Happy
ReadingPrastama yang baru masuk ke ruang rawat Farel. Pria itu berjalan ke arah ranjang, dengan tersenyum senang melihat anaknya yang sudah sadar dari koma.
"Innalilahi wa innailaihi Raji'un, " ucap Farel lirih, sekaligus shock.
"Sekarang Ayah udah nggak ada, padahal gue baru aja ingin ketemu sama ayah, gue ingin merasakan gimana kasih sayang seorang ayah," monolognya menatap kosong ke depan.
"Tapi ya sudahlah, mungkin gue udah di takdirkan menjadi anak yang tidak pernah bisa untuk merasakan kasih sayang seorang ayah." Lanjutnya.
Prastama yang mendengar semua itu. Merasa sangat bersalah, dirinya tidak pernah menjadi sosok ayah yang baik untuk Farel. Bahkan sampai tidak mengakui bahwa Farel adalah anaknya.
Azkar memutuskan sambungan teleponnya, setelah mengucapkan salam. Cowok itu tidak mengalihkan sedikit pun tatapan matanya pada Farel saat telepon. Azkar juga mendengar sebuah curhatan adiknya itu.
Karna tadi belum bisa menjelaskan sebuah kenyataan pada Farel, cowok itu memutuskan untuk menjelaskan semuanya sekarang.
Namun baru saja ia ingin berbicara, Farel sudah terlebih dahulu bicara.
"Bang boleh temenin Farel nggak? untuk Ziarah? " Tanyanya kini cowok itu sudah dalam posisi duduk, bersiap untuk menuruni ranjang. Tidak peduli, walaupun keadaannya masih lemah. Sesekali Farel merasakan sakit di bagian kepalanya.
"Jangan nak!" Belum sempat Azkar menjawab, Prastama sudah terlebih dahulu berbicara, untuk mencegat Farel, yang hendak turun.
"Papa?" tanya Farel.
"Papa kenapa ada di rumah sakit?" tanyanya lagi.
Prastama hanya diam menatap lekat Putranya.
Bukannya menjawab pria itu mendekap tubuh Farel. Farel yang di dekap, cowok itu merasakan desiran hangat serta nyaman di peluk seperti itu. Seperti seorang Ayah yang memeluk anaknya.
Sedangkan Prastama, pria itu sudah menitikkan air matanya. Menyesali semua perbuatan buruknya pada anaknya itu.
"Pa?"
Prastama menguraikan pelukannya. Seakan lututnya terasa lemas untuk berdiri di hadapan anaknya, yang ia aniaya selama ini.
Pria itu tiba-tiba berlutut, di depan Farel. Membuat Farel, yang menatapnya bingung.
"Pa bangun pa, papa kenapa?" tanyanya seraya mengerutkan keningnya heran.
Farel juga merasa tidak sopan, melihat orang berlutut di depannya.
Nafisya yang baru keluar dari toilet. Tatapannya langsung mengarah pada Prastama.
Gadis itu berjalan ke arah ranjang.
Ketika tiba, gadis itu membantu Prastama untuk berdiri, "Maaf pa, papa nggak pantas berlutut kayak gini," ucap Nafisya.
Prastama berdiri di hadapan Farel, setelah Nafisya membantunya, "Papa ini papa yang jahat nak," tuturnya lirih.
Membuat Farel tambah bingung di buatnya. Air mata yang terus turun di wajah pria itu, membuat Farel tidak tega.
Kemudian tangan Farel terangkat, untuk menghapus air mata papanya yang terus mengalir.
"Pa, papa kenapa nangis? ada masalah cerita sama Farel," ujar Farel.
Lalu ia tersenyum kecut mengingat perkataan kasar yang di ucapkan papanya, "Walaupun Farel, cuma anak haram, ta,-"
"Cukup nak, cukup," potong Prastama.
Sedangkan Azkar dan Nafisya, sedari tadi hanya menyimak, tanpa mau ikut campur. Merasa terharu melihat adegan ini.
Tangan pria itu terulur, untuk mengusap rambut hitam milik Farel.
Farel yang mendapatkan perlakuan seperti itu, merasa tertegun.
"Farel, ini papa kandung kamu nak." Tutur Prastama. Tangannya seraya menunjuk dirinya.
Farel yang mendengar hal itu membuatnya bahagia, yang belum pernah ia rasakan.
Air mata bahagia turun membasahi wajahnya, "Pa-papa, papa kandung Farel?" tanyanya dengan terbata-bata.
"Iya kamu anak papa sama mama."
Mendengar itu membuat Farel memeluk Prastama erat dan di balas tidak kalah erat dari pria itu.
"Alhamdulillah Azkar jadi senang liat papa, sama Farel begini." Celetuk Azkar.
"Iya nggak Sya?" tanya Azkar pada Nafisya di sebelahnya.
"Iya." Jawabnya singkat seraya tersenyum ke arah Azkar.
Membuat Farel yang melihatnya merasa cemburu.
Tapi pikiran cemburu yang sempat terlintas di pikirannya, dengan cepat ia tepiskan. Farel percaya pada Nafisya. Jadi buat apa dia cemburu sama abangnya sendiri.
Di sisi lain, Keyra yang tengah tertidur di sofa itu, akhirnya terbangun.
Binar matanya terlihat jelas, kala melihat abangnya, yang sudah sadar.
"Abang..." Pekik gadis itu seraya berlari ke arah Farel yang terlihat masih berpelukan.
Prastama melepaskan pelukannya, setelah mendengar teriakan melengking itu.
Prastama terkekeh melihat putrinya.
Setibanya di depan Farel gadis kecil itu, terlihat menunduk, sambil menautkan jari tangannya.
"Abang, maafin Key ya," pintanya, dengan masih menunduk.
Farel hanya tersenyum, "Sini naik duduk di sebelah Abang yah." Titah Farel lembut.
Namun disisi lain, tepat di ambang pintu ruang rawat itu. Ada seorang gadis yang melihat keharmonisan keluarga ini, dengan tatapan tidak suka.
Gadis itu mengepalkan tangannya, "Farel-Farel Lo bisa aja bersenang-senang di atas penderitaan gue, tapi ingat itu hanya sementara!"
"Gara-gara Lo, bokap gue meninggal!"
"Mungkin besok, bokap Lo yang bakalan nyusul!" Lanjutnya, dengan tersenyum menyeringai.
"Kak Sena!" Celetuk Keyra seraya menunjuk kearah objek. Saat baru saja ia naik di atas ranjang, dan tatapannya menangkap sosok Sena di ambang pintu.
Semua yang mendengarnya mengikuti arah tunjuk gadis itu.
To be continue
Thanks for you readers 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih Dari Bintang [ Selesai ]
RomanceBertemu hanya untuk berpisah. Sebaik-baiknya cara mu berpamitan, yang namanya perpisahan tetaplah menyakitkan. Apalagi perpisahan tanpa pamit. "Tuhan jika di tanyakan permintaan ku apa." "Maka, yang ku minta adalah bertemu dengannya, yang telah kau...