5~✨kembali ke Asal✨

57 37 62
                                    

Farel, yang sedang memegang topeng aneh Sembari senyum-senyum sendiri.

"Lo kesambet Rel?"

Farel menoleh dengan malas melihat sahabatnya itu. yang telah berhasil membuat dirinya, di ceramahi nenek Rasti sedari tadi.

Reza melihat Farel yang berdecak kesal, malah membuat Reza tersenyum simpul.

"Ni cewek nyebelin tapi ngangenin." Batin Farel yang sedang  mengamati topeng yang di tanganya, tanpa sadar ia sedari tadi tersenyum.
Ya, itu topeng Nafisya yang tertinggal di atas nakas samping brankar.

"Astagfirullah," gumamnya seraya menggelengkan kepalanya, lalu bersilih menatap bintang yang paling indah. "Farel izin ya ma.. untuk berikan separuh hati ini ke wanita yang Farel cinta nantinya setelah mama," lirih Farel dalam hati.

"Za," panggil Farel, seraya menoleh ke Reza yang sedang asik chattan sama seseorang.

"Iya." Reza menjawab tanpa menoleh.

"Bantuin gue ngembaliin ingatan gue Za."

Reza yang mendengar itu, dengan cepat ia menoleh pada Farel, lalu tersenyum simpul.

"Lo yakin Rel, mau ngembaliin ingatan itu?"

"Ya yakin lah, kenapa? Lo kok seperti nggak suka gitu, kalau ingatan gue kembali." Ucap Farel, yang peka, atas arah pembicaraan itu.

"Bukannya nggak suka sih, cuma takutnya Lo nggak kuat."

Farel semakin di buat heran olehnya, "Nggak kuat? Maksudnya?"

"Iya nggak kuat, masa lalu Lo kelam Rel."

"Kelam? Coba ngomong jangan setengah-setengah." Decak Farel, yang berhasil di buat kesal.

"Udah deh Rel, gue ngantuk mau tidur." Ucap Reza mengalih topik, kakinya berjalan keluar kamar.

"Nggak jelas." Umpat Farel.

                           

Pagi yang cerah, terlihat dua mobil yang cukup besar keluar gerbang dari rumah minimalis milik Nafisya dan keluarga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi yang cerah, terlihat dua mobil yang cukup besar keluar gerbang dari rumah minimalis milik Nafisya dan keluarga.

"Moly mau sosis?"

"Pasti Moly senang kan kita pindah?"
"Seneng lah masa nggak sih." lanjutnya seraya tertawa kecil.

Nafisya yang duduk di samping abangnya, yang sedang mengemudi.
Tidak berhenti mendumel, ada aja yang di omongnya sama si kucing Moly yang ada di pangkuan.
Untung kevin memakai headphon kalo tidak, sudah di pastikan mulut adiknya udah ia isolasi.

Nafisya dan abangnya hanya berdua, sedangkan papi dan maminya di mobil yang lain.

Beberapa jam kemudian...
Nafisya dan keluarga sudah sampai di depan gerbang rumah bertingkat dua, yang ia pernah huni sejak kecil sampai SMA. Sebelum akhirnya harus pindah ke Bandung sampai ia selesai kuliah.

                            

                            

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nek Farel pamit ya." Pamit Farel lembut seraya menyalami neneknya itu.

Farel, ia juga hanya berlibur ke Bandung selama 1 bulan. Bukan berlibur tapi lebih tepatnya sebagai tempat pelarian.

"Iya kamu baik-baik di sana ya Rel." sahut Nek Rasti.

"Iya, nenek tenang aja."

"Za jangan biarkan dia balapan lagi!" titah Nek Rasti menatap Reza lalu berganti menatap cucunya itu tajam.

"Ashiapp nek." Sahut Reza mantap dengan tangan hormatnya.
Sedangkan Farel hanya memutar bola mata malas liat sahabatnya itu yang selalu mengekorinya.

"Reza nanti kita atur, setelah nenek sampai di Jakarta!" ujar Nek Rasti atas rencana yang ia lakukan bersama Reza tanpa sepengetahuan Farel.

Nek Rasti akan menyusul beberapa hari lagi setelah urusannya di sini selesai.

                       To Be Continue

Thanks for you readers💙

Lebih Dari Bintang  [ Selesai  ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang