9~✨bukan alasan yang sebenarnya✨

30 22 26
                                    

                        H A P P Y
                     R E A D I N G

Saat telah tiba di parkiran. Nafisya membuka sabuk pengamannya dan bergegas turun dari mobil.

Tak lama ia mendengar suara bariton menghampirinya, "Dok tolong adek saya dok," ujar seseorang itu saat melihat gadis berseragam dokter.

Nafisya pun menoleh ke belakang setelah menutup pintu mobil. "Lo," ujar mereka bersamaan.

"Key kenapa Rel?"
Lanjutnya setelah matanya melihat Farel, yang tengah membopong anak kecil perempuan.

"Badannya panas," Sahut Farel, dengan raut wajah khawatir.

"Ya udah sini biar gue yang bawa," ujar Nafisya seraya mengambil alih gadis itu, lalu menggendongnya masuk di ikuti Farel.

Disisi lain Manda, yang berada di dalam mobil, yang terparkir di sebelah mobil Nafisya. Ia hanya tersenyum tipis melihat anaknya bisa profesional menjalankan tugas, walaupun awalnya di paksa.

"Gimana adek gue?" tanya Farel ketika melihat Nafisya keluar dari ruangan.

"Panasnya udah turun," sahut gadis itu. "Makanya punya adek di jagain." lanjutnya dengan ketus.

Farel hanya memutar bola mata malas.

Farel melangkah kaki masuk ke ruangan, tanpa berbicara sepatah kata pun pada buk dokter, yang berdiri terpatung disitu, dengan tatapan sinis.

"Udah mendingan dek?" tanya Farel yang berada di sebelah brankar.

"Udah bang." Sahut keyra gadis kecil
yang berumur 12 tahun itu, dengan suara paraunya.

"Alhamdulillah,"

"Kakak," panggil Keyra.

Baru saja Nafisya ingin ngelabrak Farel, yang masuk tanpa seizinnya. Tapi niat itu ia urungkan, Setelah Keyra memanggilnya.

Nafisya mendekat kearah kakak adik itu.
"Iya Key?" Sahut gadis itu.

"Bener yah kata abang jodoh gak akan kemana," ujar Keyra melihat abangnya itu seraya menaik turunkan alisnya.

Yang ditatap malah
bingung, bukannya saat Ia mengatakan itu, adeknya sudah tidur? Tapi kenapa adeknya itu bisa tau itulah, yang ada di pikiran Farel.

Keyra menatap Farel dan Nafisya silih bergantian, siap untuk menggoda dua
insan itu, yang tengah tersipu malu.

"Buktinya kita ketemu lagi kan kak?" tanya keyra seraya tersenyum jail melihat Nafisya, yang tampaknya memanas.

"Iya kan, jodoh tu kak namanya.." beo Keyra.

"Sabar Nafisya sabar." Batin gadis itu seraya tersenyum smirk.

"Dek..." tegur Farel.

"Iya bang kenapa?" tanya gadis itu dengan muka polosnya.
Dan di balas gelengan oleh Farel.

"Key kakak keluar dulu ya," ujar Nafisya. "Cepet sembuh." Lanjutnya seraya beranjak meninggalkan kakak adik itu.

"Iya kak." Sahut keyra.
Sedangkan Nafisya mencak-mencak sendiri, setelah keluar gadis itu melampiaskan ke kemarahannya pada angin.

"koas baru ya?" tanya seseorang dari arah belakang gadis itu.

"Eh iya," sahut Nafisya seraya membalikkan badan dan di saat itu juga ia terkejut, setelah mendapati seorang wanita yang notabennya selingkuhan dari mantan kekasihnya, wanita itu bernama Geisya.

Dua wanita berseragam dokter itu sama-sama terpaku di tempat, sampai akhirnya ada seseorang yang menghampiri mereka.

"Gei," ujar pria itu memecah keheningan di antara keduanya.

"Raka," batin Nafisya setelah mendengar suara yang tidak asing di belakangnya.

"Iya ka," Sahut Geisya

"Ayuk pulang."

"Owh ya Sya gue pulang dulu ya." Pamit Geisya pada Nafisya.

"Nafisya." Gumam Raka .

Lalu Geisya berjalan mendekati Raka, yang berada di belakang Nafisya.

"Ingat kak level tertinggi dalam mencintai itu adalah mengikhlaskan." Bisik Geisya pada kakaknya itu dan di balas anggukan oleh Raka, dengan wajah sendu.

Maafin gue Sya, alasan yang gue kasi ke lo itu bukan alasan yang sebenarnya untuk gue mutusin lo. Batin Raka sebelum ia benar-benar pergi meninggal kan Nafisya.

Di rasa manusia itu sudah pergi. Nafisya langsung duduk di kursi tunggu, hari ini benar-benar hari yang melelahkan baginya bukan hanya lelah fisik, hati pun di buat lelah olehnya.

Gadis itu duduk dengan pandangan kosong lurus ke depan. Detik selanjutnya, ia di kejutkan dengan mendapati sebuah batang coklat, yang berada tepat di depan wajahnya.

"Nih buat lo," ucap seseorang, dengan menyodorkan sebuah coklat batang, yang ia sengaja mengayunkannya di depan wajah Nafisya.

"Coklat itu bisa meningkatkan hormon endorfin, ya biar gak stres-stres amat sih lo," Lanjut Farel.

"Sok tau." Ketus Nafisya seraya mengambil coklat tersebut lalu memakannya, tanpa basa-basi lagi.

"Sama-Sama." Sindir Farel seraya duduk bersebelahan dengan gadis itu dengan jarak 1 meter.

"Makasih,"ucap Nafisya tanpa ekspresi. Dan hanya di balas anggukan oleh sang empu.

"Btw lo tau dari mana kalau coklat bisa meningkatkan hormon endorfin?" Tanya gadis itu setelah menghabiskan coklat tersebut.

Tes ingatan dulu kali ya, mana tau dia cuma gak ngenalin gue, secarakan gue makin cantik. batinnya mesem-mesem. Tapi tidak dengan kenangan kita! lanjutnya seraya tersenyum miring.

"Gak tau gue lupa--".

"Apa? lupa? pendek banget jangka ingat lo," sahut Nafisya memotong ucapan Farel, seraya terkekeh miris. Ia sangat gedeg sama orang yang suka melupakan dirinya.

"Lupa ingatan." Timpal Farel, dengan tatapan kosong.

Kejadian besar, yang menimpa Farel, membuat dirinya harus menjalani operasi di bagian kepala. Akibatnya Farel mengalami Amnesia Retrograde. Amnesia itu membuat hilangnya sebagian memori ingatan.

"Oh, maaf gue gak tau," Sahut Nafisya beralih dengan menatap wajah sendu Farel dari samping sangat keliatan.

Gadis itu pun tak kalah miris, melihat  cinta pertamanya lupa ingatan.

"Tapi dulu banget ya ada seseorang yang selalu menghibur, dan suka kasi coklat," Jeda Farel seraya menghela nafasnya,"Tapi gue nggak ingat jelas siapa dia," Dan berharap itu lo. Batinnya seraya menoleh sekilas ke arah Nafisya, yang di sampingnya.

"Emang ada apa sama coklat?" lanjutnya, dengan kembali menatap ke depan.

"Gak ada apa-apa sih," Sahut gadis itu malas menjelaskan.
Walaupun pikirannya saat ini sedang terlintas sedikit bayangan masa kecilnya dulu.

                     To be continue

Thanks for you readers💙

Lebih Dari Bintang  [ Selesai  ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang