58~✨Awal perasaan ✨

1 2 0
                                    

Happy
Reading

Kabar duka tentang kematian Alexander, telah sampai di telinga Geisya.

Geisya sangat syok mendengar kabar buruk ini.

Saat ini Geisya sedang berada di dalam ruang rawat Raka. Tadi ia mendapatkan telepon dari anak buahnya, yang memberitahukan kematian papanya.

Geisya terduduk di sebuah sofa. Matanya menatap kosong ke depan. Tanpa sadar air matanya mengalir begitu saja membasahi wajahnya.

Raka, yang sedang terbaring di atas ranjang itu pun lantas bertanya, setelah melihat ada, yang aneh dari adiknya ketika  telepon tadi.

"Gei kenapa?" tanya Raka.

Geisya menatap Raka sebentar, lalu menyeka air matanya. "Nggak papa kak ini cuma kelilipan." Tuturnya berbohong.

"Hei kakak tau Gei, kamu pasti lagi ada masalah, apa masalahnya? sini cerita sama kakak," ucapnya lembut.

Geisya hanya terdiam. Ia tidak bisa berbohong pada Raka. Kakaknya itu terlalu pintar untuk di bohongi.

Namun, gadis itu tidak bisa juga untuk jujur. Karna bisa berbahaya bagi jantung kakaknya itu.

Mendengar kematian adiknya Sena saja sudah cukup membuat Raka drop.

Cukup lama terdiam, akhirnya gadis itu angkat bicara. "Kak Geisya pamit keluar dulu ya," ucapnya berusaha menghindar dari pertanyaan Raka.

Raka tidak langsung menjawab, melainkan cowok itu menatap intens adiknya.

Kemudian cowok itu mengangguk pelan, "Iya hati-hati Gei."

Geisya tersenyum tipis, "Iya kak." Jawabnya sebelum berjalan keluar.

Setelah melihat punggung adiknya itu hilang tertelan jarak. Raka hanya tersenyum getir, "Kakak tau Gei ada yang kamu sembunyikan." Monolognya.

                              ****

Geisya berdiri di pintu gerbang rumahnya, gadis itu menatap kosong kedepan. Bola mata Geisya terlihat memanas ketika melihat pemandangan penuh duka cita di depannya ini.

Ia benar-benar tidak menyangka bahwa ayahnya telah pergi untuk selama-lamanya.

Gadis itu menyeka air matanya, yang terus mengalir sedari tadi.

Kemudian Geisya berlari masuk ke dalam rumahnya, dengan berderai air mata.

Lututnya terasa lemas ketika sampai di hadapan seseorang, yang begitu berarti dalam hidupnya tengah terbaring tak bernyawa seperti ini.

Gadis itu terduduk di samping ayahnya sambil menangis tersedu-sedu.

"Pa kenapa papa secepat ini ninggalin Geisya pa?"

"Setelah Sena pergi ninggalin kita, sekarang papa juga pergi." Tangis Geisya pecah.

Di sisi lain Sena yang duduk tidak jauh dari Geisya. Gadis itu hanya menundukkan kepalanya. Di balik kacamata hitam, yang di gunakan, mata gadis itu sudah sembab karna air mata yang terus membasahi pipinya.

Sena sengaja menggunakan kacamata hitam agar orang-orang tidak dapat mengenalinya.

Sena ingin sekali menenangkan Geisya kakaknya. Namun, gadis itu belum siap untuk muncul di hadapan keluarganya.

"Papa," kemunculan Raka membuat Geisya terkejut bukan main.

Cowok itu memang pergi menyusul adiknya, setelah merasakan ada yang di sembunyikan oleh gadis itu.

GPS yang telah dia hubungkan di ponsel Geisya ke ponselnya. Membuat Raka, dengan mudah mengetahui lokasi gadis itu.

Sejak kematian Sena membuat Raka berinisiatif menghubungkan GPS dari ponselnya ke ponsel Geisya.

Lebih Dari Bintang  [ Selesai  ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang