H a p p y
R e a d i n gSepulang jogging, Saat ini Farel sedang berada di kamar Keyra, dirinya sedang bersikeras untuk menenangkan adiknya yang satu itu. Sedangkan Keyra yang berada di atas kasur, sedang bergelut dengan boneka kesayangannya unicorn.
Detik selanjutnya, Farel yang sedang duduk di sisi kasur itu pun, mulai beranjak menuju adiknya, yang sedang duduk di kepala ranjang seraya memeluk erat boneka unicorn itu.
"Ahahaha abang udah..." tawa Keyra menahan geli, dirinya saat ini sedang di gelitiki abangnya itu, serta membuat tubuhnya meliuk kekiri dan kekanan.
"Ampun nggak!" titah Farel yang masih setia menggelitiki adiknya itu.
"Iya-iya ampun ahahaha,"
"Janji, udahan ngambeknya," ujar Farel seraya menjulurkan jari kelingkingnya itu.
"Janji." Jawab Keyra seraya menyatukan jari kelingkingnya pada jari Farel.
"Mana senyumnya?" tanya Farel.
Keyra pun langsung menunjukkan senyumannya, lebih tepatnya senyum terpaksa.
Sedetik setelah itu Farel langsung memberhentikan aktivitas menggelitiki adiknya itu.
"Nah gitu dong kan cantik." Puji Farel seraya mencuing hidung mancung Keyra.
"Iyah emang cantik." Jawab Keyra PD.
"Nanti malam kita jalan, mau nggak hm?" tanya Farel.
Mendengar itu Keyra langsung mengangguk antusias.
"Yaudah Key mandi terus istirahat oke!" titah Farel seraya beranjak keluar dari kamar adiknya.
"Oke," sahut Keyra.
Sulit di jelaskan seberapa sayangnya Farel kepada sosok adiknya itu, yang jelas sejak kepergian sang ibu, dirinya sangat dekat dengan Keyra hingga saat ini, di banding anggota keluarganya yang lain.
****
"Hati-hati Nay!" titah Reza seraya mendongak, yang menampilkan sang kekasih sedang wall climbing.
"Iya lo tenang aja ih." Sahut Kanaya, dengan kaki yang sibuk memanjat.
Kanaya seorang cewek tomboy, susah sekali untuk feminim, dingin hampir tak tersentuh sejak kejadian beberapa tahun yang lalu.
Reza cowok, yang berhasil mencairkan hati gadis itu, walaupun dulunya sangat sulit mendapatkan Kanaya. Namun, dengan sifatnya yang sedikit absurd mengingatkan Kanaya kepada sosok yang sempat mengisi hatinya dulu.
"Tu kan gue gak papa." Sarkas Kanaya setelah turun dari wall climbing.
"Takut banget sih," lanjutnya, dengan menggenggam tangan Reza seraya ketawa kecil.
Sedangkan Reza diam sejenak lalu ia memulai aktivitasnya yaitu mengacak-acak rambut Kanaya, yang panjangnya sebahu.
Dret
Dret
Dret
Terdengar suara deringan telepon dari hp gadis itu, sebelum mengangkat matanya membulat sempurna.
Reza yang melihat itu pun lantas panik, "siapa? Papa?" tanyanya mengira bahwa itu adalah Mahardika ayah Kanaya.
Gadis itu tidak menjawab ia hanya tersenyum miring.
"Siapa Nay?" tanya Reza lagi.
"Nafisya wlee," sahut Kanaya seraya menekan tombol hijau itu.
"Huft..kirain siapa." Reza menghembuskan nafasnya lega.
Mahardika seorang, yang menentang keras putrinya untuk berhubungan dengan Reza atas suatu alasan tertentu.
"Apa sya?" tanya Kanaya kepada Nafisya yang di sebrang sana.
"Temenin gue ya, nanti malem ke gramedia." Pinta Nafisya.
"Oh oke," setelah itu sambungan terputus sepihak, Nafisya yang memutuskan. Gadis yang tidak suka di telepon maupun menelfon secara lama.
"Kebiasaan ni anak." Gerutu Kanaya.
"Kenapa Nay?" tanya Reza.
"Nggak." ketus Kanaya seraya melangkahkan kakinya untuk pergi dari situ.
"Gini ni, kesalnya sama sapa, gue yang kena imbasnya," gumam Reza sembari mengekori gadis itu.
***
Disisi lain, saat sepulang dari dapur, tepat di depan pintu kamar Azkar, yang tampak terbuka.
Farel melihat sekilas, dan ternyata tidak ada orang di dalam kamar, lalu kakinya melangkah memasuki kamar Azkar.
Ia mengedarkan pandangannya pada ruangan kamar itu.
"Ini apa?" Farel bermonolog seraya menekan tombol, yang berada di sebuah lemari yang berukuran cukup besar.
Mata Farel membulat sempurna saat lemari itu otomatis terbuka dan menampilkan sebuah ruangan, yang cukup gelap.
Kakinya melangkah memasuki ruangan itu, yang tampak sangat teratur, "Ruangan yang Familiar," batinnya.
Lalu terasa tangannya menyentuh sesuatu, ia pun menyalakan flash light hpnya. Dan betapa terkejutnya saat melihat lukisan-lukisan, yang cukup indah tertata rapi di dinding serta di beberapa rak.
Setelah melihat sekitar, lalu ia melihat sebuah lukisan, yang tak sengaja tersentuh tadi.
"ini siapa?" tanyanya sendiri seraya melirik lukisan itu."Mirip banget sama Nafisya." Lanjutnya seraya memegang bingkai lukisan di
bagian muka gadis itu mengusap-usapnya, dengan penuh sayang.Farel menjambak rambutnya sendiri, saat kepalanya kembali berdenyut sangat sakit, mencoba untuk mengingat. Namun, hasilnya nihil. Ia tidak bisa mengingat apa, yang terjadi pada dirinya, siapa yang ada di dalam lukisan itu.
Lalu ia mengusap wajahnya gusar, "Nggak enak hidup di penuhi keasingan." Ucapnya frustasi.
"FAREL!" sarkas seseorang dari arah belakang.
Dengan cepat Farel menoleh, dan membuat bingkai Lukisan, yang ia pegang jatuh kelantai begitu saja, serta membuat kaca-kaca berserakan di sana.
To be Continue
Thanks for you readers💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih Dari Bintang [ Selesai ]
RomanceBertemu hanya untuk berpisah. Sebaik-baiknya cara mu berpamitan, yang namanya perpisahan tetaplah menyakitkan. Apalagi perpisahan tanpa pamit. "Tuhan jika di tanyakan permintaan ku apa." "Maka, yang ku minta adalah bertemu dengannya, yang telah kau...