16~✨Kepribadian ganda✨

29 19 19
                                    

                          H a p p y
                        R e a d i n g

Azkar yang melihat itu pun sontak langsung menoleh ke adiknya, dengan tatapan, yang sulit untuk di artikan. Sedangkan Farel, yang di tatap ia hanya menepis tangan Azkar yang sedari tadi di gunakan untuk menarik kerah bajunya itu, Lalu ia mengambil ponselnya yang terjatuh.

Tatapan keduanya sama-sama nanar ada suatu hal yang tersirat di hati mereka. Hening hanya ada suara petir yang mendominasi.

"Itu yang lo liat Rel? iya?" tanya Azkar memecah keheningan. Sedangkan Farel hanya diam saja lain dengan batinnya yang sangat bingung atas perubahan sikap abangnya itu. Walaupun saat ini dirinya hanya bisa mengingat memori lama lewat sebuah album yang terlihat begitu indah.

"Lo berubah bang," sahut Farel seraya memaparkan jelas sebuah album di hpnya yang menunjukkan foto kebersamaannya dengan Azkar yang terlihat begitu akrab.

"Itu lo sendiri yang ngehancurin ini semua Rel!" Sarkas Azkar di iringi dengan turunnya air mata sang langit.

"Apa salah Farel bang? jawab !" kini nada suaranya mulai meninggi, di tengah derasnya hujan.

"Salah lo besar Rel!" Sentak Azkar

Farel kembali terduduk seraya mengusap wajahnya gusar.

"Farel emang gak ingat apa-apa bang, tapi Farel berusaha buat inget ini semua sendiri, hanya lewat sebuah album ini." ujar Farel, "Tapi kenapa yang Farel lihat dulu dan sekarang itu beda 180 derajat." Lanjutnya.

"Argh." Farel meringis kesakitan seraya memegang kepalanya, yang seketika berdenyut. Beriringi dengan sakit di bagian perutnya.

"Maag." Batin Azkar saat melihat adiknya itu. Dirinya sudah tahu bahwa Farel memiliki gejala maag kronis dan di saat itu kambuh, maka di situlah titik lemah seorang Azkar Amryza Pradista.

"Sakit bang." Rintih Farel, saat Azkar sudah berada di sampingnya.

"Belum makan?" tanya Azkar kini nada suaranya berubah lembut seraya mengangkat wajah adik 21 tahunnya itu yang terlihat menunduk. Dan di balas gelengan oleh Farel.

Lalu kemudian ia menyandarkan kepala Farel ke bahunya. Ini bukan pertama kalinya seorang Azkar bersikap seperti itu. Sehingga kejadian beberapa bulan yang lalu, membuat dirinya memiliki kepribadian ganda.

"Tunggu bentar!" titah Azkar lalu berlari meninggalkan Farel sendirian di situ.

"Farel yakin Bang Azkar itu baik," ujar Farel dengan kondisi menahan sakit di bagian perutnya. Seraya menatap punggung Azkar, yang mulai menjauh.

Tak lama kemudian datanglah seorang Azkar, dengan membawa sebotol air mineral dan nasi yang di sertai lauk pauk serta obat-obatan.

"Makan ya baru minum obat!" titah Azkar seraya menyodorkan sebuah makanan.
"Mau abang suapin ehm..?" tanya Azkar yang langsung di balas gelengan kepala.

Setelah selesai, terdengar suara adzan maghrib berkumandang. "Bang nggak shalat?" tanya Farel.

"Ntar aja bisa kan?" tanya Azkar.

"Shalat itu nggak boleh di tunda." Celoteh Farel.

"Nasib dah kena siraman kalbu sama anak santri." Dengus Azkar.

"Emang Farel pernah di pesantren ya bang?" tanya Farel seraya berjalan beriringan, menuju masjid, yang letaknya tidak jauh dari gedung itu.

"Iya," sahut Azkar dan di balas oh aja oleh Farel. Biarlah ingatan itu pulih dengan sendirinya tanpa harus memaksa, bisa-bisa nyiksa diri sendiri.

Farel sangat merasa mempunyai sosok papa jika bersama Azkar. Walaupun ia tahu ini semua hanya sementara sampai menemukan titik pemecah masalah itu yang membuat Azkar mempunyai kepribadian ganda. Menurut Farel sebesar apapun masalah hubungan kakak adik itu tidak akan pernah bisa terpisahkan.

****

"NAFISYA! KEVIN!" pekik Manda ketika melihat anaknya itu tidur tidak tahu waktu. Dengan keadaan Nafisya tidur di lengannya kevin serta tak lupa dengan jajanan yang berserakan di sekitarnya. Jajan yang ia beli menggunakan uang Kevin sebagai pengganti satu cemilan yang sempat di rampas abangnya itu. Sedangkan Kevin menampilkan dompet kosongnya yang terletak di wajah adiknya itu.

Sontak yang di panggil pun langsung mengerjapkan mata, terbangun dari tidurnya.

"Kenapa mi?" tanya Nafisya, dengan masih menguap.

"Mau kasi uang mi?" tanya satu anaknya lagi Kevin yang hanya terpaut umur 3 tahun dengan adiknya.

"Iya mau kasi uang," sahut Manda super duper lembut seraya memegang sapu lidi sebagai senjata paling ampuh untuk kedua anaknya ini.

Mendengar kata uang sontak mata kedua kakak adik itu membulat sempurna. Dan di saat itulah sorot matanya menangkap sapu lidi, yang telah di pegang sang mami.

"Jam berapa dek?" tanya kevin.

"Jam 6 bang," sahut Nafisya seraya melirik jam tangannya.

Sedetik setelah itu keduanya langsung berlari terbirit-birit ke arah kamar mandi yang terletak di dalam kamar Kevin guna untuk mengambil air wudhu.

Manda yang melihat itu hanya menghembuskan nafasnya gusar.
"Astagfirullah." Ucapnya seraya menghelus dadanya.

To Be Continue

Thanks for you readers💙

Lebih Dari Bintang  [ Selesai  ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang