57~✨Putus✨

0 2 0
                                    

                               Happy
                             Reading

Sena yang sedari tadi mengintip. Saat menyadari bahwa Keyra melihatnya. Gadis itu dengan cepat pergi dari tempat itu, sebelum ketahuan.

"Mana kak Senanya? Kan kak Sena udah nggak ada dek." Celetuk Azkar setelah melihat ke arah pintu. Keyra benar-benar membuatnya berharap lagi pada gadis itu. Gadis yang membuatnya buta akan cinta.

"Tadi ada bang, Key liat di situ." Ucap Keyra seraya menunjuk-nunjuk tempat itu.

"Dek udah, mungkin Key salah liat kali." Timpal Farel.

Keyra melihat ke arah Farel, yang juga tengah menatapnya, "Iya ya, mungkin Key salah liat." Tutur Keyra.

Farel mengacak rambut adik perempuannya itu gemas. Hal itu membuat Keyra kesal.

"Ih Abang jangan berantakin rambutnya Key!" rengek Keyra, melihat Perilaku abangnya yang tidak pernah berubah dari dulu. Selalu saja suka berantakin rambutnya.

Farel hanya terkekeh, lalu berhenti mengacak rambut adiknya itu, setelah melihat wajah adiknya yang di tekuk masam.

"Key-Key udah nak turun ya, Abang kamu mau istirahat." Titah Prastama.

Keyra yang mendengar itu, hanya memanyunkan bibirnya, "Yah pa," ucapnya lesu.

"Udah pa, nggak papa Farel udah mendingan sekarang." Ucap Farel meyakinkan Prastama.

"Farel, dengar kata papa, kamu itu baru aja sadar, jadi jangan banyak gerak dulu." Ujar Prastama. Sedikit pusing mengatasi sifat anaknya, yang keras kepala itu.

Farel hanya menganggukkan kepalanya. Ada perasaan senang di hatinya kala dirinya di perhatikan seperti itu oleh papanya, Setelah sekian lama dirinya tidak pernah mendapatkan perlakuan baik dari Prastama.

Setelah Keyra turun dari tempat tidur itu. Prastama dengan telaten membantu Farel untuk berbaring kembali.

Kemudian Prastama menyelimuti Farel, dengan penuh kasih sayang.

Farel yang tengah terbaring itu. Cowok itu terharu melihat perubahan sikap Prastama pada dirinya.

"Jadi gini rasanya di perhatikan sama papanya sendiri." Gumam Farel
yang masih bisa di dengar oleh Prastama.

"Nanti kalau kamu udah sembuh. Papa mau ajak kamu ke tempat favorit kamu."

Binar di mata Farel tampak jelas, ketika mendengar perkataan papanya.

"Iya pa Farel mau. " Jawabnya antusias.

Prastama hanya membalas, dengan senyumannya.

"Yaudah papa tinggal bentar ya nak," pamit Prastama.

"Iya pa,' jawab Farel.

Setelah itu Prastama berjalan ke luar ruangan bersama Keyra.

Kemudian cowok itu melihat Nafisya, terlihat wanita itu sedang tertawa bersama Azkar. Ntah mengapa cowok itu merasa bahagia, hanya karna bisa melihat tawa istrinya.

"Maaf aku hanya bisa bikin kamu sedih, aku belum bisa bikin kamu bahagia Ra," batin Farel, seraya tersenyum kecut.

Nafisya, yang sadar di perhatikan. Cewek itu pun berjalan ke arah ranjang.

"Rel Abang keluar dulu ya, dari pada jadi nyamuk." Celetuk Azkar membuat Farel dan Nafisya tertawa mendengarnya.

"Iya bang." Jawab Farel. Setelah itu Azkar berjalan keluar.

"Rel gimana keadaan kamu? udah mendingan?" tanya Nafisya. Dirinya saat ini telah duduk di kursi samping ranjang.

"Alhamdulillah udah mendingan. Maaf ya aku udah bikin kamu khawatir,"

Nafisya yang mendengar kalimat itu merasa tidak setuju. Cewek itu menggelengkan kepalanya, lalu tangannya menggenggam tangan Farel.

"Kamu jangan terus merasa bahwa kamu selalu bikin orang-orang sedih. Asal kamu tahu kehadiran kamu mendatangkan sebuah kebahagiaan, bagi banyak orang." Tutur Nafisya.

Farel menatap lekat wanitanya itu, yang juga sedang menatapnya.

Cowok itu hanya tersenyum tipis menanggapi penuturan Nafisya.

"Ra udah makan?" tanyanya mencoba mengalihkan topik.

"Udah tadi. Kamu mau makan Rel?

"Nggak, nanti aja."

"Oke."

Pikiran cowok itu masih terngiang, dengan omongan seorang wanita yang menyakitkan, sewaktu dirinya sedang koma. Namun, dirinya tidak tahu siapa wanita itu.

"Rel Lo tu cuma bisa bikin orang-orang di sekitar lo jadi sedih, jadi buat apa Lo hidup? mending Lo mati aja dari pada hidup Lo terus menyebar kesedihan!"

Dirinya, yang sedang koma hanya bisa mendengar kata demi kata, yang menyakitkan itu. Tanpa bisa merespon.

••🌟••

Setelah mendengar kabar, bahwa Reza di tahan polisi. Membuat Kanaya syok.

Apalagi ketika gadis itu mengetahui penyebab Reza sampai di tahan.

Saat ini Kanaya sedang berada di jalan, menuju ke kantor polisi.

Gadis itu pergi menggunakan motor.

Tidak terasa motor, yang ia bawa telah sampai di depan kantor polisi.

Setelah memarkirkan motornya, gadis itu, dengan cepat masuk ke dalam.

Kanaya duduk di kursi, sambil menunggu Reza.

Tidak lama kemudian, muncul sosok laki-laki, yang baru saja keluar dari sel penjara.

Setelah melihat siapa, yang menjenguknya. Cowok itu duduk di kursi berhadapan, dengan Kanaya.

Hening, sebelum akhirnya Kanaya membuka suara. "Gue kecewa sama Lo Za!" Ucapnya tiba-tiba.

Reza, yang sedari tadi menunduk malu akan perbuatannya, sehingga untuk melihat Kanaya saja ia enggan. Akhirnya cowok itu mengangkat pandangannya ke arah Kanaya.

"Maafin gue Nay," ucap Reza lirih. Tangannya mencoba untuk meraih tangan Kanaya. Namun, dengan cepat gadis itu menepisnya.

"Tindakan Lo ini kriminal za!"

"Lo secara nggak langsung udah nyakitin Fisya!"

Reza hanya diam mencerna omongan Kanaya.

"Fisya itu sahabat gue! Jadi jangan pernah coba-coba bikin dia sedih!"

"Gue malu punya cowok kriminal kayak Lo Za!"

"Mending sekarang kita putus!"

"Nay tolong jangan putusin gue Nay, " mohon Reza, dengan tatapan memelas.

"Nggak bisa Za keputusan gue udah bulat!"

Kemudian Kanaya bangkit dari duduknya.

Baru saja ia hendak melangkahkan kakinya untuk keluar. Reza, dengan cepat menahan Kanaya. Cowok itu mencekal pergelangan tangannya.

"Gue mohon Nay pikir baik-baik," pinta Reza lagi.

Kanaya menoleh, dengan tatapan malas, "Lepasin tangan gue!" sentaknya, seraya melepaskan cekalan tangannya.

To be continue

Thanks for you readers 💙

Lebih Dari Bintang  [ Selesai  ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang