30~✨Janji✨

2 1 0
                                    

                         HAPPY
                       READING

Farel memutuskan untuk balik masuk ke kamarnya untuk menenangkan dirinya. Setelah mengetahui fakta, yang begitu menyayat hatinya, cowok itu berniat untuk mengurung diri di kamar.

"Farel buka pintunya nak." Itu suara kakeknya, yang sedang mengetuk pintu kamar Farel.

"Maaf kek Farel butuh waktu untuk sendiri." Jawab Farel, dengan suara serak, cowok itu sedang duduk lesehan di lantai tepat di depan pintu kamarnya.

Adista pun akhirnya hanya menurut, dan pergi dari situ. Langkah kaki jenjangnya berhenti ketika melihat Prastama anaknya mematung di tempat.

"Tidak berperasaan kamu Pras, jika Dita tahu dia pasti sedih!" Ucapnya lalu matanya beralih melihat Azkar, yang saat ini sedang berada di samping Prastama.

Hati Prastama langsung terhenyuh ketika mendengar nama Istrinya itu yang telah tiada.

"Azkar ikut kakek, dan Keyra masuk kamar!" titahnya tidak bisa di ganggu gugat.

Setelah semuanya pergi meninggalkan Prastama sendiri.
Lalu lelaki itu keluar rumah, dan duduk di kursi taman rumahnya.

Duduk termenung matanya melihat ke atas langit malam. Sesekali dirinya bergumamkan nama 'Dita'.

"Maaf kan aku Dita," ucapnya lirih.

"Aku tidak bisa mengontrol emosi ku, maaf aku udah ingkar janji." Lanjutnya terlihat frustasi. Lalu Prastama teringat kenangan-kenangan saat dulu.

Beberapa tahun yang lalu

"Pras janji sama aku, nanti ketika aku udah nggak ada kamu jangan pernah ngomong pada Farel bahwa dia bukan anak kamu." Celetuk Dita mereka saat ini sedang berada di sebuah cafe milik keluarga mereka.

Pras hanya diam seraya menatap istrinya penuh arti, dengan perasan yang tidak enak tiba-tiba hinggap di hatinya.

"Aku udah nggak tahu lagi, bagaimana caranya jelasin sama kamu. Kamu udah terlanjur termakan fitnah sampai kamu nggak percaya sama aku." Lanjutnya sendu.

Pras yang mendengar itu ia hanya meraih tangan istrinya buat di genggam, menyalurkan kekuatan. Pras sendiri sangat bingung antara percaya atau tidak.

"Tapi bukti tes DNA sudah menjelaskan itu semua Ta." Jawab Prastama, dengan pandangan kosong.

Terlihat Dita yang sangat frustasi, "Kamu jangan pernah nyakitin hati anak itu, jika kamu nyakitin dia kamu sama aja dengan nyakitin aku Pras!"

"Janji ya sama aku." Lanjutnya seraya mengulurkan jari kelingkingnya.

"Iya aku janji." Jawab Prastama seraya tersenyum tipis, tangannya naik menyatukan jari kelingkingnya dengan istrinya itu.

Setelah pikirannya bergelut dengan kenangan saat dulu, kini ekor matanya menangkap objek yang sedang melihatnya dari balkon.

Kini dua orang berjenis kelamin, yang sama. Namun, berbeda generasi saling menatap penuh arti.

Farel dari balkon kamarnya berdiri dengan bertenggerkan pagar pembatas menatap Prastama dengan tatapan teduhnya.

Prastama yang melihat tatapan itu, sama halnya seperti ia melihat istrinya yang telah tiada, jangankan tatapannya yang teduh melihat wajahnya saja sudah seperti melihat wajah istrinya. Karna Farel dan istrinya memiliki garis wajah yang sama.

"Pa-pa." Ucap Farel dengan terbata-bata.   tiada yang bisa mendengar.

"Maafin saya." Batin Prastama.

Lalu pandangan Farel naik melihat langit malam, dengan menajamkan penglihatannya pada bintang yang paling indah, "Papa Farel mana ma?" tanyanya seolah bertanya dengan mamanya.

Detik selanjutnya pandangannya turun dan melihat Prastama yang masih mematung di situ dengan masih menatap dirinya.

Mulutnya ingin sekali memanggil lelaki itu dengan sebutan papa, tapi apakah iya pantas? bahkan cowok itu merasa bahwa kehadirannya membuat keretakan di keluarganya sendiri.

"Hai om." Sapa Reza yang ntah baru pulang dari mana. Jam sudah menunjukkan pukul 01.15 WIB.

Sontak Prastama langsung menurunkan pandangannya dan beralih melihat Reza, "Jam segini baru pulang, habis dari mana kamu?" Tanyanya tegas.

Reza hanya diam tak menjawab, seraya tersenyum menyeringai, "Nyusun misi buat nyingkirin anak Lo om." Batinnya.

Terdengar helaan nafas dari Prastama, Reza tidak menjawab ya udah ia tahu privasi, lagian ia bukan anggota keluarganya.

"Ya udah masuk sana udah malam!" titahnya.

"Om nggak masuk?" tanyanya.

"Bentar lagi saya masuk."

Mendengar itu Reza langsung melangkahkan kakinya untuk masuk ke rumah.

Sebelum masuk matanya melihat sebentar ke arah balkon ia melihat Farel yang sedari tadi melihat interaksinya dengan Prastama.

Farel yang masih berdiri di balkon kamarnya itu pun akhirnya berbalik badan berniat untuk istirahat.

Setelah berinteraksi dengan Reza, Prastama pun mendongak berniat untuk melihat Farel. Setelah liat Farel sudah berbalik arah ia pun langsung berniat untuk ikut masuk ke dalam rumah.

"Udah malam jangan di luar, ntar anda masuk angin." Celetuk Farel tiba-tiba ternyata ia berbalik badan lagi untuk memastikan Prastama udah masuk apa belum.

Prastama yang baru saja ingin melangkah pergi, langkah kakinya tiba-tiba berhenti setelah mendengar suara bariton yang ia sudah tahu itu suara siapa.

Ia tertegun melihat Farel yang masih sempat-sempatnya mengkhawatirkannya, setelah pertengkaran tadi. Namun, di sisi lain hatinya sakit ketika mendengar Farel lagi dan lagi memakai bahasa formal seolah-olah embel-embel 'papa' sudah lenyap.

                      To be continue

Thanks for you readers 💙

Lebih Dari Bintang  [ Selesai  ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang