[ 15 ] First Time, Second Time, Nth Time

3.4K 438 66
                                    

Terang itu terasa asing bagi Cindy. Matanya yang sempat membuka, kembali memicing lagi. Ia membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan cahaya matahari yang menembus jendela. Sejak semalam, tirai jendela di kamar ini memang tidak dimanfaatkan sesuai fungsinya.

Saat akan bergerak, Cindy menyadari ada sebuah lengan kekar yang melingkupi pinggangnya. Juga suara dengkuran pelan dan embusan napas halus di tengkuknya.

"Last night ... really happened," gumam Cindy. Diangkatnya perlahan lengan Lionel, supaya Cindy bisa membalik tubuh untuk menatap wajah lelaki itu. Cindy tersenyum kecil. Lihatlah bagaimana Lionel seperti anak anjing yang penurut, benar-benar jinak dan mau melakukan apapun yang ia minta.

"Lo ... sama begonya kayak Melisa, ya?" ujar Cindy begitu lirih, hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri. Tangan kiri Cindy menggerayangi nakas di samping sisi kasur yang ia tempati. Ketika jarinya menemukan benda elektronik itu, ia tersenyum makin lebar.

Cindy merekatkan tubuh polosnya ke tubuh Lionel yang sama-sama tidak ditutupi secarik kain apapun. Tangan kirinya mengacung sambil menggenggam ponsel. Cindy puas melihat hasil selfie yang baru saja ia ambil. Foto itu mengabadikan cukup bagian tubuh mereka berdua untuk mempertegas kepada siapa saja yang melihat, apa yang sudah mereka lakukan semalam.

"Lionel! Woy, ah! Kesel gue. Ada gitu, yang nggak ngabarin gue sama yang lainnya, main pergi gitu aj--"

Cindy terkesiap mendengar suara teriakan, langkah kaki, serta pintu kamar yang dibuka dari luar. Buru-buru ia melempar ponsel kembali ke atas nakas, lalu memejam tepat saat Lionel membuka mata.

"Fuck." Agra berdiri di ambang pintu kamar, melipat kedua tangannya di dada dan menggeleng dramatis. Tidak perlu penjelasan apapun, ia sudah bisa menyimpulkan dari pemandangan di hadapannya.

Lionel telah bangkit dari tidurnya dengan rambut berantakan dan pikiran masih linglung. Selimut yang melingkupi dirinya hanya menutupi sampai pinggang. "Lo ... mending keluar dulu, deh, Gra. Kalau udah bisa masuk kamar, gue kabarin," ujar Lionel setelah berdeham menghilangkan suara serak khas pagi hari.

Agra melengos. Tangannya sudah bersiap menutup pintu kamar kembali, tetapi matanya menangkap sesuatu yang sangat mengganggu. "You know what? Gue mau pindah kamar aja. Tapi tetep, gue saranin lo ganti sprei dan ... jangan sampai kondom bekas berceceran di lantai, njir."

Rona merah merambati pipi Lionel. Bahkan setelah suara bedebam pintu terdengar, Lionel masih diam membeku. Ia sudah merasakan pergerakan gadis di sebelahnya, tapi perasaan malu, aneh, bercampur bahagia membuatnya kebingungan sendiri.

Lionel berjengit saat tangan dingin menyentuh kulitnya. Tangan itu lanjut memijit pundak, kemudian turun ke lengan. Tidak berhenti sampai di sana, Lionel merasakan bagian tubuh kenyal milik Cindy bersandar di punggungnya.

"Last night, you did it. You beat your fears," bisik Cindy tepat di telinga Lionel.

Lionel memberanikan diri menoleh ke samping kiri. Wajah Cindy yang sedang tersenyum berjarak hanya setengah jengkal dari wajahnya. Lionel sempat terpukau untuk beberapa detik. Penampilan seseorang saat bangun tidur seharusnya berantakan, tapi rambut Cindy tetap terjatuh halus, bibirnya masih berwarna merah muda segar, dan mata cokelatnya bersinar cerah.


Otak Lionel memutar kilasan memori semalam, ketika wajah gadis itu menampakkan ekspresi menakjubkan dan suara-suara yang sangat indah di telinganya.

Lionel memutar tubuhnya, lalu menarik Cindy ke dalam pelukan. Kini, dada keduanya saling berimpitan tanpa pembatas apapun. Lionel menyatukan kening mereka dan menatap mata Cindy dalam-dalam.

A Mismatch So Perfect [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang