H A P P Y
R E A D I N G"Nay, Nay bukannya gue udah kasi tahu
Lo ya?" tanya Nafisya, dengan setengah lupa."Kasi tahu apa?" kini giliran Kanaya balik tanya, seraya mengerutkan keningnya.
Nafisya hanya menghela nafasnya gusar, lalu pandangannya naik melihat Raka dan Geisya di sebrang sana.
"Dengerin gue baik-baik ya!" titah Nafisya, pandangannya lurus kedepan, Kanaya hanya mengangguk.
"Dia bukan lagi pacar gue Maemunah," Sarkas Nafisya mengambil jeda, seraya melihat sekilas Kanaya.
"Kok bisa Ropeah?" tanya Kanaya heran sekaligus kaget.
"Mungkin bukan jodoh," Jawab Nafisya enteng, sedikit terbesit luka di hatinya yang, belum sempat ia obati.
"Tapi, dia adalah mantan guru, yang telah mengajarkan gue, manis sekaligus pahitnya jatuh cinta," Kata gadis itu yang masih menatap ke depan, dengan tatapan kosong, lalu beralih melihat Kanaya, yang tampak masih mencerna ucapannya.
"Oh, ya udah mungkin ini adalah pelajaran buat Lo, yang berani jatuh cinta, maka harus siap untuk sakit," ucap Kanaya mengambil jeda, "Sakit hati," Lanjutnya seraya menjulurkan lidahnya pada Nafisya.
Nafisya yang mendengar itu, ia hanya membelalakkan matanya, "Lo juga kali Nay." Timpal Nafisya, tak terima.
Kanaya hanya ketawa kecil, "iya juga ya," Sahutnya.
"Ya udah, kok malah bahas zaman dulu, ngapain nggak penting tau." Cerocos Nafisya tiba-tiba. Gara-gara Kanaya, ia jadi teringat masa lalunya.
Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang mendengar pembicaraan mereka.
"Ya udah cepetan pilih novelnya!" Ketus Kanaya. Dan di balas kekehan kecil oleh Nafisya.
"Assalammualaikum calon imam," Nafisya membaca judul pada novel, yang ia pegang.
"Waalaikumussalam pelengkap iman," sahut seseorang dari arah belakang mereka.
Sontak, Nafisya dan Kanaya yang mendengar itu, langsung membalikkan badannya.
"Fa-Farel," ucap Nafisya kaget.
"Kenapa kaget ya?" tanya Farel, seraya menaik turunkan alisnya.
Laki-laki, yang sedang menggunakan jacket hitam yang melapisi kaus oblong berwarna putih dan di padukan dengan celana jins hitam, serta sepatu putih yang melekat di kakinya.
Farel ia kesini hanya untuk mengambil novel adiknya, sedangkan Keyra ia telah berada di cafe Pradista milik keluarganya, yang letaknya tepat di depan gramedia.
"Ngapain Lo kesini?" tanya Nafisya dengan nada ketusnya.
"Loh kenapa? Ini kan Gramedia milik keluarga gue," Jawab Farel, Nafisya yang mendengar sontak malunya minta ampun.
Lalu pandangan laki-laki itu terkunci pada suatu objek, yang melekat di tubuh Nafisya.
Setelah melihat sebentar, lalu cowok itu tersenyum, seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Apaan ni cowok liat-liat apa dah,nggak jelas." Batin Nafisya seraya memutar bola matanya malas, detik selanjutnya gadis itu teringat sesuatu, "aduh gue ke pakai jacket ni anak lagi, untung dia nggak ingat."
"Ekhm...berasa jadi nyamuk gue." Celetuk Kanaya. Membuyarkan lamunan kedua insan itu.
"Eh nggak papa, yang ketiganya nyamuk, dari pada setan." Timpal Farel melihat sekilas ke arah Kanaya lalu beralih melihat Nafisya.
"Apa jadi Lo bilang gue nyamuk haa?" Tanya Kanaya tak terima, kakinya melangkah maju ke depan berniat untuk menginjaki sepatu Farel.
"Aww," rintih Farel pura-pura kesakitan
supaya pelaku merasa puas. "Canda doang sensi amat," Sahut Farel."Udah deh Rel Lo tu kalau mau ambil buku, ambil aja ngapain juga nyangkut di depan gue, nggak suka gue liatnya tau nggak!" Sarkas Nafisya.
"Ya harus nyangkut di depan lah, masa di belakang nggak logis dong," Farel mengambil jeda, "Secara kan gue ini masa depan Lo, bukan masa belakang Lo," Lanjutnya sedikit tidak nyambung, seraya menaik turunkan alisnya.
Ucapan Farel membuat Nafisya jengah, "Lo jangan suka baperin anak orang bisa nggak sih!" Cicit gadis itu tiba-tiba.
"Cie-cie yang baper." Jawab Farel dengan kekehan kecilnya, jujur saja Farel merasa sangat puas. setelah membuat wajah gadis di depannya ini, seperti tomat. Sedangkan Nafisya hanya mengulumkan bibirnya.
Lain halnya dengan Kanaya dari tadi hanya diam di tempat, seraya menyaksikan drama di depannya ini.
"Baperin orang tu zina mata, zina hidung, zina hati loh Rel!" Oceh Nafisya menyebutkan semua jenis zina, yang telah telinganya dengar dari orang-orang, termasuk Farel. Walaupun ada yang tidak benar.
Farel yang mendengar itu lantas hanya ketawa kecil, "Ya udah, kasi tau saya di mana letak geografis hati kamu, mau saya bidik pakai surah Ar-Rahman, pada waktunya," Ucap Farel.
"Ka-kamu?" Ulang gadis itu, dengan terbata-bata.
"Iya Aku sama Kamu, bentar lagi akan jadi kita," sahut Farel.
"Assalammualaikum pelengkap iman." Farel memberi salam sebelum pergi dari tempat itu.
Nafisya, yang masih mencerna kata-kata Farel, lantas menjawab, "Waalaikumussalam calon imam." Jawabnya yang masih termenung tanpa sadar.
"Cie-cie." Celetuk Kanaya membuyarkan lamunan gadis di sampingnya ini.
"Awas Lo ya iihhh." Geram Nafisya, seraya menghentak-hentakkan sepatunya. Farel kali ini benar-benar seperti orang kesambet, yang telah berhasil membuat jantung gadis itu sedari tadi berdisco.
Sedangkan Farel, yang belum jauh dari situ hanya tersenyum penuh makna, "Maaf aku udah terlanjur kangen sama kamu." Batinnya ia sangat rindu pada sosok Ayra nya dulu, dan pada akhirnya rindu itu terbalaskan.
Setelah itu, Nafisya langsung mengajak Kanaya keluar Gramedia, dengan tangan kosong. Nafisya sudah tidak ada mood untuk membeli Novel di sana.
"Nah kan Sya ujung-ujung nggak jadi, gimana sih!" Ketus Kanaya.
"Nggak mood gue," Jawab Nafisya spontan.
"Ya udah gara-gara Lo, perut gue jadi bunyi ni." Cicit Kanaya, seraya tersenyum miring.
"Ya terus?" Tanya Nafisya.
"Kita mampir ke Cafe depan bentar ya," Sahut Kanaya.
"Oh ya udah ayo atuh, gue juga laper." Timpal Nafisya dengan semangat 45nya.
"beneran? di sana masih ada Raka loh." Katanya.
Nafisya hanya mendengus, "Loh nggak papa kali, jangan karna hanya dia mantan, terus kita harus ngehindar gitu? tu namanya pengecut!" Sarkas gadis itu membuat Kanaya terhenyak.
To Be Continue
Thanks for you readers💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih Dari Bintang [ Selesai ]
RomanceBertemu hanya untuk berpisah. Sebaik-baiknya cara mu berpamitan, yang namanya perpisahan tetaplah menyakitkan. Apalagi perpisahan tanpa pamit. "Tuhan jika di tanyakan permintaan ku apa." "Maka, yang ku minta adalah bertemu dengannya, yang telah kau...