang ngerasa kayak gitu, bukan? Dan itu artinya lo ngerasa diri lo sendiri sebagai pengecut."

"Bangsat!" bentak Arion. Cowok itu memberontak, berusaha mendudukkan dirinya walaupun nyatanya sangat sulit.

Leon tak mengindahkan, pria itu kemudian menatap Arion dengan dingin. "Jangan pernah sekalipun lo mencoba kabur, Arion. Apa gunanya lo kabur?"

"Bukan urusan lo!" sinis Arion membuat Leon tersenyum miring.

"Terserah, yang pasti lo gak bakalan bisa melarikan diri gitu aja." Lalu, Leon berbalik. Pria itu berniat kembali ke ruangan Nasha, tak ingin berlama-lama meninggalkan wanita itu.

***

Sudah beberapa waktu setelah kejadian itu. Namun, Nasha belum juga sadarkan diri. Wanita itu masih terbaring lemah di brankar. Wajahnya begitu pucat, dan tubuhnya semakin terlihat kurus.

Setiap hari, Leon selalu stay didepan bahkan di dalam ruangan Nasha. Siapa tahu, wanita itu sudah sadarkan diri, dan Leon ingin orang yang pertama Nasha lihat ketika siuman adalah dirinya. Tapi, sepertinya Tuhan masih ingin menghukum Leon. Karena nyatanya, Nasha masih belum sadarkan diri juga.

Lenasha- putri kecil Leon dan Nasha itu sudah lama tidak bertemu dengan kedua orangtuanya. Bayi itu saat ini dirawat oleh kedua orangtuanya Nasha, kadang juga orangtuanya Leon bergantian untuk merawatnya.

Oke, kembali pada Leon. Pria itu saat ini tengah duduk di sisi brankar Nasha. Sedari tadi, ia tidak beranjak sedikitpun dari tempat itu. Bahkan ia sampai kelewatkan sarapan dan makan siangnya.

Mengulurkan tangannya, Leon mengusap lembut surai hitam Nasha yang dibiarkan tergerai begitu saja. "Kamu... Kapan bangun, Nas? Aku kangen, Sasha juga pasti kangen sama kamu." Leon berucap dengan sundu. Kini, ia mulai membiasakan diri untuk menggunakan 'Aku-Kamu' daripada 'Lo-Gue'.

Menghembuskan napas dengan lemah, Leon kemudian berdiri. Pria itu berniat pergi ke toilet sebentar. Hatinya merasa ragu, tapi ia benar-benar sudah tidak kuat untuk buang air kecil. Alhasil, dia dengan berat hati meninggalkan Nasha untuk sebentar.

Selepas kepergian Leon, pintu ruangan itu tiba-tiba terbuka. Sosok laki-laki dengan pakaian pasie rumah sakit berdiri di ambang pintu dengan tatapan kosongnya, menatap sang wanita yang terbaring.

Berjalan mendekat, Arion kemudian mengusap surai Nasha dengan sayang. Senyum yang sudah lama tidak ia tunjukkan terbit begitu saja dari bibirnya. Wajah laki-laki itu mendekat, mencium kening sang hawa dengan perasaan yang tulus selama beberapa detik.

Lalu, tatapannya tak sengaja jatuh pada sebuah kursi roda yang berada di sebelah brankar wanita itu. Dengan kekuatannya yang belum pulih sepenuhnya, Arion mengangkat tubuh Nasha, memindahkannya keatas kursi roda itu.

"Maaf, tapi gue harus lakuin ini agar bisa menyimpan memori terakhir gue sebelum pergi."

***

Tbc.

Mau up endingnya kapan nih?

Kalau mau cepat di up, spam komen dulu deng.

Seriusan ini mah, soalnya aku udah selesain endingnya.

Yok, semangat nyepam wk:"

My Husband My Crush [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang