Happy
Reading"Assalammualaikum." Nafisya memberi salam saat memasuki panti asuhan itu.
"Waalaikumussalam," jawab laki-laki seumuran Farel. Ketika sampai di depan pintu.
Atas permintaan Farel, Nafisya dan Keyra pun setuju untuk memasuki panti asuhan itu terlebih dahulu untuk memanggil Ara.
Walaupun terlihat jelas dari wajah ke dua gadis itu sangatlah sangar.
"Maaf ada apa ya?" tanya laki-laki itu sambil menundukkan kepalanya.
"Saya mau nyari anak yang bernama Ara apakah ada?" tanya Nafisya dengan malasnya.
"Oh Ara iya ada, bentar saya panggilin," ucapnya lalu memasuki panti itu.
Nafisya dan Keyra yang berdiri di situ mendengus kesal melihat tingkah laki-laki tadi. Bukannya di suruh masuk, malah membiarkannya berdiri di depan pintu.
Tidak butuh waktu lama, anak kecil itu pun keluar sambil memegang boneka beruang yang berukuran kecil di tangannya.
"Mereka siapa bang?" tanya anak kecil itu pada Wildan.
Belum sempat menjawab, datanglah seorang badut berkostum beruang menghampiri mereka.
Ara yang melihat itu, tampak sangat senang gadis kecil itu ketawa kecil terlihat menggemaskan.
Ara berlari mendekati badut itu yang tengah berjalan ke arahnya.
Saat gadis kecil itu sudah berada tepat di hadapan badut itu. Badut itu pun akhirnya memperlihatkan wajahnya sambil tersenyum.
Kostum kepala beruang yang telah di buka, membuat Ara dapat melihat jelas sosok yang berdiri di hadapannya ini.
Rasa senang membuatnya refleks berhamburan memeluk Farel serta Farel pun membalasnya.
"Abang." Lirihnya saat dalam pelukan Farel.
"Abang kemana aja? Ara rindu banget," tanyanya.
"Maaf ya Abang baru sempat kesini, karna akhir-akhir ini Abang sibuk." Alibi Farel, satu tangan cowok itu terangkat untuk mengelus rambut gadis kecil itu.
Ara pun mengurai pelukannya, gadis kecil itu mendongak, membuat Farel harus berjongkok menyetarakan tingginya dengan Ara.
"Beneran sibuk? Bukan karna Abang udah lupa sama Ara kan?" Pertanyaan itu memenuhi isi kepala gadis kecil itu. Ia ingin memastikan bahwa dugaannya selama ini benar atau salah.
Farel terbungkam seribu bahasa, ia terpaksa berbohong lagi. Farel tidak akan membiarkan gadis kecil itu tau, kejadian apa yang menimpanya selama ini. "Iya Ara sibuk kerja biar bisa sekolahin Ara nanti," jawabnya.
Sedangkan di jarak yang tidak jauh dari mereka berdua, ada tiga orang yang tengah menyaksikan ini.
Nafisya dan Wildan merasa haru melihat momen ini.
Nafisya dapat melihat jelas sorot mata kerinduan yang terpancar di mata keduanya.
Sedangkan Keyra gadis itu menatap nyalang ke arah Farel dan Ara.
Farel yang baru saja bangkit dari jongkoknya itu, tiba-tiba melangkahkan kakinya ke arah mobil, cowok itu seperti hendak mengambil sesuatu.
Setelah memegang sesuatu itu, Farel kembali melangkahkan kakinya mendekat pada gadis kecil itu.
Nafisya yang berdiri tidak jauh dari situ, dapat melihat jelas ada yang tidak beres dari cowok itu.
Dari cara Farel berjalan sepertinya cowok itu sedang menahan sakit.
"Farel!" teriak gadis itu berlari mendekati Farel, setelah melihat Farel yang sepertinya tidak sanggup menopang tubuhnya sendiri.
Farel tersenyum hangat mengisyaratkan bahwa dirinya baik-baik saja pada gadis yang tengah merangkulnya ini.
"Udah Lo kalau lagi sakit bilang aja, nggak usah sok-sok kuat Rel, dengan Lo kek gini buat gue khawatir," ucap Nafisya pelan pada Farel yang tengah menatapnya.
Farel menunduk lesu cowok itu merasa bersalah, "Maaf udah buat kamu khawatir," ucapnya.
Ara melihat dua orang yang tidak jauh darinya dengan tatapan bertanya. Sedangkan Keyra gadis itu sibuk melihat Ara tanpa melepaskan pandangannya sedikitpun terhadap Ara, seperti sedang mengawasi musuhnya.
Wildan yang berdiri di samping Keyra melihat haru sahabatnya yang telah bertemu kembali dengan cinta pertamanya.
Farel dan Wildan mereka dulu pernah di pesantren yang sama, hal itu membuat keduanya bersahabat baik. Serta banyak hal yang Wildan tahu tentang kehidupan Farel.
"Akhirnya Lo ketemu juga sama dia Rel." Batin Wildan seraya terkekeh kecil mengingat saat di mana Farel sering dirinya pergok sedang melukis gambar seorang gadis lantaran rindu yang sangat mendalam.
Saat dirinya sedang di pesantren, Farel sering melukis gambar Nafisya dengan berbagai ekspresi yang di buatnya untuk mengobati rasa rindu pada gadis itu, lalu di tempel di dinding kamarnya.
Tidak bisa di bayangkan betapa bucinnya Farel saat itu."Selamat ulang tahun Ara," ucap Farel seraya menyodorkan sebuah kue ulang tahun di depan gadis kecil itu.
Ara terlihat sangat senang mendapatkan sebuah kue ulang tahun dari Farel.
"Ya Allah gue sampai lupa hari ini, hari ulang tahun Ara." Celetuk Wildan seraya menepuk dahinya.
Nafisya yang masih setia berdiri di samping Farel itu pun ikut merasakan suasana haru ini, walaupun ia tidak tahu betul hubungan Farel dan Ara.
"Yaudah kita potong kuenya di dalam aja ya." Ajak Farel dan mendapat anggukan setuju dari Ara.
"Sini Ara sama kak Fisya aja," ucap Nafisya seraya menggandeng tangan Ara.
Farel yang melihat interaksi keduanya hanya tersenyum. Nafisya yang merasa di perhatikan sedari tadi pun akhirnya membalas tatapan Farel.
"Kenapa Lo senyum-senyum?" Sinisnya.
"Aku cuma senang aja bisa melihat dua Ara sekaligus," jawab Farel dari lubuk hatinya yang terdalam.
Dulu saat perjalanan menuju ke kampus. Farel tiba-tiba menemukan bayi perempuan, di dalam kotak, yang di letakkan begitu saja di tepi jalan.
Ketika melihat bayi lucu itu. Farel berinisiatif untuk merawatnya bersama Wildan yang merupakan sahabatnya di pesantren maupun sejak dirinya di titipkan begitu saja di panti asuhan milik ibu dari Wildan.
Farel dan Wildan membesarkan bayi, yang di beri nama Ara itu di panti asuhan. Farel, yang memberikan nama Kania Ayudya Ara, yang di panggil dengan Ara. Nama panggilan itu sengaja Farel berikan sama, dengan cinta pertamanya, hanya untuk mengobati rindunya pada gadis itu.
Hal itu tidak berlangsung lama. Hal, yang tidak terduga datang menghampiri nya. Farel terkena Amnesia, yang membuat Farel melupakan semua itu.
"Abang udah lupa ya sama Key?" Monolog Keyra seraya menatap ketiga orang itu.
To be continue
Thanks for you readers 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih Dari Bintang [ Selesai ]
RomanceBertemu hanya untuk berpisah. Sebaik-baiknya cara mu berpamitan, yang namanya perpisahan tetaplah menyakitkan. Apalagi perpisahan tanpa pamit. "Tuhan jika di tanyakan permintaan ku apa." "Maka, yang ku minta adalah bertemu dengannya, yang telah kau...