13~✨Sebuah kue✨

52 42 151
                                    

H A P P Y
R E A D I N G

"Ini gimana sih kok gak jadi-jadi kuenya." Gerutu Nafisya dirinya saat ini sedang berada di dapur. Tangannya sedang berkutat sama bahan adonan kue.

"Udah jam segini lagi," lanjutnya seraya melirik jam tangan yang menunjukkan pukul 7.00.

Gadis itu telah berkutat dengan bahan adonan kue, dari dirinya selesai shalat shubuh sampai dengan sekarang.

"Nafisya," panggil Manda

"Iyah mi," sahutnya.

"Bangun, mandi." Teriak maminya di sangka anaknya itu belum bangun tidur.

"Iya mi," sahut Nafisya, dengan tangan yang masih berkutat sama adonan kue. sebenarnya gadis itu tidak fokus sama suara maminya ia hanya menjawab iya-iya aja dari pada di teriakin mulu.

"Terus siap-siap pake baju, yang nanti mami siapin," lanjut Manda. Ia memang sering menyiapkan pakaian anaknya itu, kalau tidak bisa jadi pakaiannya asal-asalan saja.

"Iya-iya mi," sahut Nafisya lagi, ntah dengar ntah tidak.

Manda yang sedang berada di ruang tengah bersama sang suami lagi berbincang-bincang hangat.

"Mi mas rasa Nafisya sangat benar-benar tidak bisa di atur kalau bukan kemauannya sendiri, buktinya di rumah sakit baru sehari aja jadi koas papi dia sudah bertingkah ini itu" Ujar papi Warto seraya mengingat kelakuan anak gadisnya itu.

"Jadi gimana pi?" tanya Manda meminta pendapat.

"Mungkin kita terlalu egois sampai menerjunkan Nafisya ke bidang yang dia tidak suka, dia berhak menentukan hidupnya tanpa campur tangan kita, kita sebagai orang tua cukup mengawasinya saja." Jawab Arya bijak.

"Kalo itu yang terbaik, mami setuju," ujar Manda seraya tersenyum seakan tau apa yang di maksud suaminya.

Nafisya bisa menjadi koas dengan usia, yang terbilang cukup muda, itu karna kepintarannya. Namun, sayangnya ia tidak menyukai bidang itu dan mengakibatkan tidak pernah serius dalam menjalani tugas.

****

"Nah gini dong yeayy jadi," ucap Nafisya kegirangan saat kue yang ia buat sudah jadi, seraya meloncat-loncat seperti anak kecil yang di berikan balon.

Sekarang dirinya sangat tidak sabar untuk mencicipi kue buatannya yang sedang di oven.

Sambil menunggu ia sesekali melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 8.30 wib. "Tumben tu orang tua gak nyuruh gue ke RS," gumam Nafisya dengan mengkedikkan bahunya acuh tak acuh.

"Laper banget gue," monolog Nafisya seraya memegang perutnya.

Tak lama terdengar suara maminya.
"Nafisya kalo mau makan, makanannya udah ada di meja makan ya nak.. tadi mami udah pesanin," ujar maminya.

"Iya mi," sahut Nafisya saat ini benar mendengar kan suara maminya.

"Pasti Nasi deh, gue mana bisa makan nasi pagi-pagi," gumam Nafisya. Lalu dirinya berjalan menuju kulkas yang di depannya bertulisan cemilan Nafisya.

"Nah ini dia," ujarnya seraya membuka kulkas tersebut yang di dalamnya banyak sekali stok cemilan.

"Assalammualaikum."

"Waalaikumussalam," Sahut kedua orang tua Nafisya.

Nafisya yang sedang memakan sebuah cemilan berupa wafer, tiba tiba gendang telinganya mendengar suara salam seseorang dari arah luar.

"Silahkan duduk pak." titah Manda kepada tamunya. Dan di balas anggukan saja.

"Siapa sih tu di luar," ujar Nafisya penasaran. Tak lama kemudian kue yang Nafisya tunggu sudah masak. "Nah emmm enak ini," lanjutnya seraya membuka oven.

Di ambilnya sepotong cake strawberry cheese, yang telah selesai ia buat, lalu di letakkan ke sebuah piring kecil.

"Nafisya turun nak," titah Manda seraya menaiki anak tangga, yang menghubungkan kamar Nafisya.

"Sya udah turun kali," umpat Nafisya, dengan suara pelan. Kemudian gadis itu berjalan menuju ruang tengah seraya membawa kue.

Disisi lain Manda, yang berada di dalam kamar gadis itu terkejut saat melihat Nafisya tidak ada di dalam.
Di kiranya saat ia menyiapkan pakaian, Nafisya ada di dalam kamar mandi, tapi ternyata nihil.

Ia keluar dari kamar dan menuju ke bawah. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat anak gadisnya itu, dengan muka belepotan tepung.

Nafisya sudah lebih dulu sampai di ruang tengah, yang sedang ada tamu dan papinya tengah berbincang hangat. Tapi ia sangat setia melihat kuenya sehingga belum melihat kedepan.

Detik selanjutnya ia mendongak dan betapa terkejutnya ia melihat seorang laki-laki, dengan dua pria paruh baya yang berada tepat di depannya.

"Farel," gumam Nafisya seraya memakan kuenya, gadis itu tidak menyadari keadaan wajahnya saat ini.

Papinya pun, yang melihat itu menggelengkan kepala. Sedangkan Farel tampak menahan tawa, dengan keadaan menunduk.

"Om," ujar Nafisya seraya tersenyum ramah di campur malu karna saat ini ia sedang menggunakan piyama tidurnya.

"Duduk Nafisya," titah papinya.

Baru saja gadis itu mau duduk tiba-tiba saja maminya datang, dengan menyuruh Nafisya ke kamar ganti pakaiannya.

"Maaf pak," Kata Manda seraya tersipu malu akibat ulah anaknya itu yang asal terobos saja.

"Iya gak masalah," sahut Prastama yang notabenya papa dari Rafasya Farel Akbar.

To Be Continue

Thanks for you readers💙

Lebih Dari Bintang  [ Selesai  ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang