S2. 14. Sella

2.8K 224 2
                                    

Cerita ini hasil pemikiran nyata penulis sendiri.  Maaf jika ada nama, tempat, latar dll.

Selamat membaca ini dan selamat menikmati cerita ini. Semoga kalian suka dengan cerita ini.
Terima kasih.

•••

Daniel masih berdiri menatap Desi yang terlihat gugup. Kedua tangannya ia letakkan di pinggang, lalu melototkan matanya pada Desi.

"Bapak, kok di sini?" Desi bertanya pada Daniel dengan raut wajah pucat miliknya.

Jemari lentiknya memilin-milin ujung bajunya yang menjulur ke luar rok dengan canggung.

Sesekali Desi menatap Daniel yang tampak garang dihadapannya.

"Seharusnya gua yang nanya, lo ngapain di sini? Masih jam kerja kantor udah berani bolos, ya lo," omel Daniel kencang.

Mata tajamnya menelisik tubuh Desi yang terlihat gemetaran.

"A–anu, Pak. Sa–saya ...." Desi menjeda ucapannya. Entah jawaban apa yang harus ia keluarkan.

"Saya apa? Lo nggak tau, kan mau jawab apa lagi. Jadi sekretaris bukan berarti lo bisa bolos gitu aja, Des." Kembali, Daniel memberikan omelannya pada Desi dengan kencang.

Alana yang berada di sebelah Desi, membelai punggung Desi pelan. Sambil memberi semangat kecil pada Desi, Alana memberi isyarat pada Daniel untuk berhenti.

Seperti kerbau yang dicucuk hidungnya, Daniel pun langsung menghentikan aksinya seketika.

Pria itu langsung melangkahkan kakinya menuju ke kamar dengan menenteng tas kerja yang ia bawa.

Setelah kepergian Daniel, Alana mengajak Desi untuk kembali duduk di sofa.

"Mas Daniel pulang, kok, Des. Yang mau kamu bilang itu apa, sih?" Alana yang masih penasaran, kembali mengutarakan pertanyaan pada Desi.

"Nggak jadi, Al," jawab Desi dengan bergumam pelan.

Mendengar itu, Alana menarik napas panjang dan mengeluarkannya perlahan.

"Des, gimana kalau kita makan siang bareng di sini? Kebetulan juga, kan Mas Daniel udah pulang," tawar Alana.

Sontak saja Desi menegakkan posisi duduknya. Matanya tiba-tiba melotot tajam, dan pandangan Desi beralih ke arah Alana.

"Nggak dulu, Al. Gua pulang duluan aja, makasih," tolak Desi cepat.

Desi kemudian bangkit dari posisi duduknya dan berjalan meninggalkan Alana dalam sekejap.

Alana yang hanya bisa melihat tanpa mencegah, kembali menarik napas panjang. Alana lalu bangkit dari posisi duduknya dan menggendong Al yang tertidur di sofa.

•••

Ruang makan saat ini hanya dihuni oleh Daniel dan Alana. Sementara sang anak Al, masih dalam tidur pulasnya.

Daniel memakan makan siangnya dengan lahap. Semua lauk yang ada di meja dimakan Daniel satu per satu.

"Itu si Desi ngapain di sini? Bisa-bisanya dia bolos di jam kerja." Daniel bertanya pada Alana di sela-sela waktu makan siangnya.

"Nggak tau, Mas. Tiba-tiba dia datang, terus ngatain kamu brengsek," jawab Alana.

Sontak, Daniel menghentikan kegiatan makannya dan menatap Alana dengan cepat.

"Desi? Ngatain aku brengsek, Yang?" tanya Daniel tak percaya.

"Hem," dehem Alana sambil menganggukkan kepalanya.

Direktur Duda Tampan [End ✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang