Happy
ReadingSetelah kejadian tadi, kini Farel dan Nafisya sedang menuju perjalanan pulang.
Dengan Farel yang menyetir, sedangkan gadis itu duduk di sampingnya. Suasana hening tidak ada yang membuka suara antar mereka.
Nafisya yang di sebelahnya merasa tidak enak hati, ia meremas jari jemarinya gugup.
Farel yang fokus menyetir itu dengan muka datarnya, cowok itu pun akhirnya menoleh ke samping dan tanpa sengaja gadis itu pun menoleh sehingga tatapan keduanya bertemu.
Farel dapat melihat jelas raut wajah ketakutan khas milik gadisnya itu.
Lalu tak lama kemudian ia pun memelankan laju mobilnya dan mengerem.
Setelah mobil itu berhenti di pinggir jembatan. Cowok itu kembali melihat Nafisya, sedangkan gadis itu tengah menatap lurus ke depan, tanpa ada niat untuk bertanya kenapa mobil ini berhenti di pinggir jembatan yang di bawahnya terdapat air sungai yang mengalir, di tambah lagi cuaca masih hujan.
Dengan cepat Farel meraih kedua tangan milik gadis itu, membuat Nafisya menoleh ke samping dan tatapan mereka seketika bertemu.
Cowok itu menggenggam kedua tangan gadis itu menyalurkan kekuatan, "Kenapa kok diem dari tadi?" tanyanya seraya tersenyum tipis, setelah sedari tadi telah memasang ekspresi datar.
"Biasanya juga bawel." Lanjutnya lagi seraya ketawa kecil.
"Lo marah?" tanya Nafisya.
Terdengar helaan nafas berat dari Farel, "Marah?" ulangnya membuat gadis itu mengangguk.
Sontak Farel langsung tertawa lepas, "Ya nggaklah ngapain marah." Ucapnya di sela-sela tawanya.
"Syukurlah," ucap gadis itu seraya menghela nafas lega.
Lalu gadis itu menatap sengit cowok di sampingnya ini, yang masih setia menertawainya.
"Apaan Lo ketawa-ketawa!" Sentaknya dengan wajah tak bersahabat miliknya.
"Lucu aja liat wajah kamu ketakutan gitu, makin gemess." Ucap Farel dan langsung di hadiahi pukulan di bahunya.
💦⭐💦
"Kak," panggil Geisya setelah membantu Raka untuk duduk di ranjangnya.
Raka menoleh, "Iya."
"Mau tahu nggak siapa yang udah bikin Sena adik kita, udah nggak ada?" "Dan sekaligus bikin kak Raka terkena serangan jantung." Ucapnya lagi.
"Siapa orang itu Gei?" tanya Raka terlihat antusias.
"Dia adalah Rafasya Farel Akbar." Jawabnya membuat Raka seketika mengepal tangannya geram.
"Nyawa harus di bayar dengan nyawa!" ucap Raka tak main-main. Dan mendapat anggukan dari Geisya.
💦⭐💦
"Assalamualaikum." Ucap Farel memberi salam. Farel dan Nafisya kini telah berada di depan pintu rumah Nafisya.
Sesekali Farel melirik ke arah gadis itu, yang di sebelahnya. Terlihat dengan jelas bahwa gadis di sampingnya ini tengah mengejeknya dengan gaya mulut mengikutinya.
Bisa Farel tebak bahwa Nafisya sedang kesal, perihal dirinya kerumahnya tanpa seizinnya. Cowok itu tetap Keukeh untuk mampir ke rumah Nafisya, katanya sih mau ketemu camer.
"Waalaikumussalam." Jawab wanita paruh baya dengan senyumnya, setelah membuka pintu.
Farel yang masih setia menatap setiap inci wajah gadisnya itu, sampai tidak sadar bahwa pintu telah terbuka.
Sedangkan Nafisya dengan wajah penuh kekesalannya, yang terus melihat kedepan. Gadis itu sadar akan kedatangan maminya itu.
Terlihat Manda hanya menggelengkan kepalanya saja, melihat kelakuan dua manusia bucin di depannya ini.
Nafisya yang merasa di perhatikan oleh Farel pun akhirnya gadis itu mencubit lengan Farel menyadarkan cowok itu.
"Aw..." Farel meringis tanpa kesakitan, lalu tatapannya seketika melihat ke depan yang sudah terdapat Manda.
"Eh Tante." Cengirnya dengan muka tanpa dosanya.
Manda hanya tersenyum tipis, lalu menggelengkan kepalanya.
Farel pun mengulurkan tangannya, berniat untuk menyalami calon ibu mertuanya itu.
Ketika Farel menciumi punggung tangan orang yang telah melahirkan gadisnya, Manda pun membalasnya dengan mengelus rambut cowok itu.
"Kangen di elus sama mama." Batinnya sendu.
"Masuk nak." Ucap Manda lembut.
Farel dan Nafisya pun akhirnya melangkahkan kakinya untuk masuk.
"Kalian habis hujan-hujanan?" tanya Manda, ketika melihat baju keduanya terlihat basah. Kini mereka bertiga telah duduk di sofa.
Sebelum menjawab Farel dan Nafisya saling tatap, lalu tatapannya kembali melihat Manda yang tengah memasang wajah garang dan keduanya pun mengangguk lalu menyengir.
Sekali lagi wanita paruh baya itu terlihat mengelus dadanya, "Astagfirullah," ucapnya.
"Fisya ganti baju kamu!" titahnya dengan menatap garang Nafisya.
"Nanti kamu sakit, mami yang repot." Lanjutnya terlampau jujur.Terdengar decakan dari mulut gadis itu sebelum pergi ke kamarnya, "Gitu amat punya emak."
Baru sampai tangga ke satu, Manda pun kembali memanggilnya, "Pinjamin Farel baju kamu." Ucapnya lagi yang membuat Nafisya memutar bola matanya malas.
"Eh nggak usah Tan." Ucap Farel tak enak hati, takut merepotkan.
"Nggak papa nak, dari pada nanti kamu sakit." Peringat Manda dan mendapat anggukan pasrah oleh Farel serta senyumnya.
"Farel panggil tante dengan sebutan mami aja ya, sama kayak Kevin dan juga Fisya." Kata Manda.
Farel yang mendengar itu sungguh senang, ia bisa sedikit merasakan kehangatan seorang ibu walaupun bukan dari ibu kandungnya.
"Iya mi." Jawabnya mantap seraya tersenyum.
Manda pun mendekat ke arah Farel, lalu dengan hangat ia memeluk tubuh cowok itu.
Farel pun membalas pelukannya dengan senang hati.
"Anggap mami seperti mama kamu sendiri ya nak." Titahnya yang masih memeluk Farel dan mengusap punggung cowok itu.
"Iya Mi." Ucapnya terharu.
To be continue
Thanks for you readers 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih Dari Bintang [ Selesai ]
RomanceBertemu hanya untuk berpisah. Sebaik-baiknya cara mu berpamitan, yang namanya perpisahan tetaplah menyakitkan. Apalagi perpisahan tanpa pamit. "Tuhan jika di tanyakan permintaan ku apa." "Maka, yang ku minta adalah bertemu dengannya, yang telah kau...