Happy
ReadingKini Farel dan juga Nafisya telah keluar dari dalam panti asuhan, keduanya memutuskan untuk segera pulang.
"Ara, Abang pulang dulu ya, Ara jangan nakal ya di sini nanti Abang kapan-kapan mampir kesini lagi." Kata Farel yang kini tengah berjongkok menyetarakan tingginya dengan Ara.
"Iya, Ara nggak nakal, paling cuma suka iseng dikit." jawab Ara dengan cengiran kudanya.
Walaupun umurnya baru menginjak 4 tahun. Namun, anak ini sudah lancar sekali berbicara.
Farel yang melihat itu langsung memeluk Ara, cowok itu sangat sayang pada Ara, sejak Ara kecil sampai sekarang.
"Kamu ini ya, bisa aja dek," ucap Farel seraya terkekeh kecil.
Pelukan pun terurai, Farel bangkit dari jongkoknya, "Adek-adek yuk ikut Abang bentar, ada yang mau Abang kasi nih."
Celetuk Farel membuat anak-anak yang mendengar itu semua bersorak senang.Nafisya yang sedang berjalanan beriringan dengan Farel itu pun hanya tersenyum haru, melihat kedekatan Farel dengan anak-anak panti.
Farel membuka bagasi mobilnya yang memperlihatkan banyak sekali paper bag.
Farel dan Nafisya mulai mengambil satu persatu paper bag itu lalu memberikan pada anak panti.
Anak panti itu terlihat sangat senang setelah membuka isi dari paper bag itu.
Setelah semuanya terbagi rata, Farel menutup pintu bagasinya lalu melihat ke belakang dan tersenyum ketika melihat anak-anak panti senang dengan hadiahnya.
"Nah itu ada buku bacaan sama Al-Qur'an kecil buat kalian," ujar Farel memberitahu.
"Kalian suka nggak nih?" Tanyanya.
"Suka, makasih Bang Farel," jawab anak panti serempak.
"Sama-sama. Alhamdulillah kalau kalian suka, di baca ya buku dan kitabnya jangan cuma di simpan aja. Okey sip nggak nih?"
"Okey," jawab anak panti secara bersamaan.
Farel tersenyum melihat jawaban mereka semua.
Lalu tatapannya beralih melihat Ara, yang tampak terlihat bingung dengan isi di dalam Al-Qur'an itu.
"Ara kenapa?" tanya Farel.
"Ara bingung bang cara bacanya gimana," jawab Ara, dengan lirih.
"Ara bisa minta ajarin Bang Wildan ya, nanti kalau Abang ada waktu, Abang ajarin." Kata Farel dengan tulus.
"Iya Bang, Abang nanti jangan lupa ya mampir ke sini lagi, soalnya Ara pengen banget di ajarin baca Al-Qur'an sama Bang Farel," ujar Ara. Terlihat dari sorot matanya, yang berharap akan bertemu Farel lagi.
"Iya Ara nanti Abang mampir ke sini lagi," jawab Farel seraya tersenyum hangat.
Ara yang mendengar itu tersenyum.
"Oh ya Ra tolong ambilin kado buat Ara yang tadi," Pinta Farel pada Nafisya yang tampak sedang celingak-celinguk.
"Oh iya Rel," ucap Nafisya sedikit kaget. Lalu beranjak untuk mengambil kan kado.
Farel yang merasa aneh pada diri Nafisya itupun, cowok itu akhirnya memutuskan untuk bertanya setelah Nafisya mengambil kado itu.
"Nih kado ulang tahun buat Ara ya," ucap Nafisya seraya menyodorkan kado itu pada Ara.
"Wah makasih kak, bang." Seru Ara pada Farel dan Nafisya.
"Sama-sama," jawab keduanya sambil tersenyum.
"Ra, kamu kenapa dari tadi seperti orang gelisah gitu?" tanya Farel sedikit berbisik.
"Aku ngerasa seperti ada orang yang ngikutin kita Rel." Jawab Nafisya membuat Farel ikut merasakan aura negatif.
****"Bang ngapain berhenti di sini? mana tempatnya seram banget." Tanya Keyra pada Reza sambil bergidik ngeri melihat bangunan yang telah usang di depannya.
Reza tidak menjawab, cowok itu hanya tersenyum licik.
"Bang kok diam sih!" kesal Keyra.
Reza keluar dari mobilnya lalu membukakan pintu untuk Keyra.
"Turun Key!" titahnya.
"Nggak mau."
"Okey kalo gitu kamu nunggu di mobil aja, Abang udah kebelet." Setelah mengatakan itu Reza langsung melenggang pergi.
"Dasar Bang Reza oon, nggak bisa apa cari tempat yang bagus dikit buat ke toilet." Gerutu Keyra kesal bukan main.
****
Di sisi lain Farel yang sedang menyetir itu pun menoleh pada cewek di sampingnya ini yang sedang tertidur pulas.
Farel tersenyum, "Cantik banget sih kalau lagi tidur gini," ucapnya.
Saat matanya hendak beralih untuk melihat ke depan. Namun, pandangannya berhenti di sebuah kaca, ketika melihat suatu objek, yang mengingatkannya pada seseorang
Boneka unicorn berukuran kecil, yang terletak di belakang kursi mobil mengingat kan Farel pada adiknya itu.
Farel pun langsung mengerem mobilnya, "Astagfirullah Keyra," ucapnya. Ia sungguh melupakan adiknya itu.
Saat berfikir hendak berbalik ke panti asuhan. Sebuah pesan yang masuk membuat Farel panik dan tidak jadi berbalik arah.
Iya terus menatap layar ponselnya dengan geram, yang menampilkan pesan ini.
0874********
Adek Lo sekarang ada di tangan gue. Kalau Lo mau dia nggak kenapa-kenapa silahkan datang ke alamat yang saya sharelock tanpa membawa siapapun atau lapor polisi.
Jangan berani coba-coba atau nyawa adek Lo taruhannya, dan jangan lupa ada anak buah gue yang sedang mengawasi!Setelah membaca pesan menjengkelkan itu. Farel memutuskan untuk mengantar Nafisya pulang kerumah orang tua cewek itu, mengingat alamat yang dikirim satu arah dengan rumah kedua orang tua Nafisya.
Farel saat ini benar-benar kacau. cowok itu mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi tanpa memperdulikan sekitar.
Beberapa menit kemudian akhirnya Farel sampai di rumah Nafisya.
"Assalammualaikum." Salam Farel yang saat ini sedang menggendong Nafisya ala bridal style.
"Waalaikumussalam." Jawab wanita paruh baya itu.
"Mi, Farel titip Ayra dulu sini ya. Farel ada urusan sebentar."
Manda, yang melihat raut wajah panik dari menantunya ini. Membuat dirinya berinisiatif untuk bertanya.
"Iya nggak papa, Ayra sama mami aja dulu. Ngomong-ngomong kamu kenapa kayak panik gitu?"
"Makasih mi, nanti Farel jelasin ya mi," Setelah mengatakan itu. Farel dengan cepat melangkah menuju ke kamar.
Manda hanya melihat heran menantunya ini. Seperti ada, yang tidak beres.
Tak lama kemudian, terlihat Farel, yang sudah keluar dari kamar.
"Mi, farel pamit pergi dulu ya. Assalammualaikum." Setelah mengucapkan itu, seraya mencium punggung tangan mertuanya. Farel dengan tergesa-gesa melangkahkan kakinya menuju keluar.
"Pergi kemana?" tanya Manda. Namun, tidak terdengar oleh Farel, yang tampak begitu tergesa-gesa memasuki mobilnya.
To be continueThanks for you readers 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih Dari Bintang [ Selesai ]
RomanceBertemu hanya untuk berpisah. Sebaik-baiknya cara mu berpamitan, yang namanya perpisahan tetaplah menyakitkan. Apalagi perpisahan tanpa pamit. "Tuhan jika di tanyakan permintaan ku apa." "Maka, yang ku minta adalah bertemu dengannya, yang telah kau...