Happy
Reading"Azkar!" Sentak Adista ketika mendengar suara Azkar yang meninggi.
Azkar yang di panggil pun, dengan cepat ia melangkahkan kakinya ke arah kakeknya itu.
"Apa?" tanya cowok itu sedikit lancang.
Lalu ia ketawa getir, "Pasti kakek mau hukum Azkar lagi ya?"
"Hukum kek, kakek mau pukul yang mana tinggal pilih tubuh Azkar siap kok menerima semua itu." Lanjutnya semakin gila. Adista yang melihatnya hanya menahan amarahnya.
Sedangkan Prastama yang sedari tadi berada di samping Adista, itu hanya menatap putranya prihatin, ia tahu apa yang di rasakan putranya itu.
Lalu Azkar melihat ke belakang, dan mendapati Farel yang tengah menatapnya.
"Lo udah ngerebut kebahagiaan gue Rel!" Ucapnya lalu pergi begitu saja.
Farel sangat terkejut dengan ucapan Azkar barusan, dadanya terasa sesak ketika melihat sebegitu benci saudaranya terhadap dirinya.
"Farel kamu sudah merebut kebahagiaan dua laki-laki di keluarga ini!" ucapan itu tiba-tiba keluar dari mulut Prastama, dan langsung mendapat tamparan dari Adista ayahnya.
Wajah Prastama tertoleh ke samping akibat tamparan itu, "Ngomong apa kamu Pras!" Sarkas Adista.
"Udah kek, udah nggak papa," ucap Farel menenangkan Adista.
"Maaf kalau kehadiran Farel cuma hanya sebagai sumber luka bagi kalian."
Hening tidak ada yang membuka percakapan, semua orang di situ hanya memperhatikan Farel berbicara.
"Sekali lagi saya mohon beritahu siapa ayah kandung saya?" Tanyanya dengan menatap sekelilingnya dengan penuh harap.
Lagi-lagi orang di sekelilingnya tidak ada yang menjawab.
"Mahardika adalah ayah kandung kamu," ucap seseorang yang baru saja dari arah dapur. Seseorang itu adalah Rasti neneknya.
Farel terkejut mendengar kenyataan itu, tak lama satu tetes air matanya turun begitu saja, "Di mana dia nek?" tanyanya
Rasti hanya mengedikkan bahunya sambil menatap Farel iba.
Terdengar helaan nafas berat dari cowok itu, "Farel cuma pengen merasakan di peluk papa, apakah itu salah?"
"Dari kecil sampai sekarang Farel nggak pernah mendapatkan itu, Farel hanya bisa melihat anak-anak lain di sayang sama mama-papanya, sedangkan Farel apa? Farel terasingkan," ucap Farel lirih menahan sesak yang amat dalam di dada.
Adista mendekat pada Farel untuk menenangkan cowok itu, "kamu tidak terasingkan Rel," ucapnya sambil mengusap punggung cowok itu.
Farel beralih menatap Prastama, "Dan untuk papa Pras, Farel minta maaf karna telah hadir di tengah-tengah keluarga kalian." Lanjutnya.
Prastama tak berkutik ia hanya diam memperhatikan Farel, hatinya sedikit terenyuh mendengar perkataan itu.
****
"Mi Kevin masuk ya, " ucap Kevin. Cowok itu sedang berada di depan pintu kamar orang tuanya.
"Iya Vin," jawab Manda.
Kevin pun duduk di sofa kecil yang berada di kamar orang tuanya.
Manda yang melihat anaknya itu pun mengerutkan keningnya, "Ada apa Vin?"
Terlihat Kevin menghela nafas berat, "Mi, Pi Kevin mohon jangan nikahin Fisya sama Farel mi." Pintanya yang langsung mendapatkan tatapan penuh pertanyaan dari orang tuanya.
"Kamu mau liat adik kamu bahagia kan?" tanya Manda Kevin pun mengangguk.
"Tapi dengan sikap kamu seperti ini, ini sama saja membuat adik kamu sedih Kevin!" Sarkasnya.
"Iya Vin mami mu benar, lagian apa yang salah dari pernikahan itu?"
"Salah Pi jelas salah, jika itu sampai terjadi adik Kevin Fisya akan merasakan sedih yang teramat dalam suatu saat nanti." Jawabnya cepat.
"Sedih apa Vin? Apa jangan-jangan kamu tahu sesuatu?" Tuding Manda.
Deg
Kevin yang terlihat keceplosan itupun langsung menutup mulutnya, ia tidak mau ada orang lain yang tahu perihal ini.
"Kevin?" tanya papinya.
"Ah terserah papi sama mami, tapi yang jelas Kevin tidak akan pernah merestui pernikahan itu!" Lanjutnya lalu pergi keluar kamar.
Namun, saat sampai di depan pintu Kamar, matanya melihat Nafisya yang berdiri terpatung di depan pintu kamar yang telah terbuka itu.
"Tunggu!" ucap Nafisya yang melihat abangnya itu akan melewatinya begitu saja.
Kevin pun menoleh ke belakang, "Apa?" tanyanya.
"Tega Lo ya sama gue, Lo nggak suka liat gue bahagia?" tanyanya terlihat menantang.
"Ngomong aja deh Lo, dari gaya busuk Lo gue udah tau!" Lanjutnya tanpa takut.
Kata-kata yang keluar dari mulut Nafisya agak nyelekit bagi Kevin.
"Dek!" Panggilnya saat adiknya itu pergi meninggalkannya.
"Nggak seperti apa yang kamu kira Dek." Lanjutnya dengan tatapan sendu sambil melihat punggung adiknya itu yang semakin menjauh.
To be continue
Thanks for you readers 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih Dari Bintang [ Selesai ]
RomansaBertemu hanya untuk berpisah. Sebaik-baiknya cara mu berpamitan, yang namanya perpisahan tetaplah menyakitkan. Apalagi perpisahan tanpa pamit. "Tuhan jika di tanyakan permintaan ku apa." "Maka, yang ku minta adalah bertemu dengannya, yang telah kau...