22. Saya Mau Curhat

3.3K 251 0
                                    

Cerita ini hasil pemikiran nyata penulis sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Cerita ini hasil pemikiran nyata penulis sendiri.  Maaf jika ada nama, tempat, latar dll.

Selamat membaca ini dan selamat menikmati cerita ini. Semoga kalian suka dengan cerita ini.
Terima kasih.

Follow IG: syhnbahy__

•••

Pagi-pagi sekali Alana terbangun dari tidur lelapnya karena mendengar suara bising yang berasal dari dapur. Gadis itu benar-benar terganggu dengan suara bising yang tiba-tiba itu.

"Ya Allah, punya anak gadis, tapi kerjaannya tidur mulu," keluh suara itu.

Sambil diselingi dengan suara perabotan rumah tangga yang berbenturan, pemilik suara itu masih saja mengoceh tak jelas.

"Buat dosa apa gua pas muda, ya Allah? Punya anak, kok gini amat," keluh suara itu lagi.

Alana yang masih berada di kamar, bisa merasakan aura negatif dari suara itu. Benar saja, seusai mengumpulkan nyawanya, Alana terperanjat kaget saat mendengar suara panci yang beradu dengan lantai.

"Aaa!" jerit Alana yang masih berada di kamar.

Buru-buru Alana berlari keluar dari kamarnya usai mendengar suara bising itu. Saat berlari ke luar, Alana langsung menuju dapur tempat suara itu dihasilkan.

"Eh, si Tuan Putri udah bangun? Gimana kabarnya?" tanya Bu Mayang yang mengetahui kehadiran Alana di dapur.

"Paan, sih, Bu? Itu panci juga ngapain dibanting ke lantai?" omel Alana, lalu berjalan untuk duduk di kursi makan.

"Terserah Ibu, dong. Ini, kan rumah Ibu," balas wanita paruh baya itu kesal. "Kamu juga ngapain duduk di situ? Nggak lihat itu piring kotor lagi numpuk? Atau kamu yang Ibu mandiin, hah?" tunjuknya pada tumpukan piring kotor yang berada di wastafel.

"Ini masih pagi banget, Bu buat bantingin panci ke lantai. Itu juga piring kotor doyan amat nangkring di wastafel," omel gadis muda kesal.

"Eh, eh, ngapain masih di situ? Sana cuciin piringnya," titah Bu Mayang.

"Tapi, Bu—"

"Nggak ada kata tapi. Dah, sana," potong wanita paruh baya itu lagi.

Dengan langkah gontai, Alana beranjak mendekati wastafel dan mulai membersihkan piring kotor yang ada di sana.

"Habis nyuci, jangan lupa salat," titah Bu Mayang, lalu berjalan meninggalkan Alana sendirian di dapur.

•••

"Bu, Alana jalan, ya. Assalamualaikum," pamit Alana sebelum berangkat ke kantor.

Alana berjalan mendekati Bu Mayang, lalu meraih tangan wanita paruh baya itu untuk disalami.

Direktur Duda Tampan [End ✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang