-warning: description of sexual assault-
-
Sebelum kelulusan, Aldi dan pengurus angkatan berencana mengadakan serangkaian kegiatan perpisahan untuk pihak sekolah dan adik-adik kelas. Awalnya, mereka mengira orang-orang yang mau terlibat hanya dari kalangan pengurus angkatan dan beberapa panitia yearbook. Nyatanya, lebih dari setengah siswa angkatan Adara tertarik mengambil bagian. Salah satu rangkian program itu akan dilaksanakan esok. Alumni yang cukup terkenal diundang untuk memberikan talk show mengenai kehidupan perkuliahan.
"Anak angkatan kita tahu diri banget, ya. Selama tiga tahun di Garba adaaa aja kelakuannya. Pantes pingin baik-baikin sekolah sebelum lulus, biar kita diingetnya bagusan dikit," komentar Tania iseng sembari memasukkan batangan cokelat ke dalam kantung kertas.
Adara menerima kantung kertas dari Tania. Kini, gilirannya memasukkan sekotak permen gula dan secarik kertas berisi kalimat-kalimat penyemangat. Di samping Adara ada Riska yang akan mengikat ujung kantung dengan pita. Mereka melakukan estafet seperti ini sejak sekolah usai, dan sekarang hari sudah malam. Paket-paket makanan ringan ini harus siap untuk diberikan ke peserta talk show yang berasal dari kelas 10 dan 11 besok.
"Angkatan kita berprestasi juga, kok. Jadi, imbang lah, ya," respons Adara sambil terkekeh.
"Wah, iya, dong, berprestasi banget angkatan kita. Siapa sangka pas kelas 12 ada nih, seseorang yang tiba-tiba juara nuliiiiiis mulu! Bikin artikel, lah, esai, lah, cerpen, lah!" Riska mendorong lengan Adara dengan sikunya. Yang digoda hanya tersenyum sambil mengelak malu-malu.
"Guys! Makan malem dulu, gih!" Suara seorang gadis menghentikan aktivitas ketiga orang itu. Imel sedang berdiri di ambang pintu, jemari telunjuknya mengetuk-ngetuk jam yang melingkar di pergelangan tangan.
"Oke. Di kelas 12-5 kan konsumsinya?" tanya Tania.
"Yap! Gak pake lama, ya! Kata Aldi kita harus makan bareng," tambah Imel sambil melambaikan tangan, lalu berlalu ke koridor. Sepertinya, ia akan mengabari kelas sebelah yang sedang melakukan proyek lain.
"Eh, Imel tuh, keren, ya," gumam Adara sembari membereskan meja tempatnya bekerja. "Gue nggak pernah ngelihat dia down sama sekali semenjak ... kabar itu."
Tania mengangguk-anggukkan kepala. "Iya, emang super keren. Nih, ya, sepengamatan gue, dia tough banget, bisa terang-terangan bilang Prabu brengsek—yang gue sangat setuju soal ini, by the way—di hadapan semua orang, tapi dianya sambil main hape atau ngemil jajan! Pas ditanya Prabu ke mana, dia bilang udah diproses hukum dan dikeluarin dari sekolah! Gilaaa what a badass!"
"Tapi, dengan pembawaan dia kayak gitu, banyak omongan nggak enak, tahu. Katanya Imel yang ngejebak Prabu, soalnya nggak mungkin kalau beneran korban bisa sesantai ini," ujar Riska muram.
Adara menggeleng tidak percaya. "Gila orang-orang. Korban nunjukin semangat hidup, di-judge. Kalau Imel kelihatan," Adara membuat tanda kutip dengan kedua tangan, "lemah, pasti di-judge juga. Lagian kita nggak tahu keadaan mental dia dibalik dia yang ceria kayak sekarang."
"Guuuyyyyss!!" pekikan bernada tinggi menjadi pertanda untuk Adara, Tania, dan Riska menyudahi percakapan mereka. Imel telah menunggu di depan kelas. Saat mereka menuju kelas 12-5, Imel tiba-tiba memperlambat langkahnya hingga bisa sejajar dengan Adara.
![](https://img.wattpad.com/cover/244749200-288-k422923.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Mismatch So Perfect [COMPLETED]
Teen FictionAdara dan Lionel ibarat kutub utara dan selatan. Mereka begitu berbeda, selayaknya dua keping puzzle yang tidak akan pernah cocok menyatu. Seharusnya, Lionel tetap menjadi lelaki tampan dan populer dengan dunia tak terjamah oleh Adara. Semestinya, A...