[ 22 ] Seseorang yang (Tak Lagi) Disayang 🔞

3.4K 416 112
                                    

⚠️explicit sex scene⚠️

Malam hari, Adara menyempatkan diri untuk menengok hasil kerjanya selama lima bulan terakhir; sebuah sweater berwarna biru tua. Jemarinya menyusuri untai demi untai benang yang telah terajut membentuk kain yang dapat memberikan kehangatan. Ia mengernyit ketika menemukan kaitan benang yang tidak terlalu rapi.

"Ah, tapi udah nggak bisa diapa-apain lagi ..." desah Adara putus asa. "Tapi nggak apa-apa deh, paling juga Lionel nggak akan sadar."

Menyebut nama itu membuat pipi Adara memerah secara tiba-tiba. Ingatan tentang mereka yang menghabiskan sore berdua di halaman sebuah kafe menyergap, membuat Adara kembali merasakan kupu-kupu berterbangan di perutnya. Ia jadi takut menutup mata, sebab pasti yang akan terbayang di kepalanya adalah momen-momen manis itu.

"Adara bego," dengus Adara sambil mencubit-cubit pipinya sendiri. Baru saja ia membiarkan dirinya tersenyum-senyum bodoh seperti orang yang sedang dimabuk cinta.

Tunggu.

Mungkin, ia memang sedang dimabuk cinta.

Ada sebagian hati Adara yang ingin ini terus berlanjut, karena belum pernah Adara disukai sedalam ini oleh seorang laki-laki. Bagian hati yang sama memaksa Adara menutup telinga dari peringatan orang-orang terdekatnya, terutama Yasmina. Bukankah Lionel sudah berjanji akan berubah? Mengapa ia harus menghakimi seseorang karena masa lalunya? Bagian hati ini semakin berisik setiap saat. Dulu, Adara berencana menyerahkan hasil rajutannya sebagai hadiah ulang tahun Lionel tanggal 27 Februari, sekaligus pertanda perasaannya sudah tersampaikan dan harus berhenti. Kini, memberikan sweater ini malah terasa sebagai balasan atas rasa suka yang telah Lionel katakan padanya secara terang-terangan.

Menyerah dengan perang batinnya yang tak kunjung usai, Adara mengecek ponsel untuk terakhir kali sebelum pergi menjemput alam mimpi. Tidak ada pesan dari Lionel. Terakhir kali lelaki itu mengabari pukul 20.50.

Adara tersenyum. Mungkin benar Lionel sudah terlelap. Ia pun segera menyusul. Malam itu, Adara tidur nyenyak. Ia berharap ketika membuka mata, Lionel mengirimkan kabar bahwa tantangan hari pertama berhasil ia taklukan. Sungguh, Lionel pasti akan berbangga diri dan berbahagia, lalu kebanggaan dan kebahagiaan itu akan menulari Adara, bagai kehangatan yang memeluknya untuk waktu yang panjang.

-


Adara berjalan kaki kembali ke rumah setelah menunaikan sholat Subuh di masjid yang hanya berjarak lima ratus meter dari Panti Semarak Cita. Ibunya masih berada di sana, mengurus pengajian awal bulan yang rutin diadakan. Ada ustaz kondang yang diundang dan bazaar yang diisi oleh dagangan ibu-ibu sekitar. Acara akan ditutup dengan sarapan pagi bersama. Berhubung Adara baru saja membuat pin rajut sejumlah lima puluh buah untuk dijual di bazaar tersebut, ibunya menyuruh Adara beristirahat di rumah saja. Perintah yang akan Adara tolak di hari biasa, tapi Adara sambut dengan semangat hari ini. Ia belum sempat mengecek ponsel sejak terbangun.

Adara duduk di sofa ruang tamu sambil meluruskan kaki. Saat membuka aplikasi Line, Adara melihat grup angkatan ramai sekali.

"Tumben banget, pagi-pagi udah rame." Kebingungan Adara tidak berhenti sampai di sana. Saat membuka grup, ada banyak sekali pesan yang batal dikirim. Pesan masih terus bertambah, kebanyakan dari Galih, ketua kelas 11-8, dan Aldi, kapten basket tahun ini sekaligus ketua angkatan mereka.

Aldiansyah Muhammad
Gue jujur kecewa bgt ada oknum-oknum nggak bertanggung jawab yang bikin suasana grup jadi nggak kondusif.

Tirtayasa Galih
Setuju. Ini grup angkata woy, inget

Aldiansyah Muhammad
Iya terutama karena ini grup angkatan. Tapi jujur, mau di grup mana pun yg tadi dilakuin low move bgt. Nggak berkelas.

A Mismatch So Perfect [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang