H A P P Y
R E A D I N GSesampainya di brankar, Nafisya menuntun Farel untuk duduk. "Okey lo duduk aja ya bayi gede, jangan kelayapan, gue yang repot!" ketus gadis itu.
"Bayi gede-bayi gede, nama gue bagus- bagus seenak jidat lo gantiin nama gue." Sahut Farel tak habis pikir dengan gadis satu ini. Namun, tidak di gubris oleh Nafisya.
Gadis itu sibuk mengambil satu bingkisan, yang ada di atas nakas tepat di samping brankar.
"Nah lo laper nggak?" tanyanya ketika bingkisan sudah ada di tangannya.
"Pasti laper lah masa nggak." Lanjutnya sembari menaik turunkan alis mengklaim jawaban Farel."Jangan sok tau bisa nggak sih Lo?"
"Nggak." Jawab gadis itu santai.
"Ya udah ni gue ada bawa sedikit makanan, mungkin cukup lah ya buat kita makan." Sahut Nafisya seraya membuka bingkisan, yang berisi makanan. Di balas kedikan bahu saja oleh sang empu.
Satu per satu makanan di keluarkan dari bingkisannya dan di letakkan di atas nakas, sedangkan bingkisannya gadis itu membuangnya di sembarang arah.
Farel pun melongo di buatnya matanya membulat seperti telur ceplok. Gimana tidak bingkisan, yang tadi jumlahnya tidak sedikit ternyata isinya makanan semua.
"Halo pak kenapa tuh mata pengen di cemplongin ke kuali haa?" ujar Nafisya dengan melambaikan tangan di depan muka Farel yang terpaku.
Farel hanya memutar bola matanya.
"Tu gue ada bawa sedikit makanan." Ujarnya lagi sembari menunjuk di mana makanan itu berada.
"Perut karet banget ni anak segitu banyaknya di bilang dikit." Batin Farel dengan tersenyum smirk.
"Lo mau yang mana?" tanya gadis itu sembari mengangkat alis nya.
"Terserah." Sahut Farel dengan malasnya.
"Terserah," ucap Nafisya mengulang perkataan Farel, dengan nada mengejek.
"Kayak betina aja Lo!" lanjutnya."Gimana kalo yang ini aja?" ujar Nafisya, dengan cengirannya sembari memegang sebuah kotak yang berisi cheese burger.
Di balas anggukan oleh Farel."Ni makan ya.. biar cepet sembuh, uluulu anak mami." Ujar Nafisya dengan senyum pepsodentnya serta memperlakukan Farel seperti anak kecil, seraya mengasi kotak tersebut.
"Anak mami - anak mami." Sahut Farel kesal, setelah meraih kotak, yang di kasi gadis itu.
"Ya kenyataan." Jawab Nafisya, dengan entengya.
"Sama-sama." Ujar Nafisya menyindir Farel.
Setelah itu ia mengambil sebuah kotak di nakas, yang berisi siomay."Makasih." Balas Farel, yang merasa tersindir.
Ketika Nafisya, dengan lahap menyantap siomay, ekor matanya, melihat Farel tampak kesusahan. Sehingga burger itu pun tidak di makan-makan olehnya.
Gadis itu merasa Iba akan hal itu, ia pun berhenti menyantap siomaynya.
"Rel sini deh burger lo!" ucap gadis itu menginstruksi.
"Ngapain?" tanyanya heran.
"Oh...gue tau lo pasti gak rela ya burger ini buat gue." Lanjutnya menuding Nafisya.Nafisya tidak menggubris Farel, ia langsung merampas burger, yang ada di tangan Farel.
"Wah bener-bener ni anak, kalau nggak rela gak usah..." gerutu Farel terpotong gara-gara sebuah burger melayang ke mulutnya.
"Nah kan diem juga lo." Ujar gadis itu sang melayang kan burger ke mulut Farel, sembari menghela nafas.
"Apa-apaan sih lo!" Sarkas Farel mendengus kesal, setelah selesai mengunyah burger.
Lagi dan lagi tidak di gubris sang empu. Nafisya sibuk mengambil gelas yang berisi air putih di atas nakas.
"Ni minum dulu ntar keselek." Ujar Nafisya menyodorkan minuman ke mulut Farel.
Farel menyeruput air yang di sodorkan gadis itu. Tanpa sengaja tatapan mereka bertemu menjadi satu.
Dua sejoli tampak terpaku, jantung berdetak dua kali lebih cepat.
Setelah selesai, tatapan mereka pun terurai.
"Astagfirullah hampir gue zina mata." Batin Farel sembari menetralisirkan tatapannya.
Belum sempat menetralisirkan tatapannya, Farel di buat terpaku lagi oleh gadis itu. Nafisya dengan lihainya mengusap pucuk kepala Farel, seperti seorang ibu ke anaknya.
Lalu tangannya perlahan turun. "Jangan sedih gitu dong." Ucapnya sembari tersenyum.
"Nggak, gue nggak sedih." Elaknya.
"Dekat dengan Lo, membuat gue ngerasain sosok ibu lagi." Batinnya."Ekhm.." deheman Nafisya, sembari menyantap siomay yang belum ia habiskan tadi.
"Apa?" tanya Farel.
"Lo nggak kasih tau, orang tua lo?"
"Kasi tau apa?" Farel balik tanya.
"Keadaan lo lah!" jawab gadis itu.
"Oh...ni gue mau kasih tau." Ucap Farel seraya mengambil ponselnya.
"Bokap gue polisi loh." Lanjutnya melihat sekilas ke gadis itu, lalu ia sibuk kembali dengan ponselnya."Eh please, jangan kasih tau bokap lo." Ucap Nafisya seraya menangkup kedua telapak tangannya di depan dada dengan muka melasnya. Bilang saja gadis itu takut.
Farel melihat sekilas ke gadis itu, "lucu." batinnya. Lalu ia kembali melihat ponselnya. Detik selanjutnya ia tertawa terbahak-bahak. "mau aja lo gue kibulin." Lanjutnya terkekeh kecil.
"Iihhhh." Nafisya hanya menahan geram seraya memukul pundak Farel.
"Gak perlu kasi tau." Ucap Farel tiba-tiba.
"Lagian papa juga gak peduli." Batinnya sendu."Loh kenapa?"
"Nggak papa."
Detik selanjutnya Nafisya hanya sibuk mengambil kotak makanan lagi yang berisi sate ayam, Setelah menghabiskan sebuah siomay.
Hening keduanya sibuk dengan aktifitasnya masing-masing.
CEKLEK
Terdengar seseorang yang membuka knop pintu ruangan mereka.
DEG
Jantung Nafisya tak bisa diajak bersahabat. Dengan Spontan gadis itu yang sedang menyantap sate tusuk itu, menelungkup kan wajahnya di brankar Farel.
Farel pun tersontak kaget di buatnya, bukan kaget melihat Nafisya melainkan ia mendapati sate tusuk, yang melayang serta menempel di depan bajunya. Farel langsung beralih pandangan melihat ke arah samping.
"Astaga naga ni cewek drama Queen banget sih." Ujar Farel mendapati tingkah Nafisya sembari menggelengkan Kepala.
"Ekhm..ada apa ini sepertinya saya ganggu ya?" terdengar suara bariton, sontak Farel mendongak ia melihat seseorang laki-laki paruh baya berseragam serba putih.
"Nah kan mampus gue, pake masuk lagi papi, caelah." Umpat gadis itu.
"Eh dokter, gak kok dok." Ujar Farel lembut.
Farel merasa malu dengan ini ia merasa seperti anak kecil dengan baju yang ternodai sate tusuk itu.
"Mau di taruh mana muka gue, ampun dah malu banget." Batin Farel menggerutu.
Lain halnya dengan Nafisya, yang masih menelungkup kan wajahnya di brankar, merasa takut ketahuan.
"Ini istrinya lagi tidur ya?" tanya dokter itu.
DEG
Farel hanya mengerutkan kening heran penuh tanda tanya di benaknya.
"Dia bukan.." ujar Farel terpotong setelah mendapati sebuah cubitan di tangannya.
To Be Continue
Thanks for you readers💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih Dari Bintang [ Selesai ]
RomanceBertemu hanya untuk berpisah. Sebaik-baiknya cara mu berpamitan, yang namanya perpisahan tetaplah menyakitkan. Apalagi perpisahan tanpa pamit. "Tuhan jika di tanyakan permintaan ku apa." "Maka, yang ku minta adalah bertemu dengannya, yang telah kau...