[ 13 ] The Past Remains

3.4K 537 80
                                    

“Beneran gue nggak apa-apa gabung?” Cindy melempar pertanyaan ke teman-teman Lionel yang sedang sibuk mengangkut barang bawaan mereka ke dua mobil sewaan.

Dimbo melongokkan kepala dari bagasi. “Gue sih, nggak apa-apa. Yang lain juga pasti sans. Prabu juga bawa cewek, noh. Lo bisa sekamar sama Imel ntar.” Sesuatu membuat Dimbo berhenti berkata-kata. Seringai usil muncul di bibirnya. “Kecuali kalau lo udah punya plan lain sama Lionel,” ucap Dimbo sambil melirik Lionel penuh arti.

Lionel hanya tertawa kecil sembari merapikan tumpukan koper mini mereka untuk terakhir kalinya.

“Lo tenang aja, kita kan udah nyiapin pengaman.” Dimbo mengecilkan suara sembari mengedipkan sebelah mata.

“Bacot,” sahut Lionel. Sejujurnya, Lionel sendiri tidak memahami keputusannya mengajak Cindy menginap ke villa mereka. Boleh jadi, ajakan itu hanya berlandaskan letupan testosteron semata.

Pada akhirnya, Lionel menyadari betapa berengsek dirinya jika ia memperlakukan Cindy sebatas perempuan pemanis suasana. Maka, sepanjang perjalanan, Lionel mencoba memulai percakapan dengan gadis itu.

“Jadi, lo sepupunya Stefanie tapi nggak deket-deket banget?”

Cindy mengangguk. “Yaa, gitu, deh.”

Lionel mencoba memasang wajah antusias meskipun respons Cindy sungguh membosankan. Lionel berkali-kali memancing gadis itu bercerita lebih banyak tentang dirinya, sebab fakta bahwa gadis secantik dan semenarik Cindy tidak aktif di sosial media dan hanya memiliki dua foto di akun Instagram-nya benar-benar membuat Lionel keheranan. Namun, Cindy selalu hanya menjawab dengan satu dua patah kata tanpa bercerita lebih lanjut. Sekali Cindy balas bertanya, pertanyaan itu berhubungan dengan keluarga Lionel.

Kalau sudah begini, Lionel rindu dapat berbicara panjang lebar dengan seseorang tanpa harus mengungkit masa lalu masing-masing. Satu nama kontan menghampiri benak Lionel. Seorang gadis yang ketika bersamanya, topik demi topik pembicaraan terus bermunculan begitu deras. Adara lagi ngapain, ya? Apa nanti malem ngerayain tahun baru sama anak-anak panti?

Lamunan Lionel terusik oleh seruan heboh Dimbo yang memegang setir. “Wohooo, villanya Bang Rheza emang nggak main-main!”

Mata seluruh penumpang mobil terpaku pada gerbang besar berbahan kayu yang membuka otomatis untuk mobil mereka lewati. Mobil yang disupiri Daniel membuntuti di belakang. Sebuah villa tiga lantai dengan arsitektur modern bercampur tropis terpampang di hadapan.

“Anjir, kaca semua. Takut gue, biasanya syuting film thriller yang pembunuhnya psikopat pake topeng tuh, di tempat kayak begini,” komentar Agra.

Lionel menepuk kepala Agra, menyebabkan lelaki itu mengaduh.

Sesampainya di dalam villa, mereka semua berpencar untuk memilih kamar masing-masing. Lionel menyeret Agra untuk menempati kamar di samping gym. “Biar lo bisa ketularan gue rajin nge-gym, Gra. Elo mau badan kotak-kotak, tapi kagak rajin work out. Kapan terwujudnya?” Lionel memanas-manasi.

“Keinginan gue punya badan kotak-kotak itu musiman, Yo. Lo aja yang aneh, pake ngejaga makan segala biar badan bagus. Emang kenapa, sih? Lo jaga bentuk badan karena selama ini jadi simpanan tante-tante, ya?” Agra berceletuk santai sambil merebahkan diri ke kasur.

A Mismatch So Perfect [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang