55~✨Tewas✨

1 1 0
                                    

                            Happy
                          Reading

Terlihat Adista dan Rasti yang baru saja keluar dari ruang rawat Farel, setelah bergantian dengan Prastama dan juga Azkar.

Keyra gadis itu masih ada di dalam ruangan, setelah tadi masuk bersama kakek dan neneknya.

Adista dan Rasti keluar terlebih dahulu. Karna kedua orang itu memutuskan untuk menemui Reza di penjara, untuk meminta penjelasan pada cowok itu.

"Kek, Nek mau kemana?" tanya Azkar, yang baru saja kembali dari kantin, membelikan beberapa makanan untuk dirinya dan keluarga.

"Mau ke kantor polisi," jawab Rasti.

"Buat apa?" tanya Azkar, dengan mengangkat sebelah alisnya.

"Gini Azkar apa kamu yakin hanya Reza pelaku di balik semua ini?" tanya Adista.

Azkar berdehem pelan, "Ya-yakin lah kek." Jawabnya sedikit ragu.

Adista menggelengkan kepalanya, "Nggak Azkar, kakek yakin pelaku di balik semua ini bukan hanya Reza," Tukasnya, "Dan takutnya pelaku masih mengincar adik kamu." Sambungnya.

Azkar tampak berfikir, lalu ia menganggukkan kepalanya setuju apa yang di bilang Adista.

"Baik kalau begitu kakek pergi dulu ya, jaga Farel!" titahnya lalu melenggang pergi.

"Iya Kek, hati-hati." Jawab Azkar.

Setelahnya Azkar berjalan untuk duduk di kursi tunggu. Pikiran cowok itu masih mengarah pada perkataan Adista tadi. Ada perasaan gelisah di benaknya.

"Kamu orang baik dek, tapi kenapa ada aja orang yang mau nyelakain kamu. Termasuk orang-orang terdekat kamu sendiri." Gumam Azkar dengan pandangan kosong lurus ke depan.

    
        .                    ••🌟••

Di ruangan serba putih itu. Farel menggerakkan jarinya perlahan, kemudian mulai mengerjapkan matanya. Cowok itu sudah mulai sadar.

Nafisya yang tengah membaringkan kepalanya di samping ranjang. Gadis itu terbangun dari tidurnya kala merasa tangan seseorang yang ia genggam bergerak.

Penglihatannya yang masih samar-samar. Dapat melihat jelas Nafisya yang baru saja menegakkan tubuhnya.

"Ayra," panggilnya, dengan suara parau. Keadaan cowok itu masih lemah.

"Rel, Alhamdulillah kamu udah sadar," ucap Nafisya terharu seraya memeluk tubuh Farel.

Farel hanya menampilkan senyumnya. Senyum manis yang Nafisya amat rindukan.

Nafisya menguraikan pelukannya. Kemudian melemparkan pertanyaan bertubi-tubi pada Farel.

"Di mana yang sakit? Kamu mau makan? Mau minum nggak?"

Bukannya menjawab cowok itu malah terkekeh kecil, melihat Nafisya.

Nafisya memayunkan bibirnya, "Ih kok malah ketawa sih." Gerutunya.

Lalu merubah ekspresinya menjadi tersenyum hangat, "Nggak papa aku kangen sama tawa kamu." Lanjutnya.

Membuat Farel di depannya salting.

"Aku juga kangen sama kebawelan kamu." Timpal Farel seraya mengangkat tangannya untuk mencuing hidung Nafisya.

"Farel!" tegurnya tidak suka.

Farel hanya terkekeh, sesekali kepalanya merasa pusing.

Farel mengedarkan pandangannya, dan tatapannya berhenti pada sosok yang tengah berbaring di sofa.

Lebih Dari Bintang  [ Selesai  ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang