S2. 4. Bertemu Johan

3.3K 268 2
                                    

Cerita ini hasil pemikiran nyata penulis sendiri.  Maaf jika ada nama, tempat, latar dll.

Selamat membaca ini dan selamat menikmati cerita ini. Semoga kalian suka dengan cerita ini.
Terima kasih.

Follow IG: syhnbahy__

•••

Alana yang hampir selesai dengan kegiatannya, mulai mengibas-ngibaskan tanganmu hingga bersih.

Sementara itu, pria yang ada di belakang Alana terus saja memperhatikan Alana yang masih tak sadar.

"Ngapain kamu?" tanya pria itu pelan.

Alana yang mendengar pertanyaan itu segera membalikkan badannya ke belakang.

"Aaa!" teriak Alana kencang saat menyadari bahwa di belakangnya sedang berdiri seorang pria paruh baya dengan raut wajah yang sulit diartikan.

Cepat-cepat Alana bangkit dari posisinya dan mensejajarkan tubuhnya dengan pria yang ada di hadapannya.

"Kamu siapa? Ngapain di sini?" tanya pria itu sekali lagi.

Alana tak langsung menjawab, wanita itu malah memindai pria di hadapannya dengan seksama.

"Lah, Om sendiri siapa?" tanya Alana balik.

Merasa tak dihargai, pria di hadapan Alana itu memberikan tatapan tajam pada Alana. Matanya melotot ke arah Alana, napasnya juga memburu dengan cepat.

"Saya Johan yang punya rumah ini!? Kamu siapa?! Berani-beraninya bertanya seperti itu pada saya!" bentak Johan dengan amarah yang menggebu.

"Hah?! Yang punya rumah?!" kaget Alana dengan suara yang tak kalah nyaring.

Wanita itu menatap Johan dari ujung rambut, hingga ujung kaki. Mulutnya yang tadi sempat terbuka lebar, kini kembali tertutup dengan perlahan.

'Jadi selama ini, Mas Daniel tinggalnya numpang?' batin Alana bertanya-tanya.

"Heh! Ngapain kamu diem aja? Kamu ini siapa?" tanya Johan sekali lagi dengan amarah yang masih sama.

"Sa–saya Alana, Om," jawab Alana terbata.

"Alana?" gumam Johan pelan. "Sedang apa kamu di sini? Mau mencuri, ya?" tuduh Johan cepat.

Alana yang mendengar tuduhan dari Johan, seketika membelalakkan matanya.

"Enggak, kok! Saya bukan pencuri!" sanggah Alana tegas.

"Kalau bukan pencuri terus apa?! Penyusup?" tuduh Johan sekali lagi.

Matanya masih menatap Alana dengan tajam. Sesekali pria paruh baya itu memindai Alana dari ujung rambut hingga ujung kaki.

"Saya bukan seperti yang Om tuduhkan. Saya orang baik-baik, kok. Emang muka saya, muka preman," balas Alana yang tak menerima tuduhan tersebut.

Johan yang tak percaya, memandang Alana sekali lagi. Namun kali ini tidak dengan tatapan tajamnya, melainkan dengan tatapan yang meremehkan. Dahinya juga berkerut, pertanda bahwa pria ini masih bingung dengan status Alana sekarang.

'Bukan pencuri, bukan penyusup, terus dia siapa? Mukanya juga bukan muka-muka kriminal,' batin Johan bingung.

Johan berdiri memandang Alana dengan sebelah tangan yang mengelus dagu, sedangkan yang satunya lagi ia gunakan untuk menopang tangannya yang lain.

'Apa jangan-jangan dia tukang kebun baru? Bisa saja, 'kan? Dari tadi juga kerjanya juga cuman nanam sama nyiram bunga doang.' Kembali Johan berpikir dalam hati.

Direktur Duda Tampan [End ✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang