H A P P Y
R E A D I NG"Lama banget sih!" Protes Keyra, yang sedang duduk di kursi, ketika melihat abangnya itu berjalan ke arahnya.
"Buat bu-" ucap gadis kecil itu terpotong saat jari telunjuk Farel menempel di bibirnya, "shtt."
"Buat buku hmm..." ucap Farel yang tahu arah pembicaraan adiknya.
"Beli apa dek?" tanya Farel pada Keyra, seraya hendak mendudukkan bokongnya di kursi, yang bersebelahan, dengan adiknya itu. Sedangkan Keyra sibuk melihat daftar menu makanan, yang telah di sediakan.
"Haa apa beli?" ulang Keyra, seraya menoleh ke samping, "Hello ngapain beli sih bang? tinggal minta aja!" Lanjutnya, ia sangat tidak suka melihat abangnya seperti ini, punya cafe sendiri, tapi seperti bukan miliknya.
Farel hanya mengangguk mengiyakan,
"Biar papa puas," Jawabnya."Apaan sih!" Keyra gadis berusia 12 tahun itu berdecak kesal.
Benar saja Farel telah di batasi sama papanya sendiri, buat memakai fasilitas-fasilitas di keluarga ini.
"Hmm...mau, yang mana?" Tanya Farel lagi.
"Nggak males!" Ketus Keyra.
"Loh-loh." Farel mengacak rambut adiknya itu gemas.
****
"Halo ini, dengan saya Adista, saya akan on the way ke sana!" Kata seseorang di sebrang sana.
"Oh oke baik pak," Sahut seseorang kepercayaannya, yang telah berkerja selama 10 tahun.
****
Hening adik kakak itu sedari tadi hanya sibuk memainkan ponselnya. Ralat, yang sibuk main ponsel hanyalah Keyra, sedangkan Farel ia hanya mengintip hal apa, yang di kerjakan adik perempuannya itu di ponselnya.
"Apa bang? ngintip-ngintip risih tau nggak!" Sentak Keyra, tangannya naik menjauhkan muka abangnya itu. Saat dirinya merasa abangnya terus mengintip ponselnya.
Namun, Farel ia tidak akan membiarkan, adiknya itu mengotak-atik ponselnya tanpa pengawasan darinya. Katakan saja protektif.
"Ingat dek kamu tu masih kecil, jangan macam-macam." Kata Farel.
"Nggak macam-macam kok bang, cuma satu macam." Jawabnya masih fokus melihat ponselnya itu. Ponsel, yang baru ia dapati dari abangnya. Keyra hanya bisa memainkan ponsel, ketika Farel ada di dekatnya.
"Awas ya kalau macam-macam, akun sosmed kamu ada di abang semua!" ancam Farel, yang di maksud akun sosmed hanya whatsaap, beserta Instagram saja, yang ada di ponsel Keyra Arsyila Pradista.
"Iya-iya." Jawab Keyra seraya memutarkan bola matanya malas. Iya risih? sungguh. Namun, ia tahu bahwa abangnya melakukan ini, Karna ia sayang pada dirinya, dan Keyra juga sudah terbiasa, jadi ia sangat tidak masalah.
Jika dari kecil ia sudah di biasakan, besar mau jadi apa? itulah, yang ada di pikiran Farel, ia tidak mau adiknya itu terjerumus ke jalan, yang salah, karna ini juga merupakan tanggung jawabnya.
Setelah hening beberapa saat, "Dek ingat nggak kita ke sini cuma dua kali, kalau nggak salah ya?" Tanya Farel memecah keheningan.
Keyra pun menoleh, dengan tatapan terkejut, "Abang?" Ia menanya balik, tiba-tiba ada sesuatu, yang terlintas di pikirannya, dengan tatapan berbinar.
Farel, yang mengerti maksud Keyra, hanya mengangguk mengiyakan seraya tersenyum.
"Huft..." Keyra menghela nafasnya, "Pantesan posesifnya kumat." Lanjutnya, dengan muka di tekuk, setelahnya senyum gadis itu mengembang, saat menyadari satu persatu ingatan abangnya itu kembali.
"Iya sama kakek, satu kali," Keyra mengambil jeda, "Key jadi kangen sama kakek." Lanjutnya, dengan menatap abangnya sendu.
"Sama," Jawab Farel, seraya mengelus rambut Keyra.
"Bang itu kak Nafisya kan?" tanya Keyra, Farel pun menoleh, lalu menganggukkan kepalanya.
"Ke sana yuk bang." Ajaknya hendak beranjak dari kursi.
Farel menahan gadis kecil itu, "Ngapain?" tanya Farel, "Nggak ngapain-ngapain sih, cuma pengen dekat aja, sama kak Nafisya." Jawab Keyra."Ayok-" Ucapan Keyra terpotong, setelah sorot matanya melihat, orang-orang yang sedang membawa alat-alat band, berjalan menaiki panggung kecil, yang berada di dalam cafe ini.
"Eh bang ada apaan tuh?" Tanya Keyra, sedangkan, Farel hanya mengkedikkan bahunya saja, pertanda tidak tahu.
Keyra, yang melihat itu hanya memutar bola matanya malas, abangnya selalu saja tidak mau ambil tahu tentang lingkungan sekitar, lalu dirinya tersenyum miring saat suatu ide terlintas di otaknya.
****
Di sisi lain Nafisya dan Kanaya, yang sedang duduk tidak jauh dari Farel dan Keyra. Mereka tampak sedang menyantap makanan, yang telah di pesannya.
"Sya liat deh, kayaknya ada konser pertunjukan nih." Seru Kanaya memecah kan keheningan di antara keduanya.
"Oh," sahut Nafisya, yang hanya ber-oh ria saja, seraya menyesap jus jeruknya.
"Oh doang?" Sahut Kanaya.
Nafisya menoleh ke samping, "Ya terus?" tanya-nya.
"Lo kan suka tuh sama konten konser, coba deh Lo ngisi acaranya." Usul Kanaya.
"What!" ucap gadis itu yang hampir saja tersedak.
Nafisya dan Kanaya duduk di kursi paling depan, jadi jarak panggung kecil itu, dengan meja mereka sangatlah tidak jauh hanya beberapa meter saja.
"Nggak ah, nggak mau, apaan sih!" Lanjutnya menolak usul Kanaya.
****
Raka seseorang, yang berada di belakang tempat duduk Nafisya dan kanaya, ia sedari tadi memerhatikan gerak-gerik Nafisya, dengan tatapan nanar.
Nafisya sengaja mengambil tempat duduk, yang berjarak tidak jauh dari mantannya itu. Gadis itu ingin membuktikan bahwa ia sudah move on.
"Kak!" Panggil seseorang yang berada di sebelahnya, sekaligus membuyarkan lamunan Raka lagi.
"Hmm..lagi mikirin Nafisya lagi?" tanya Geisya.
Raka menoleh, lalu tersenyum tipis seraya menganggukkan kepalanya.
"Kak yakin ini jalan yang benar?" tanya Geisya, dengan suaranya yang memelan.
Ia menatap Raka, dengan tatapan sendunya."Yakin dek," Sahut Raka lelaki bermuka pucat itu.
"Pokoknya kak Raka harus cepat move on ya," ucap Geisya, tangannya naik menggenggam tangan dingin abangnya itu, menyalurkan kekuatan.
To Be Continue
Thanks for you readers 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih Dari Bintang [ Selesai ]
RomanceBertemu hanya untuk berpisah. Sebaik-baiknya cara mu berpamitan, yang namanya perpisahan tetaplah menyakitkan. Apalagi perpisahan tanpa pamit. "Tuhan jika di tanyakan permintaan ku apa." "Maka, yang ku minta adalah bertemu dengannya, yang telah kau...