[ 39 ] Anugerah yang Ingin Kembali Pulang

2.3K 422 49
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan comment yaa, supaya aku makin semangat nulis!! Hehe.








Fiuh ...




Udah siap, kan?














-


Terang, sangat terang. Cahaya itu terlalu terang. Spontan, Lionel mengangkat tangan, melindungi matanya dari cahaya yang membutakan.

Sampai akhirnya, mata Lionel mulai terbiasa dengan cahaya itu. Kelopak matanya mengerjap-ngerjap. Dibingkai oleh bulu mata, Lionel dapat melihat hamparan laut terbentang, berakhir di horison. Ia sendiri berdiri di atas pasir putih. Butiran-butiran pasir yang kasar menimbulkan sensasi gatal di sela-sela jemari kakinya. Hamparan ombak menggulung-gulung ke arah pesisir pantai, menghasilkan suara deburan yang muncul secara ritmis. Ketika mulutnya terbuka sedikit, Lionel dapat mencecap asin yang dibawa angin dari laut.

Semua indra Lionel berfungsi.

Dan itu adalah hal yang aneh, karena bukankah seharusnya ia mati?

Bahkan kalau ia selamat dari ajal yang dijemputnya sendiri, kemungkinan besar ia akan terbangun di ranjang rumah sakit, dikelilingi alat pendukung kehidupan dengan kabel-kabelnya yang melintang rumit.

Bukan di tempat ini. Tempat yang sejujurnya, tidak asing untuk Lionel. Tapi, lelaki itu belum bisa mengingat nama yang tepat. Otaknya buntu. Tidak ada apapun yang bisa dikorek di sana. Ia tidak bisa meraba-raba masa lalu, pun mengira-ngira tentang masa depan. Seakan-akan seluruh kesadarannya terpaku pada tempat ini, dan hanya tempat ini.

Tuk.

Sebuah sentuhan lembut Lionel rasakan pada ujung kaki kirinya. Saat menundukkan kepala, Lionel melihat sesosok anak lelaki, berumur tidak lebih dari lima tahun, berlari mengejar bola sepak mini yang bergulir ke kaki Lionel, lalu memental kembali beberapa jengkal ke depan. Tungkai balita itu masih sangat pendek, gerakan larinya menjadi lucu. Kedua tangannya terulur meraih bola, tapi terlepas lagi. Balita kecil memberengut, keningnya berkerut, Lionel yakin detik berikutnya makhluk itu akan menangis. Tetapi, sebuah tangan besar nan kokoh meraih tubuh balita itu lebih dulu.

A Mismatch So Perfect [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang