H A P P Y
R E A D I N G7 tahun yang lalu!
"Pi...." Rengek gadis itu seperti anak kecil. Kini ia sedang berada di sebuah cafe.
"Papi bilang jangan Sya!" Tegas papinya.
"Tapi pi hujannya nggak deras kok," rayu Nafisya lagi dengan puppy eyesnya, agar papinya mengijinkan untuk, bermain hujan.
Namun, papinya itu dengan tetap keukeh atas pendiriannya. Detik selanjutnya ia mendapatkan sebuah panggilan telepon yang berdring di saku bajunya, ia pun langsung menekan tombol hijau tersebut.
"Kesempatan," Gumam Nafisya, dengan tersenyum sumringah.
"Dah bay pi Sya pergi dulu." Bisik gadis itu pelan seraya berlari kecil ke luar cafe, tanpa sepengetahuan papinya yang sibuk menerima telepon.
Setibanya di luar gadis, yang berusia kisaran 13 tahun itu pun sangat menikmati air hujan ala-ala film bollywood, yang membuat dirinya sampai basah kuyup.
Tidak pakai waktu lama aksinya itu terhentikan dengan sorot matanya, yang melihat sosok lelaki yang sedang duduk seorang diri termenung di taman yang berada tepat di depan cafe.
Nafisya pun berjalan untuk menghampirinya.
Sesampainya di sana gadis itu menatap menyelidik laki-laki di depannya ini."Hallo apakah ada orang?" tanya Nafisya seakan-akan gak punya mata. Namun, tidak ada jawaban dari sang empu gadis itu pun akhirnya mengambil alih untuk duduk di samping pria itu.
"Woi!" teriak Nafisya seraya memiringkan sedikit wajahnya, seakan dirinya geram. Karna merasa dirinya terkacangi.
Detik selanjutnya tamparan keras melayang di wajahnya.
Nafisya pun langsung memegangi wajahnya itu dengan tatapan tak menyangka.
Begitu juga Farel ia reflek, menampar gadis itu karna keterkejutannya atas suatu hal yang membuatnya ringan tangan.
"Maaf, gue nggak sengaja," ujar Farel seraya melihat telapak tangannya.
"Lo tu ada masalah hidup apa sih?" Tanya Nafisya dengan ketusnya.
"Gak usah kepo," Sahut Farel cowok berusia kisaran 15 tahun itu, seraya melihat sekilas gadis di sampingya itu.
"Lo ngapain mandi hujan?" tanya Farel.
"Nggak usah kepo," Sahut Nafisya mengikuti gaya bicara Farel.
Farel yang melihat itu merasa gemas. Lalu ia melepaskan sebuah jacket yang ia pakai untuk di berikan pada Nafisya yang tampak kedinginan.
"Eh ngapain lo?" tuding Nafisya yang melihat Farel mendekati dirinya.
"Di pake jacket nya ntar lo sakit." Sahut Farel dengan suara yang sengaja ia Keraskan Karna Berisiknya Hujan, Seraya Memakaikan Nafisya Sebuah Jacket.
"Yang sakit juga Gue, kenapa lo yang sewot sih!" Nafisya berdecak kesal atas perlakuan Farel, yang berhasil membuat jantungnya berdetak 2x lebih cepat.
"Anggap aja itu permintaan maaf gue, karna nggak sengaja nampar lo tadi," Sahut Farel merasa bersalah.
"Nggak, gue nggak mau maafin Lo, rahang gue hampir copot ni gara-gara tamparan lo." Ketus Nafisya seraya memayunkan bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih Dari Bintang [ Selesai ]
RomanceBertemu hanya untuk berpisah. Sebaik-baiknya cara mu berpamitan, yang namanya perpisahan tetaplah menyakitkan. Apalagi perpisahan tanpa pamit. "Tuhan jika di tanyakan permintaan ku apa." "Maka, yang ku minta adalah bertemu dengannya, yang telah kau...