H a p p y
R e a d i n g"Pi," panggil Nafisya setelah menutup gagang pintu ruangan papinya.
Papinya yang tampak sedang sibuk dengan berkas laporan pasien, itu pun mendongak, "Fisya sini nak." Ajaknya.
Nafisya gadis itu pun berjalan mendekati kursi yang sedang papinya duduki.
"Pi ni mami buatin bekal buat papi." Ucapnya seraya menyodorkan sebuah bekal. Manda maminya memang sering membawakan bekal buat suaminya.
"Iya nak taruh aja di situ." titahnya seraya menunjuk arah nakas yang tidak jauh darinya.
Nafisya pun menurut lalu di letakkannya bekal itu di atas nakas.
"Pi Fisya pamit pulang dulu ya." Pamitnya setelah melihat papinya cukup sibuk.
"Iya Fisya hati-hati ya." Kata Warto mendongakkan kepalanya sebentar, lalu melihat-lihat berkas itu lagi.
Nafisya pun melangkahkan kakinya, untuk keluar ruangan, dan berniat untuk ke parkiran mobilnya.
Namun saat gadis itu sedang berjalan melewati koridor rumah sakit, ia melihat objek yang sangat familiar.
"Raka." Gumamnya, lalu melihat gadis yang tengah mendorong kursi roda yang Raka duduki, "Geisya." Ucapnya lagi.
Geisya gadis yang berprofesi sebagai dokter muda itu, tampak ingin memasuki suatu ruang rawat.
Nafisya yang kepoh pun, akhirnya memutuskan untuk mengikuti mereka
Setelah sampai di depan pintu yang sedikit terbuka itu langkahnya tiba-tiba berhenti ketika mendengar suatu pembicaraan antar mereka.
"Kak gue liat Lo tu murung mulu, sejak putus sama si Nafisya," celetuk Geisya gadis itu sedang berdiri di hadapan Raka, yang masih duduk di kursi rodanya.
"Yah mau gimana lagi Sya, gue kan belum bisa move on dari dia, gue masih cinta sama dia, tapi gue nggak boleh egois, gue sadar cowok penyakitan kayak gue nggak akan bisa bahagiain dia yang ada malah membuatnya makin menderita." Jawabnya panjang kali lebar.
Nafisya yang tak tahan, langsung melangkahkan kakinya untuk masuk ke ruang rawat Raka.
"Raka," lirihnya, gadis yang sedang memakai outfit kaos putih yang di lapisi jaket kulit hitam miliknya di padukan dengan celana jins hitam miliknya, menambahkan kesan keren pada diri cewek itu.
Sontak orang yang di dalam, langsung terkejut dengan kehadiran Nafisya, yang kini berada tepat di depan Raka.
"Kenapa harus bohong Ka?" tanyanya memelan ia tak habis pikir dengan semua ini.
"Jawab Ka!" sentaknya setelah tak mendapatkan jawaban dari cowok itu.
"Karna gue nggak mau Lo menderita hidup sama gue yang penyakitan ini Sya." Jawab Raka dengan menatap sendu gadis di depannya ini.
Gadis itu ketawa getir, "Apa artinya hubungan selama ini Ka?" tanyanya lagi.
Nafisya menggelengkan kepalanya, "Nggak ada artinya sama sekali Ka!"
"Lo takut gue menderita hidup sama Lo?" tanyanya Raka hanya diam mendengarkan gadis itu berceloteh.
"Lo salah Ka! Karna sejatinya pasangan itu harus tetap bersama-sama dalam suka maupun duka." Katanya.
Terdengar helaan nafas berat gadis itu, "Tapi pikiran Lo itu salah Ka!" ucapnya.
Geisya yang tengah memperhatikan keduanya tanpa ada rasa untuk ikut campur, namun setelah sorot matanya melihat seseorang di depan pintu ruangan, ia pun berniat untuk memanas-manasi orang itu.
Seyuman licik pun ia terbitkan, "Gimana kalau kalian balikan aja." Usulnya tanpa beban.
"Nggak!" jawab Nafisya dan Raka bersamaan.
Raka tahu ini adalah keputusan yang tepat baginya, lagi pula ia pun tahu bahwa Nafisya telah bertunangan dengan seseorang, ia tidak mau merusak semua itu.
Geisya berdehem pelan, "Cie...jawab aja barengan gitu, nah tandanya kalian jodoh." Ucap Geisya dengan muka tanpa dosanya sesekali ia melirik Farel yang tengah menatap tanpa ekspresi pada Nafisya.
Nafisya menoleh pada Geisya menatapnya sengit, "Lo ngomong sekali lagi mulut lo gue tabok." Ucapnya tak main-main, suasana hati gadis itu benar-benar sedang kacau.
Geisya hanya tersenyum mengejek.
Nafisya yang tak sengaja melihat sosok pria tegap yang sedang berdiri tepat di depan pintu ruangan itu pun, sontak matanya langsung membulat lebar dan dengan cepat ia berbalik arah melihat cowok itu.
Mata mereka bertemu pandang, dengan Farel yang melihat Nafisya dengan tatapan yang sama yaitu tatapan kosong.
Sedangkan Nafisya gadis itu tampak gelisah, pikirannya bergelut dengan berbagai ke negatifan.
To be continue
Thanks for you readers 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih Dari Bintang [ Selesai ]
RomanceBertemu hanya untuk berpisah. Sebaik-baiknya cara mu berpamitan, yang namanya perpisahan tetaplah menyakitkan. Apalagi perpisahan tanpa pamit. "Tuhan jika di tanyakan permintaan ku apa." "Maka, yang ku minta adalah bertemu dengannya, yang telah kau...