33~✨Badut✨

2 1 0
                                    

Happy
Reading

Setelah pertengkaran hebat tadi, kini Nafisya telah berada di dalam mobil, dengan Farel yang di sampingnya yang masih tidak sadarkan diri.

Cewek itu sepanjang jalan hanya mengeluarkan air matanya tidak menyangka akan semua ini.

Sesekali ia melirik ke arah Farel yang masih tenang dengan mata terpejam, wajah teduhnya memanjakan gadis itu untuk terus melihatnya.

"Gue nggak akan biarin ada orang yang nyakitin Lo." Ucapnya posesif.

Detik selanjutnya cowok itu sudah sadar. Namun, ia mengurungkan niat untuk membuka mata sepenuhnya setelah mengetahui dirinya sedang bersama Ayra.

Ia akan mengambil kesempatan ini, untuk mendengar isi hati gadisnya secara real. Karna ia tahu gadisnya itu terlalu gengsi untuk mengungkapkan perasaannya.

"Sejak dulu gue udah sayang sama Lo, gue cinta sama Lo." Lanjutnya lagi dengan fokus menyetir menerobos hujan yang semakin deras.

Mendengar perkataan itu membuat wajah Farel tiba-tiba memerah serta senyum yang ia tahan. Hatinya seperti di hinggap oleh ribuan kupu-kupu.

Terdengar helaan nafas dari gadis itu, "Tapi dasarnya aja Lo yang nggak pe--"

"Dari dulu aku juga udah sayang dan cinta sama kamu." Potong Farel seraya tersenyum manis, membuat gadis itu menoleh.

Gadis itu tetap mempertahankan muka datarnya, untuk menutupi senyum yang akan terbit di wajahnya itu.

"Lo udah sadar?" tanyanya. "Wah nguping Lo ya?" tudingnya sungguh ia sangat merasakan malu yang luar biasa.

Farel mengangguk dengan senyum yang belum luntur, "Nggak nguping kok cuma jadi ember aja untuk menampung air cinta yang telah tersimpan di hati seorang Nafisya Shazana Ayra." Jawabnya enteng membuat Nafisya tersipu malu.

Farel yang melihat gadisnya yang tersipu malu pun, dengan cepat ia mengelus puncak kepala Nafisya. Nafisya yang masih tetap fokus menyetir itu pun menoleh, dengan mengangkat sebelah alisnya.

"Kamu jangan pernah membuang air mata untuk laki-laki yang belum halalnya." Ucap Farel dengan masih mengelus puncak kepala Nafisya.

Nafisya yang mendengar itu dengan cepat meredakan tangisnya.

"Aku nggak papa, kamu jangan khawatir ya." Ucap Farel satu tangannya naik menghapus sisa-sisa air mata gadisnya.

Ketika mobil tiba-tiba berhenti, Farel yang masih menatap lekat Nafisya beralih menatap bangunan yang di depannya.

"Ra ngapain ke rumah sakit ?" tanya Farel.

"Mau operasiin Lo." Jawabnya enteng tapi mengerikan, gadis itu sedang membuka safety beltnya.

"Ya ampun Ra nggak separah itu juga kali Ra." Oceh Farel bergidik ngeri.

Gadis itu ketawa, membuat Farel tersenyum pasalnya selama perjalanan tadi Nafisya hanya menunjukkan muka datarnya saja.

"Nggak lah ini mami gue suruh antar bekal buat papi." Ucapnya lagi.

Farel hanya mengangguk, sambil tangannya membuka safety beltnya juga.

Nafisya yang melihat sontak langsung mendelikkan matanya, "Lo mau ngapain? Lo di sini aja nggak usah turun!" titahnya.

"Mau ketemu calon mertua." Jawabnya santai.

"Nggak usah batu Lo di sini aja, lagian masih sakit juga." Ucapnya.

"Lo keluar gue nggak bakalan maafin Lo soal Lo ngambil bakso mercon milik gue." Ucapnya lalu menutup pintu mobil dan berlari menerobos hujan tanpa payung. Apalagi jarak parkiran mobilnya ke rumah sakit lumayan jauh. Gadis itu sengaja parkir mobilnya jauh supaya ia bisa bermain hujan-hujanan lagi.

Sedangkan Farel yang masih berada di dalam mobil hanya tercengang memikirkan perihal bakso mercon yang pernah ia ambil. Peristiwa itu sekitar tujuh tahun yang lalu. Peristiwa yang begitu lamanya membuat Farel terkekeh geli melihat gadisnya belum bisa melupakan semua itu.

Pikirannya pun hanyut mengingat peristiwa masa kecilnya dulu.

"Ayra." Panggil Farel mengejutkan seorang gadis kecil yang tampak lagi makan di pinggir jalan.

Gadis yang baru saja ingin menyuapi satu suapan pertamanya itu pun menoleh, "Farel." Ucapnya melihat Farel yang telah duduk di sampingnya.

"Ra boleh minta baksonya nggak?" tawarnya dengan cengirannya.

"Nggak boleh." Ucapnya seraya memeluk mangkuk bakso itu.

Farel mencari ide yang cukup jail untuk mengalihkan atensi gadis pelit itu, "Ra liat di samping Lo itu ada badut!" Ucapnya seraya tersenyum jail. Aiyra gadis yang takut sama badut.

Belum melihat lagi gadis itu langsung teriak, serta mangkuk baksonya ia letakkan di sampingnya.

Melihat mangkuk itu sudah terlepas dari tangan Aiyra, dengan cepat Farel mengambilnya.

Lalu dengan wajah tak berdosanya dengan lahap ia menyantap bakso itu. Sedangkan gadis itu masih setia menutup kedua matanya dengan telapak tangannya.

"Farel usir dong gue kan takut." Ucapnya yang masih menutup kedua telapak tangannya.

Farel terkekeh geli, "Badut itu lucu Ra masa takut sih." Ledeknya lalu melayangkan lagi satu suapan bakso ke dalam mulutnya.

"Nggak badut itu serem Rel." Tolak Aiyra bergidik ngeri.

Farel tidak menjawab pasalnya ia lagi mengunyah, ia hanya memperhatikan Aiyra sedari tadi. Ingin melihat seberapa takutnya ia sama sosok badut. Karna selama ini ia hanya tahu gadis itu takut badut belum tahu penyebabnya.

"Gue mohon Rel, gue takut, gue trauma karna kemarin gue hampir di culik sama badut." Ucapnya keringat dingin.

Farel yang mendengarkan itu sontak mulutnya berhenti mengunyah, matanya mendelik ia tidak tega melihat Aiyra ketakutan seperti ini.

Mangkuk bakso yang ia pegang tadi di letaknya di sampingnya, "Maaf." Lirih Farel tiba-tiba tangannya meraih tangan gadis itu yang di gunakan untuk menutup matanya.

"Udah pergi belum?" tanya Aiyra.

"Sebenarnya nggak ada badut, cuma gue bohong aja." Jawab Farel enteng yang langsung di hadiahi cubitan di lengannya.

Aiyra di buat kesal setengah mati olehnya, lalu matanya mencari baksonya tadi, "Bakso gue mana?" tanyanya dengan perasaan dongkol.

"Nih." Ucap Farel memberikan bakso yang tinggal sedikit itu.

"Lo?" tunjuk Aiyra dengan tatapan tajamnya.

"Iya gue makan." Jawab Farel dengan tampang polosnya.

"Ihhh." Lagi dan lagi Farel mendapat cubitan khas Aiyra di lengannya.

"Makasih tanda tangannya." Ucapnya dengan hormat.

Aiyra berhasil di buat kesal olehnya, saat gadis itu ingin memesan lagi ternyata baksonya sudah habis.

Gadis itu bangkit dari duduknya berniat untuk pergi dari tempat itu dengan perasaan dongkol, namun belum sempat melangkahkan kakinya tangannya kembali di cekal oleh Farel.

Dengan cepat gadis itu menepis tangannya, "Apa lagi ?" Ketusnya.

"Maaf gue tadi cuma laper aja, lagian Lo sih pelit banget." Ucapnya membela dirinya.

"Bulshit Lo Rel!" Geramnya.

"Ya Ra maafin gue." Ucap Farel tak enak hati yang terus minta maaf walaupun alasannya di anggap bulshit. Sebenarnya cowok itu benar-benar kelaparan karna tidak di bolehkan makan oleh papanya selama satu hari hanya karna sedang di hukum. Namun ia memilih omongannya di anggap bulshit dari pada menjelaskan masalahnya secara detail pada orang lain. Bukan Farel namanya kalau suka menceritakan masalahnya pada orang lain.

Gadis itu tidak menjawab ia lalu pergi meninggalkan Farel begitu saja.

"Maafin gue udah kelewatan sama Lo." Batinnya melihat punggung gadis itu yang mulai menjauh.

To be continue

Thanks for you readers 💙

Lebih Dari Bintang  [ Selesai  ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang